"Berhenti membuat masalah." Jae Han berbicara menggunakan bahasa korea.

"Gae-sae-ggi," Shin Woo mengumpat. Padahal setidaknya dia ingin sarapan dengan wanita cantik bukan dengan pria dingin seperti yakuza ini.

"Sumimasen, kondo issho ni shokuji suru yōdesunode, tenwabangō o oshiete itadakemasu ka? (maaf sepertinya lain kali aku akan makan denganmu, boleh aku meminta nomormu?)" Shin Woo bertanya pada wanita di depannya sambil mengeluarkan ponsel.

Jae Han yang mulai kesal pun berdiri dan merampas ponsel yang dikeluarkan oleh Shin Woo.

"Berhenti membuat masalah dan duduk makan jika kau masih ingin hidup," ancam Jae han dengan nada yang tinggi. Sedangkan wanita cantik yang dimintai nomor ponsel tadi terlihat bingung. Setelah mengatakan itu, Jae Han duduk lalu menikmati makanan yang tersaji di meja dan Shin Woo tampak sedang meminta maaf pada wanita yang baru saja ditemuinya.

Shin Woo tidak menyentuh sarapannya. Ia hanya duduk diam bersedekap dada sambil menatap Jae Han dengan tatapan kesalnya. Jae Han mengangkat kepalanya sedikit karena diperhatikan lalu kembali menikmati makanannya.

"Aish, aku benar-benar kesal, bajingan ini," gumam Shin Woo.

"Berhenti mengumpat. Lebih baik kau makan, banyak hal yang harus kita kerjakan hari ini," tegas Jae Han tanpa mengalihkan dirinya dari kegiatan sarapannya.

Shin Woo hanya mengambil secangkir kopi susu yang masih bernas dan meminumnya sedikit.

"Aku kehilangan selera makanku. Kau seperti manusia kelaparan yang baru bisa makan setelah seminggu terlantar," ucap Shin Woo sambil berdiri dan memutuskan untuk pergi dari sana sedangkan Jae Han tetap asyik dengan makanannya.

Sebenarnya Jae Han juga tidak ingin berurusan dengan Shin Woo seperti ini. Apalagi dengan caranya tadi yang bahkan sangat ingin mengabaikannya. Namun dia tidak ingin ada masalah baru yang mengharuskan dia berlama-lama bersama saudaranya itu.

****

Jae Han duduk dengan Shin Woo di sampingnya. Kini mereka berada di dalam mobil menuju perusahaan yang ditunjuk ayahnya sebagai salah satu perusahaan besar yang dapat membantu mereka. Tidak ada yang membuka suara di antara mereka sampai mobil pun berhenti tepat di depan lobi sebuah gedung pencakar langit. Melihat betapa tinggi dan elegannya gedung ini dapat menunjukkan seberapa hebat pemiliknya. Jae Han orang yang pertama membuka pintu mobil, sedangkan Shin Woo masih duduk menunggu sopir yang membukakan pintu. Jae Han tersenyum miring melihatnya.

Jae Han masuk lebih dulu dan langsung berjalan menuju resepsionis yang ada di sana.

"Excuse me." Jae Han menyapa resepsionis menggunakan bahasa inggris, karena jelas Jae Han tidak dapat berbicara menggunakan bahasa jepang.

"Mr. Takada there? I'm Jae Han from Korea." ujar Jae Han.

"Excuse me, have you made an appointment?" tanya resepsionis.

"Yes, We are from Go enterprise company." jawab Jae Han.

"Currently Mr. Takada is meeting you can wait there," ucap resepsionis itu sambil menunjuk ke bagian tempat duduk di sisi kanan ruangan. Terdapat banyak kursi dan meja disana, ada juga beberapa orang yang sedang duduk dan berbincang. Terlihat cukup nyaman.

Jae Han berjalan menuju kursi yang tersedia. Shin Woo yang baru saja masuk langsung mengikuti Jae Han.

"Kenapa?" tanya Shin Woo.

"Kita harus menunggu." Jawab Jae Han singkat.

"Kenapa? bukankah kita sudah membuat janji?" Shin Woo kembali bertanya.

HWA GI-SSI (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum