13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci

Mulai dari awal
                                    

Hwa Gi hanya bisa memasang wajah kesal, kenapa ia harus terjebak di tempat ini menghabiskan waktu valentinenya dengan orang brengsek dan pemaksa seperti Jae Han, ini adalah valentine terburuk sepanjang sejarah hidup Hwa Gi.

"Hey kalian jangan duduk saja!" Sergah Min Jae sembari melempar microphone kepada Jae Han. Dengan sigap disambutnya microphone Itu.

Hwa Gi mulai kagum ketika Jae Han mulai bernyanyi, alunan musik jazz lagu Still with you dari Jungkook BTS mengalun merdu memanjakan indera pendengaran Hwa Gi.

Nal seuchineun geudaeui yeot-eun geu mogsoli

Nae ileum-eul han beonman deo bulleojuseyo

Eol-eobeolin no-eul alae meomchwo seoissjiman

Geudae hyanghae han geol-eumssig geol-eogallaeyo

Still with you

Eoduun bang jomyeong hana eobs-i

Igsughaejimyeon an doeneunde

Geuge tto igsughae

Najimag-i deullineun

I eeokeon soli

Igeolado eobs-eumyeon

Na jeongmal muneojil geos gat-a

Jae Han bernyanyi dengan tatapan tak lepas dari Hwa Gi. Apalagi saat di bait still with you tatapan mereka saling bertemu, kedipan mata dilayangkan ke arah Hwa Gi.

Buru-buru memalingkan wajah ke sembarang arah, degup jantung Hwa Gi tak karuan, tiba-tiba saja hawa di ruangan terasa panas, membuat pipinya merah merona dan tenggorokannya terasa sangat kering.

Tanpa sadar Hwa Gi mengambil gelas berisi alkohol penuh, lalu menenggaknya sampai habis. "Uhuk... Uhukk... i-ini air apa?" tanyanya heran, sambil memandangi gelasnya yang kosong.

Hwa Gi tidak pernah minum minuman keras, toleransi tubuhnya terhadap alkohol sangat rendah.

Jam berlalu tanpa terasa, kini Hwa Gi mulai kehilangan kesadaran, ia bernyanyi dengan nada yang tak menentu.

Para gadis meliukkan pinggang sembari mengangkat tangannya ke atas, Hwa Gi ikut menari tak tentu arah, ia naik keatas meja yang diletakkan persis di depan sofa. Bernyanyi dengan suara sumbang dan nada yang entah kemana.

Hingar bingar pesta pribadi kecil yang tengah digelar itu terus bergulir hingga hampir tiga jam.

"Yuhuuuu... "

"Hahahaa... ayo minum lagi! " Hwa Gi berteriak, sambil tertawa terbahak. Saat mabuk Hwa Gi benar-benar tertawa lepas tidak seperti biasanya.

Hwa Gi yang berjalan gontai terjatuh di pangkuan Jae Han yang kini terduduk di sofa. Kedua tangan Jae Han bersedekap di dada, terkadang tersenyum melihat tingkah Hwa Gi yang seperti orang gila, ia terduduk di lantai dengan kepala berada di pangkuan Jae Han.

"Jae Han, sebaiknya kau bawa dia pulang, lihat dia hampir pingsan," Min Jae menunjuk Hwa Gi yang sudah tidak sadarkan diri.

"Ya cepat sana bawa dia pulang," tukas Seo Hoo.

"Kalian duluan saja, aku akan membawanya pulang," sahut Jae Han.

Min Jae, Seo Hoo dan para gadis lainya keluar lebih dulu dari ruang karaoke, kini hanya tinggal Jae Han dan Hwa Gi di dalam ruangan.

"Hey! bangun kita harus pulang." Jae Han menggerakkan pahanya agar Hwa Gi terusik. Kepala Hwa Gi ikut bergerak namun tidak ada respon. Tangan Jae Han terulur menepuk pipi merah Hwa Gi beberapa kali.

"Emm... " rengek Hwa Gi.

"Apa kau mau menginap di sini? hari sudah sore, ngomong-ngomong di mana alamat rumahmu? hey ayo cepat bangun." Jae Han menggoyang-goyangkan bahu Hwa Gi lebih keras.

Tiba-tiba wajah Hwa Gi mendongak menatap Jae Han sayu lalu berucap, "Yak jinja, shibal, shekiyya!" pekiknya nyaring, sembari bergerak lalu tanpa diduga sebuah tamparan melayang tepat mengenai pipi Jae Han.

