11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama

Start from the beginning
                                    

"Kau gay?" tanya Jae Han langsung pada intinya.

Jae Han seorang homophobic. Ia sangat benci pada kaum penyuka sesama jenis terlebih orang seperti Hwa Gi, di matanya mereka layaknya seperti banci. Tidak ada alasan kenapa ia bisa membenci, Jae Han hanya benci itu saja.

Maka setelah ia tahu ada orang seperti Hwa Gi sekelas dengannya, jiwa pembully Jae Han bangkit begitu saja, ketika bertatapan langsung dengan wajah pecundang Hwa Gi yang seakan meminta untuk ditindas.

Bagi Hwa Gi ucapan Jae Han barusan bukanlah pertanyaan namun pernyataan tapi ia masih berusaha untuk mengelak, "Tidak, aku bukan gay, serahkan buku itu!"

"Kau tidak bisa mengelak lalu ini apa?" Jae Han menarik sebuah kartu ucapan berbentuk hati. "Kau menyukai Go Shin Woo, dia hyungku si playboy brengsek itu, tapi kau memendam hanya untukmu sendiri. Menyedihkan, cinta bertepuk sebelah tangan ck ...." Jae Han menggeleng-gelengkan kepala, menunjukan raut wajah kasihan tapi bagi Hwa Gi raut wajah itu tak lebih dari sekedar cemoohan.

Lagi-lagi HwA Gi terbelalak. "Hyung .... apa katamu dia hyungmu?" tanggap Hwa Gi tak percaya. Bibirnya kelu ingin berucap. Berandal satu ini tak henti-hentinya membuat jantung Hwa Gi berdetak kacau.

"Ya, Go Shin Woo itu kakakku," jawab Jae Han.

"Ta-tapi kalian tidak mirip dan apa itu playboy berengsek hah?Shin Woo tidak brengsek, kau yang brengsek! beraninya keroyokan menghajar satu orang dan sekarang malah mengancamku apa salahku padamu? apa?" sembur Hwa Gi tanpa ada rasa takut, dagunya terangkat pongah menatang Jae. Han.

"Aku dan Shin Woo memang berbeda aku suka menyerang lawan hingga tumbang sedangkan dia penyayang semua wanita lalu membuang tapi terlepas dari cara kami yang berbeda bukankah rasa brengseknya sama? bukankah mempermainkan hati wanita juga perbuatan bajingan yang hina?" Jae Han mulai emosi.

"Tetap saja kau lebih menyeramkan dari Shin Woo ...." suara Hwa Gi sangat kecil, hampir tak terdengar, dia menunduk, nyalinya mulai menciut namun ucapanya masih bisa ditangkap oleh pendengaran Jae Han.

"Kau belum mengenalku jadi kau belum pantas membandingkanku, apa lagi yang menjadi objek perbandingan adalah Shin Woo namanya tak pantas bersanding dengan namaku!" bisik Jae Han penuh penekanan. Kedua tangannya berada di bahu ringkih Hwa Gi, dia menekan kuat hingga punggung Hwa Gi menabrak tembok.

"Oke, baiklah ... terserah kau mau bilang apa, tapi kembalikan bukuku." Hwa Gi meringis.

"Tidak akan, kau harus jadi budakku di sekolah ini." rematan di bahu Hwa Gi semakin kuat.

"Tidak! aku tidak mau!" bantah si kutu buku layaknya orang hendak menangis.

"Kau tidak berada dalam situasi untuk bisa menolak." gertak Jae Han.

"Jae Han! berhenti, tidak seharusnya kau berbuat onar di hari pertama masuk sekolah!" Pekik seseorang dari anak tangga paling atas, di sana Shin Woo sedang berdiri dengan gagah bak pahlawan seperti di drama, ia muncul untuk menyelamatkan si protagonis tertindas seperti Hwa Gi.

"Kau jangan ikut campur, ini urusanku!" sergah Jae Han tanpa menatap lawan bicaranya lalu dorongan kasar ia tujukan pada bahu Hwa Gi. "Urusan kita belum selesai!" lanjutnya lagi kemudian melangkah pergi dengan buku diary masih ada di tangannya.

Hwa Gi terduduk lesu ke lantai, tungkai kakinya terasa lemas bak jelly, sungguh kedatangan Jae Han di hari pertamanya masuk sekolah, sudah benar-benar menyedot semangat seorang Hwa Gi untuk hari ini. Bagaimana jika dia terus menghantuinya setiap hari dengan ancaman buku harian itu.

"Ashh, ssibal! apa aku harus pindah sekolah?" pekik Hwa Gi tanpa sadar masih ada Shin Woo menatapnya dari pertengahan anak tangga. Shin Woo tersenyum lalu dia turun dari tangga.

HWA GI-SSI (END)Where stories live. Discover now