"Selamat malam, Bo Di," ucap Xiao Zhan, lalu menarik selimut sampai dada dan memejamkan mata.

"Selamat malam, Zhan Ge," balas Wang Yibo, melakukan hal yang sama. Sedetik kemudian kelopak matanya kembali terbuka. Tidak bisa tidur. Dia menoleh kepada Xiao Zhan. Mata lelaki itu terpejam, napasnya teratur, ekspresinya tenang.

"Zhan Ge," bisik Wang Yibo.

Dengkuran halus adalah jawabannya.

"Zhan ..." Wang Yibo berbisik sekali lagi, agak keras dari yang tadi. Jawabannya tetap sama.

Untuk kali pertama, Wang Yibo menyaksikan bagaimana Xiao Zhan langsung terlelap dalam satu menit. Lelaki bergigi kelinci ini pasti sangat lelah. Wang Yibo memaklumi kendati ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan. Dan malam ini dia harus menekan keinginannya bertanya untuk memuaskan rasa penasaran. Penasaran tentang bagaimana kehidupan Xiao Zhan di Las Vegas. Penasaran, apakah lelaki itu bahagia dengan kehidupannya selama ini. Sebab, Wang Yibo tahu betul apa yang telah terjadi—kendati tidak rinci, dia tahu.

Waktu terus berjalan, jarum jam berputar. Malam semakin larut dan Wang Yibo masih terjaga. Posisinya sering berubah-ubah; menyamping, berbaring, kadang telungkup. Keheningan tak membuatnya bosan, sebab dia berada di sisi Xiao Zhan. Lelaki itu di sampingnya, sesekali merubah posisi tidur dari berbaring, menyamping, kemudian berbaring lagi.

Wang Yibo telungkup memperhatikan wajah tampan sekaligus manis itu. Tak puas hanya dengan memperhatikan, tangannya bergerak menyentuh garis rahang turun ke dagu. Selanjutnya bibir jadi sasaran. Wang Yibo menyentuhnya lembut dengan ujung jari. Agak kering, perlu dibasahi saliva.

Ada suatu dorongan dalam diri Wang Yibo, tetapi dapat dia tekan. Rasa penasaran, ingin mencoba, tetapi dia tahu itu merupakan sebuah pantangan. Pantangan mencium Xiao Zhan.

Dia straight, kan?

Xiao Zhan hanya kekasih palsu, dan sebentar lagi mereka akan menggelar pernikahan palsu juga.

Wang Yibo ingat pada pengakuan salah satu orang temannya, Gong Jun, seorang lelaki straight yang coba-coba mencicipi bibir seorang lelaki dan berakhir kecanduan pada akhirnya. Gong Jun mengingatkan lebih banyak dari apa yang dia bisa dapatkan dari lelaki tersebut dan mereka terikat hubungan.

Jangan coba-coba merasakan apa yang belum bisa menjadi milikmu, Wang Yibo, gumamnya pada diri sendiri. Mengubah kembali posisi tidur menjadi berbaring dan memejamkan mata. Berharap cepat terlelap ke alam mimpi.

Satu menit berselang, Wang Yibo menatap langit-langit sambil terus mengosongkan pikiran. Menit berikutnya semuanya menjadi gelap, dan dia tidak ingat apa-apa.

Wang Yibo membuka mata ketika suara bass seorang lelaki mengguncang tubuhnya pelan. Sosok lelaki tampan mengisi pandangan Wang Yibo meski samar. Dia mengerjap beberapa kali, mengucek mata kemudian bangun dari posisi berbaring.

Ada pening yang menyerang. Wang Yibo sedikit meringis saat Xiao Zhan mengelus tengkuknya sebentar.

"Sudah bangun?" tanya Xiao Zhan.

"Apakah sudah pagi? Aku pasti telat lagi ke kantor."

Xiao Zhan menggeleng. "Masih terlalu pagi," balasnya. Menatap sebentar ke arah jendela yang gorden berwarna polkadot memiliki celah yang menampilkan langit gelap, Wang Yibo mengikuti arah pandangannya.

"Kumpulkan kesadaranmu dulu, baru kita pergi." Dia menepuk pelan bahu Wang Yibo sebelum melangkah ke dapur. Lampu kamar yang nyalanya redup setidaknya tidak membuat Wang Yibo takut ditinggal sendirian karena dia benci gelap. Tak lama, Xiao Zhan kembali dengan segelas air hangat.

"Minum dulu, untuk menyegarkan dirimu," katanya.

Wang Yibo menerima, lalu meminumnya. Benar-benar cuma air hangat. Tetapi dia tidak kecewa.

"Hanya air yang ada, aku panaskan dengan rice cooker. Sementara kopi bubuk dan teh sudah tidak layak konsumsi," beritahu Xiao Zhan.

"Jangan dipikirkan, justru akulah yang merepotkan karena ikut tinggal."

Sekali lagi, Xiao Zhan menepuk pundak Wang Yibo, kali ini disertai usapan lembut.

"Jika sudah tidak ngantuk lagi, bersiaplah, kita pergi dari sini."

Wang Yibo tidak bisa tidak terkejut kali ini. Terlebih pada seraut keseriusan di wajah tampan yang manis itu. Dia baru menyadari Xiao Zhan sudah rapi. Tak ingin membuat lelaki itu menunggunya, Wang Yibo segera bangkit, memakai jasanya yang tersemat di kursi samping meja belajar.

Waktu menunjukkan pukul 04.50 pagi pada arloji yang tersemat di pergelangan tangan Wang Yibo. Benar-benar masih pagi. Xiao Zhan membuka pintu rumah orang tuanya sedikit, mengintip keluar secara waspada. Agak lama. Setelah dirasa aman, dia pun keluar diikuti Wang Yibo.

Dia tidak bertanya mengapa Xiao Zhan memilih pergi pukul empat pagi. Tidak juga bertanya mengapa Xiao Zhan agak terburu mengunci pintu. Wang Yibo mengikuti saja kecepatan langkah Xiao Zhan sampai mereka tiba di parkiran sebuah kafe yang sudah tutup. Keduanya masuk ke dalam mobil milik Wang Yibo. Sedikit terengah, irama tarikan napas mereka serempak.

Wang Yibo diam. Duduk di kursi kemudi sambil memandang Xiao Zhan yang sekarang menyandarkan punggungnya. Mereka diam sekian saat sebelum akhirnya Xiao Zhan membuka suara.

"Kau tahu, mengapa aku memilih menginap di rumah lama yang berdebu, daripada menginap di hotel?" tanyanya.

Wang Yibo tidak menjawab.

"Lalu ... apa kau penasaran mengapa aku meninggalkan rumah orang tuaku sendiri seperti seorang buronan yang sedang melarikan diri dari kejaran polisi?"

Wang Yibo tidak menjawab. Namun, dia sedikit tahu apa penyebabnya.

"Satu bulan," sambung Xiao Zhan. "Hanya satu bulan aku bisa menjadi kekasih dan suamimu." Kalimat itu terdengar sulit diucapkan Xiao Zhan. Satu bulan seorang hanya sekejap baginya. Tetapi Wang Yibo senang. Sangat, malah. Dia juga merasa bersalah lantaran telah merepotkan Xiao Zhan.

"Terima kasih, Zhan Ge." Wang Yibo tidak tahan, dia bawa Xiao Zhan ke dalam pelukannya.

Lelaki itu balas memeluk Wang Yibo. Sambil berdoa semoga pernikahan mereka tidak sampai ke telinga seseorang.

[]

FAKE MARRIED [ Complete ]Where stories live. Discover now