Plakk

"Shit! Apa yang kau lakukan hah!" wajah Jae Han tertoleh ke samping, satu tangannya mengusap pipi yang terasa panas akibat tamparan keras dari Hwa Gi. Jae Han mengepalkan tangannya, berniat ingin membalas tapi urung ketika Jae Han menatap langsung pada bibir merah alami Hwa Gi.

"Kembalikan diaryku! kau! kau ... tidak berhak ... mengancamku terus menerus bajingan!" tuding Hwa Gi di depan hidung Jae Han.

Hwa Gi dalam pengaruh alkohol memang sangat menyeramkan bahkan dia berani menampar Jae Han.

"Gara-gara kau aku harus menghabiskan hari valentine dengan pesta membosankan seperti ini! jika tidak aku ... aku ... akan mengirim sesuatu untuk Shin Woo ... " lanjut Hwa Gi.

"Shin Woo itu brengsek," timpal Jae Han dingin. Mendengar nama Shin Woo dari bibir Hwa Gi. membuat hatinya panas.

"Dia jauh lebih baik darimu!" balas Hwa Gi.

"Dia jauh lebih buruk dariku!" Jae Han tak mau kalah.

Kau hanya seorang berandal busuk, preman bodoh! kurang ajar! yang selalu menyiksaku!" sentak Hwa Gi tanpa jeda.

"Cukup!" Jae Han sudah tidak tahan lagi mendengar ocehan Hwa Gi, ditariknya lengan Hwa Gi dan dalam sekejap dia sudah terduduk di paha Jae Han dengan jarak wajah mereka sangat dekat.

Tanpa basa-basi kecupan hangat menempel di bibir Hwa Gi, kedua tangan Jae Han memerangkap kepala Hwa Gi secara kasar, bibirnya menyesap kuat, melumat ganas bibir kissable manis itu. Dorongan kasar Jae Han dapatkan dan berakhir ciuman itu terlepas.

"Hosh... Hosh... "

Keduanya sama terengah, nafas mereka saling memburu, "Ke-kenapa kau menciumku?" tanya Hwa Gi sambil terengah.

"Karena kau terus mengumpat padaku tapi aku tak tega memukulmu maka cara yang pantas membuat bibirmu diam hanyalah membungkamnya dengan bibirku sendiri." jelas Jae Han.

Jae Han bersiap-siap jika Hwa Gi akan mengamuk atau menamparnya lagi tapi di luar dugaan Hwa Gi malah kembali menyerang bibirnya mendesakkan tubuhnya di atas pangkuan Jae Han.

"Hemppttt....Emmhhh.."

Perang lidah pun tidak terelakan, membuat saliva entah punya siapa keluar dari sudut bibir. Jae Han membalas ciuman kaku Hwa Gi, bergerak dengan lihai seperti seorang yang sudah profesional.

"Mmphh mhh ...."

Hwa Gi yang mulai terbuai, tidak sadar menggerakan tangannya untuk melingkar di leher Jae Han dan meremas rambut belakangnya sebagai pelampiasan rasa nikmat.

Mencoba setiap sudut, membelai, menghisap, mengulum, menjelajah tanpa henti, sampai terasa kebutuhan lain dalam dirinya kian mendesak dan memprotes menuntut lebih. Kebutuhan yang berteriak lantang mengumumkan bahwa ciuman saja tak akan pernah cukup.

Hwa Gi membalas lumatan bibir Jae Han dengan setiap emosi yang dia miliki. Sudut-sudut jiwanya mengerut hingga akhirnya semua terpusat hanya pada kontak fisik dengan lelaki itu. Semua logika telah terbang entah kemana dan Hwa Gi merasa dirinya berhak berfoya-foya untuk menikmati lelaki yang tengah menjelajah lidahnya di dalam setiap sudut mulutnya.

Jae Han tidak terlalu mabuk tapi sekarang dia turut terbawa dalam gelombang nafsu yang ia ciptakan sendiri tapi tak menyangka jika percikan hasrat itu ditanggapi oleh Hwa Gi dengan balasan kobaran nafsu yang semakin lama semakin memanas.

Hwa Gi yang pada dasarnya memang penyuka sesama jenis dengan sangat mudah terpengaruh, terlebih ia digoda oleh makhluk setampan Jae Han. Jika saja dia tidak dalam keadaan mabuk mungkin dia akan kabur dari tempat ini bukan malah berserah diri, mendesah nikmat di pangkuan orang yang dibenci.

TBC

HWA GI-SSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang