14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami

Start from the beginning
                                    

Melihat wajah Hwa Gi yang gugup, ide jahil bermunculan di otak Jae Han,  "Ah … ini melelahkan, apa kau tidak ingat berapa ronde yang kita lakukan tadi malam? ya ampun aku sedikit sedih jika kau tidak mengingat itu, karena tadi malam kau sangat menggairahkan, Hwa Gi-ssi?" Jae Han menggigit bibir bawahnya, mengeluarkan desisan penuh goda dan tubuhnya yang shirtles semakin mendukung kebohongannya.

"Tidak, kau bohongkan?" Hwa Gi menengok ke balik selimut dan menemukan tubuh bagian bawahnya masih terbungkus celana.

"Aku sudah membersihkan bagian bawah tubuhmu, aku tidak tega membiarkan kau tidur penuh dengan sisa percintaan kita." Jae Han semakin senang mengerjai Hwa Gi.

"Tapi, mana mungkin a … aku akh!" Hwa Gi ingin bangkit tapi tertahan karena pinggangnya yang sedikit nyeri, dia pun terduduk kembali. Hwa Gi terbelalak. "Jae Han, katakan padaku ini tidak benarkan?" tanya Hwa Gi terdengar lirih, dia sudah hampir menangis.

Melihat respon Hwa Gi yang hendak menangis, Jae Han jadi kasihan. "Oke, berhenti memasang raut wajah seperti itu, tadi malam tidak terjadi apapun di antara kita, aku hanya membawamu ke rumahku karena aku tidak tahu tempat tinggalmu, tentang bokongmu yang sakit itu karena aku mendorongmu dari atas pangkuanku dan kau jatuh ke lantai untuk soal itu aku minta maaf," jelas Jae  Han, rasanya dia ingin tertawa terbahak.

"Kau mendorongku hingga jatuh?" tanya Hwa Gi sedikit linglung.

"Ya, aku tidak selera dengan tubuh pria, tapi kau terlalu bersemangat tadi malam, makanya aku mendorongmu." Jae Han bangkit dari ranjang lalu berlalu menuju kamar mandi.

Hwa Gi tercenung untuk sesaat, lalu berucap, "Bukankah kau yang menciumku lebih dulu?"

"Iya, itu karena kau terlalu cerewet! dan kau juga harus ingat, liat ini." Jae Han menunjuk pipinya yang sedikit memerah.

"Wae?(apa?)" tanya Hwa Gi.

"Kau memukulku lebih dulu, jika itu orang lain yang melakukan ini, akan kuhabisi saat itu juga!" gertak Jae Han penuh amarah.

Saat menampar Jae Han, Hwa Gi memang samar-samar masih mengingatnya maka dari itu dia tidak mengelak dan menunduk sambil berucap,"Mianhae, (ma'af) aku tidak sengaja."

"Ck ... sudah lah aku mau mandi." Ketika Jae Han hendak membuka pintu kamar mandi namun terhenti saat kegaduhan kembali terdengar di ranjang miliknya.

"Kalungku, ke mana kalungku?" Hwa Gi meraba-raba area lehernya tapi tidak menemukan kalung liontin bidadari pemberian ibunya. "Ottoke? di mana kalung itu?" Hwa Gi membuka-buka selimut, mengecek  ke bawah bantal serta guling yang kini sudah terjatuh. Dia lagi-lagi menjadi cemas.

"Apa kau mencari kalungmu?" tanya Jae Han.

"Ne, itu kalung pemberian ibuku, aku tidak ingin menghilangkannya." Hwa Gi masih sibuk mengobrak-abrik  selimut di atas ranjang.

"Aku menaruhnya di atas nakas dekat ranjang, itu terjatuh tadi malam ketika kau mabuk dan aku mengambilnya. Berhenti menangis, kau itu laki-laki!" Jae Han berucap sinis lalu segera masuk ke kamar mandi sedangkan Hwa Gi mengambil kalung yang ada di atas meja lalu memasangnya di lehernya. "Huh, hampir saja aku menghilangkanya."

***

Setelah Jae Han selesai dengan urusannya di kamar mandi, ia mempersilahkan Hwa Gi untuk membersihkan diri. Hwa Gi pun menurut saja. Setelah keluar dari kamar mandi dia tidak dapat menemuka Jae Han. Hwa Gi pun memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Namun, ia tidak pernah menyangka akan melihat pemandangan seperti ini sebelumnya. Saat Hwa Gi membuka pintu kamar Jae Han, saat itu pula Shin Woo juga keluar dari kamarnya.

"Ah Hwa Gi, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Shin Woo heran.

"A-aku kemarin pergi dengan Jae Han, dan karena pulang terlalu larut aku jadi ikut ke sini." Hwa Gi meremas tangannya gugup.

HWA GI-SSI (END)Where stories live. Discover now