Aku terengah setelah mengatakan kalimat sepanjang itu dalam satu tarikan napas dan dipenuhi dengan emosi.

"Kenapa?" tanya Ken tenang, tapi terasa menakutkan untukku. "Kenapa aku tidak boleh  jatuh cinta dengan istriku sendiri?"

"You won't understand." Aku menggeleng lemah dan memilih berbalik, menghindari tatapannya yang entah kenapa terasa sangat mengintimidasi. Dan di detik ini aku baru saja merasa kalau aku benar-benar tidak mengenal suamiku sendiri.

"Aku yang tidak akan mengerti atau kau yang melarang aku untuk mengerti?"

Aku menghela napas gusar dan melangkah keluar kamar menuju dapur. Aku butuh satu botol air dingin untuk meredakan emosiku.

"Megan Lincoln!"

"Megan Hope Collins, Mr. Lincoln. Jangan merubah nama seseorang hanya karena kau sudah mengantongi akta pernikahan."

"Oh, sekarang kau mempermasalahkan nama belakang?" sindir Ken.

Aku meletakkan botol minumanku di meja dapur sembari mengantur napasku yang mulai memburu. Sebenarnya apa yang ada di kepala Ken saat ini?!

Tidak, aku tidak akan terpancing dengan omongan Ken. Aku harus tetap diam dan menuruti akal sehatku. Kau selalu bisa mengkontrol emosimu, Megan. Dan jangan biarkan Ken membuat emosimu meledak. Itu bukan opsi yang bagus.

"Kenapa? Tidak bisa menjawab?"

Aku berbalik dan mengambil coat dan tas ku yang tergeletak di sofa. Mungkin lebih baik aku tidur di apartemenku dan kembali pagi-pagi atau setelah emosi Kenneth sudah kembali normal.

"Kemana?" Kenneth berjalan cepat dan mencekal tanganku. "Mau kemana?"

"Tidur."

"Dengan membawa tas dan coat?"

"Karena aku TIDAK BISAtidur disini."

"Apa yang kau maksud dengan tidak bisa?" aku bisa dengan sangat jelas melihat rahangnya yang mengetat, tapi untuk kali ini aku menyingkirkan rasa takut  dan memilih menantangnya.

"Tidak, saat kita berdua masih dalam emosi tingkat tinggi dimana KAU  tidak bisa mengerem keingintahuanmu yang TANPA SADAR makin membuatku terpojok dan tidak lagi merasa nyaman, maka aku memilih untuk melangkah pergi."

"Tidak sebelum kau menjelaskan segalanya."

"Penjelasan seperti apa yang kau mau, hah?" aku menyentakkan tanganku. "Penjelasan yang tidak membuatmu sakit hati?! Oh, aku minta maaf Mr. Lincoln, karena aku tidak punya penjelasan yang kau mau!"

"Lalu penjelasan apa yang kau punya?"

Aku mengabaikannya dan akan melangkah pergi kalau saja Ken tidak berdiri di depanku. "Minggir."

"Jelaskan padaku."

"Minggir, Mr. Lincoln."

"Megan!"

"APA? APA YANG MAU KAU DENGARKAN?" aku membanting coat dan tasku, dan tidak mempedulikan kalau itu tas Fendi terbaruku dengan isinya yang sudah tercecer di lantai. "Aku yang tidak pernah percaya cinta atau aku yang membenci segala komitmen di dunia ini?!" aku menghembuskan napasku gusar. "Atau malah kau yang ingin mendengarkan pendapatku tentang kau yang sudah merusak rencana dalam hidupku dengan mengikatku dalam sebuah pernikahan?! Apa kau kira menikah dengan orang asing itu menyenangkan? IYA?! Sedangkan aku sangat tahu alasanmu menikah denganku hanya untuk menyelamatkan nama keluargamu, bukan karena kau yang benar-benar tertarik padaku, brengsek!" dadaku sesak seakan paru-paruku tidak sanggup lagi menampung oksigen dan ini karena emosi brengsekku yang sedang menggelak.

"Apa menurutmu aku pernah dengan berbangga hati memamerkan pada semua orang tentang pernikahan ini sedangkan aku sendiri merasa terluka? Terlebih karena alasan di baliknya? Menikah hanya untuk menyelamatkan...."

Mataku langsung melotot tajam saat aku menyadari sebuah benda asing sedang berusaha melumat bibirku. Namun detik berikutnya aku sadar kalau itu bukanlah benda melainkan bibir Kenneth yang melumat bibirku dengan segala macam perasaan yang dia tumpahkan disana. Sedih, marah, khawatir bahkan... cinta? Entahlah, untuk yang terakhir aku benar-benar tidak tahu. tapi yang jelas, untuk saat ini, aku memilih diam dan memasrahkan diriku sepenuhnya. Aku lelah berlari menghindar terus menerus.

"I love you, Megan Hope Collins." Ucapnya sembari menatapku lurus-lurus. "Pernah mencoba sekali saja percaya pada omonganku?" Kenneth menempelkan keningnya pada keningku. Hembusan napasnya entah kenapa terasa penuh dengan rasa frustasi.

Aku memilih hanya menghela napas dan menggeleng. "Aku tidak mau menaruh harapan terlalu tinggi."

"Kenapa?"

"Karena itu menyakitkan."

Kenneth mengecup dahiku dan memelukku erat. "Aku tidak bisa menjanjikan untuk tidak menyakitimu. Aku tidak akan pernah bisa, karena aku hanya manusia biasa. Tapi setidaknya aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjagamu, Meg. Menjaga apa yang sudah kau percayakan padaku."

Dan entah apa yang ada di kepala dan hatiku kalau aku tidak tersentuh dengan perkataannya. Ini menyentuh kau tau kan? Dan aku benar-benar sudah pasrah kalau nanti aku jatuh cinta padanya.

Eh sebentar, bukannya kau memang sudah jatuh cinta padanya tanpa kau sadari, Megan!

Ya Tuhan, kembalikan logika yang selalu menyelamatkanku di detik-detik terakhir. Tapi tida... tidak... tidak dengan tatapan selembut itu Ken! Ya Tuhan, kenapa hari ini aku merasa seperti wanita lemah?

Oh ayolah, aku baru saja marah-marah dengan emosi seperti Hulk dan kini, kemana perginya emosiku? Kenapa yang sekarang terjadi adalah aku yang ingin mengecup dan melumat bibir Ken sampai kehabisan napas?

Blame my hormones!

Kenneth melonggarkan pelukannya dan menatapku intens. "Apa aku masih harus menunggu lagi?"

Aku menggeleng dan mengecup bibirnya sekilas. "Ambil apa yang sudah menjadi hakmu, Ken."

-o0o-

001. Passing ByDonde viven las historias. Descúbrelo ahora