Painted Blue

585 85 10
                                    

( berupa literasi terjemahan yang ada di Instagramku )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( berupa literasi terjemahan yang ada di Instagramku )

Suara dari percikan air terdengar. Di sana ada seseorang dengan seribu luka di hatinya, perasaan sedih yang mendalam ketika ia perlahan memejam mata. Ia tengah menahan kehidupannya yang menyakitkan. Sekarang akhirnya dia jatuh pada pelukan samudera. Dia adalah aku.

Kebisingan di luar sana seperti taring yang menggigit jiwanya hidup-hidup. Terik mentari di luar sana seperti silau yang bisa membuatnya buta. Kebenaran dari realita di luar sana seperti rantai yang mengikat hatinya.

Kakiku terasa seakan keduanya terbang. Lenganku begitu ringan dan tubuhku terasa seperti akan terbang ke sesuatu tempat. Tanpa disadari, laut mulai mendekapku semakin dalam.

Bagaimanapun, ketika kepalaku biasanya penuh dengan monster, aku selalu kalah pada monster-monster di kepalaku. Sekarang, tepat di bawah samudera. Aku tidak melihat monster apapun ketika aku menutup mata. Tidak ada yang akan menilaiku bahkan ketika aku sendirian. Kesepian di antara bahuku memelukku begitu kuat dari yang biasanya.

Jika dunia tengah terbakar, aku akan melompat ke dalam kobar apinya. Hidup dengan penderitaan setiap hari, menghadapi kekacauan dari realita, belajar dan bertahan hanya untuk bertemu kembali dengan kegagalan. Bagaimana jika aku menghilang dari kehidupan yang kejam ini?

Tetapi kemudian, suara air lainnya datang. Itu seperti menjerit untuk ia dengar, bahwa kamu ada di sini. Aku perlahan membuka mataku, gelembung-gelembung air menari di sekitarku. Aku bisa melihat kamu yang sedang berusaha untuk meraihku dengan tanganmu.

Rambut blonde itu dan mata yang menawan. Kamu ada di sini. Aku menatap ke arahmu dengan tatapan penuh kesengsaraan. Menanyakan banyak pertanyaan dalam kepala : kenapa kamu ada di sini? Kenapa kamu mencoba meraihku begitu keras?

Kedua matamu menatapku dengan begitu putus asanya. Aku bisa melihat ketakutan di matamu. Mata itu melihatku begitu dalam seperti lautan yang mencoba menarikku ke bawah.

Tidak sampai jemari kita bertemu, kamu menggengamku seolah aku akan hilang ketika kamu tidak melakukannya. Kamu coba membebaskan aku ke dunia, untuk melihat cahaya dari gelapnya samudera. Sebagaimana akhirnya kita mendapat oksigen dan menghirupnya dengan agresif, kita berdua kehabisan napas. Dan matamu marah sembari melihatku dengan seribu kekhawatiran.

"Jika kamu mengakhiri hidupmu seperti ini, sama saja kamu membunuhku!" Air matamu menyatu dengan lautan saat kamu meneriakiku dengan kata-kata itu.

Meskipun aku membenci hidupku, kamu selalu menjadi penyelamat hidupku. Aku tidak bisa melewati rasa sakit ini sendirian, itu mulai tumbuh di dalamku, dan menyakiti setiap bagianku. Tetapi terkadang aku lupa bahwa sepotong ketiadaan dalam diriku bisa saja menjadi hal berarti bagi orang-orang di sekitarku.

"Kamu pergi setelah aku menghabiskan seluruh hidupku yang ingin tahu bahwa seseorang sepertimu benar-benar ada?!" Teriakan yang kamu keluarkan dari hati terdalam membuatku membuka mataku dengan jelas.

Aku menangis, gemetar dengan kata-kata yang menyempitkan dada. Semua hal yang kulakukan untuk mengakhiri hidupku hanya membuatku semakin terluka ketika kamu tidak pernah pergi dan tetap duduk di sebelahku.

"Maafkan aku," kataku dengan suara yang serak. Dengan bahuku yang tidak bisa berhenti gemetar. Dengan air mataku yang tidak bisa berhenti jatuh. Dengan kewaspadaanku yang hilang, aku tidak bisa berhenti melemah.

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu meninggalkan dunia ini lagi tanpa aku seperti yang pernah kamu lakukan sebelumnya." Emosi yang campur aduk di antara kita membuat dunia menjadi lebih baik. Kamu selalu menunjukkan dan membuktikan kepada dunia bahwa aku begitu berharga di matamu.

Penyelamat hidupku yang terkasih, aku tidak akan meninggalkan dunia kali ini, karena aku ingin kita tetap seperti ini selamanya. Dan temukan arti hidup bersamamu di sisiku.

END

END

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LITERATURE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang