Chapter. 2

1 1 0
                                    

Ayah Lynn, Sutrisno, adalah seorang pensiunan abdi negara. Tetangga pernah mengatakan kalau Sutrisno saat itu pernah membunuh lebih dari 100  penjajah. Oleh sebab itu, orang-orang menghormati Sutrisno walaupun dia telah pensiun dari pekerjaannya.

Saat ini, pekerjaan Sutrisno adalah berkebun di salah satu ladang miliknya. Hal ini dia lakukan untuk mengisi waktu luangnya, dan agar tidak terlalu banyak berdiam diri.

"Ayah, Ibu, aku pulang."

Saat Lynn membuka pintu, yang dia lihat adalah seorang pria paruh baya tengah membaca sebuah surat kabar di kursi ruang tamu.

Pria itu duduk dengan posisi badan tegak dan pandangan matanya yang serius pada bacaannya. Ketika mendengar suara pintu dibuka, pria itu mengalihkan pandangannya dari surat kabar.

"Lynn, cepat lepas sepatu dan cuci tangan. Kali ini ibu sedang memasak makanan kesukaanmu, hehe."

Sapa pria itu kepada Lynn sambil sedikit tersenyum. Terlihat dari pandangan mata pria itu kalau dia sangat menyayangi Lynn.

Pandangan Lynn berkaca-kaca. Sudah berapa lama, akhirnya dapat bertemu kembali dengan kedua orangtuanya.

Orang tua Lynn meninggal ketika keduanya menaiki pesawat untuk menemui saudara ibu yang tengah sakit menaiki pesawat komersial.

Saat penerbangan, pesawat mengalami                                   masalah pada salah satu sayap pesawat, hal ini mengakibatkan pesawat yang ditumpangi kedua orang tua Lynn gagal kendali dan terjatuh. Hal ini merupakan penyesalan terbesar dalam hati Lynn.

Dengan mata memerah dan hidung sakit, Lynn tersenyum bahagia kepada ayahnya itu, :

"Ayah, aku sangat merindukanmu."

Dengan itu, Lynn berlari dan memeluk ayahnya erat-erat.

Sutrisno tertangkap lengah oleh kelakuan tiba-tiba anaknya, dia merasa bingung dan bertanya sembari mengelus punggung anaknya dengan ragu.

"Hei nak, ada apa denganmu?"

Lynn tersenyum bahagia, dan setelah beberapa saat dia melepaskan pelukan dari ayahnya sambil tetap tersenyum.

"Tidak apa ayah. Bukankah tidak salah untuk seorang anak merindukan orang tuanya? Hehehe."

Ayah Lynn sedikit tercengang. Namun karena kesayangannya terhadap putranya, dia mengelus kepala Lynn sambil tersenyum.

"Cepatlah cuci tangan dan berganti pakaian. Aku tidak akan menambah uang sakumu walau kelakuanku saat ini aneh sekali."

"Tidak ayah, aku hanya merasa rindu pada kalian, memang juga sejak kapan uang sakuku bertambah?"

Setelah mengatakan hal itu, Lynn buru-buru berlari menuju kamarnya tanpa menoleh ke belakang.

"Anak ini."

Ayah Lynn masih berdiri tercengang, dan setelah beberapa saat dia tertawa dan kembali membaca koran. Bedanya, kali ini wajahnya tampak lebih banyak tersenyum.

....

Kamar Lynn berada di lantai dua. Dan dari jendela, orang-orang bisa melihat pemandangan indah sawah dan irigasi serta pegunungan.

Memang pada saat itu, kondisi lingkungan lebih baik daripada awal abad ke-20. Orang-orang masih awam mengenai internet, tanah-tanah belum terlalu terjamak oleh industri. Sehingga perairan sungaipun masih jernih tanpa adanya limbah-limbah pabrik.

Sulit membayangkan di masa depan semua ini akan banyak berubah, di mana air sungai jernih itu akan menjadi tempat berlalunya pembuangan limbah pabrik serta sampah rumah tangga, dan banyak hutan-hutan asli di tebang hanya untuk pembangunan lahan pertanian serta perumahan.

Melihat dan mengagumi pemandangan di luar jendela, Lynn membayangkan semua peluang untuk menggapai mimpinya.

Karena Tuhan memberinya kesempatan untuk mengulang kembali hidupnya, maka dia lebih baik untuk memasukan kepalanya kedalam air bila hidupnya masih sama dan tidak berubah sama sekali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kembali Dari Masa DepanWhere stories live. Discover now