Naufal yang takut terjadi yang tidak-tidak pun memutuskan mengikuti langkah istri dan anak bos-nya dengan harap-harap cemas. Semenjak direkrutnya resepsionis baru itu, Naufal jadi agak terganggu. Terganggu sebab perempuan itu selalu merecoki pekerjaan dan waktunya dengan selalu menanyakan perihal Nata. Dan lagi, bukan pekerjaannya saja yang terganggu, pasti bos-nya juga. Naufal selalu melihat wajah sepet Nata ketika menghadapi perempuan itu.

Naufal aja cape, apalgi Nata.

Naufal menghela nafas panjang. Duh, kayaknya jadi kecambah lebih oke dari pada jadi manusia tapi harus menghadapi perempuan itu. Naufal lelah, ingin rasanya melambaikan tangan pada kamera.

Pintu terbuka, tentu saja yang membukanya adalah Ayyara.

"AYAAAAAH!" Ziel langsung berlari menuju kursi kerja Nata. memeluk Ayahnya, dibalas pelukan serta usapan juga oleh sang Ayah.

"Oh? Lagi ada tamu?" tanya Ayyara dengan anggun. Wanita satu anak itu dengan elegannya duduk di sofa ruangan Nata, mengeluarkan kotak bekal dari totebag. Menatanya dengan sempurna diatas meja.

Tania meliriknya dengan sinis, perempuan itu berbalik menghadap Ayyara yang tengah duduk— btw dari tadi dia berdiri disamping meja kerja Nata.

Dan saat perempuan itu berbalik, Ayyara melotot kaget. Apa-apaan wanita ini? Bisa-bisanya dia menggunakan baju yang sama sekali tak pantas untuk di sebut baju. Terlalu minim. Ingin rasanya Ayyara mengajarkan fashion pada si Tania-Tania itu. Dia tidak tau cara berpakaian dengan benar untuk bekerja atau bagaimana?

"Ibu ini sebenernya siapa, dari kemarin menanyakan mas Adin terus?"

Ayyara mengernyit, pun begitu pula dengan Naufal. Perempuan ini benar-benar, pikir Naufal.

Ayyara memandang Tania dengan sedikit kesal. Padahal kemarin Nata sudah sangat jelas mengakui dirinya sebagai istri. Tapi kenapa resepsionis ini masih bertanya?

"Saya—"

"Kenalkan, saya Tania Gressia, mantan mas Adin." sela Tania begitu saja. Tersenyum manis pada Ayyara. Manis yang memuakkan.

Ayyara ikut tersenyum pula, " mantan? Ah, mantan pembantu ya?"

Tania melotot. "Mantan pacar. Dulu mas Adin dan saya adalah teman kuliah. Kita berteman dekat lalu berpacaran."

Fakta yang dibocorkan Tania mengejutkan Naufal, pantas saja perempuan itu nekat. Tapi— apa selera Nata di masa lalu memang seperti ini?

Mendengar penuturan Tania, ingin rasanya Ayyara tertawa. Drama yang bagus. Dia melirik Nata yang tengah memangku Ziel. Tidak ada tatapan berarti dimatanya, mungkin itu penglihatan orang-orang yang tidak mengenal Nata. Tapi tidak untuk Ayyara. Ayyara bisa melihat tatapan protes dari suaminya itu.

Tentu saja, karena ucapan Tania adalah sebuah kebohongan.

"Tapi mas Adin memilih mengakhirinya  karena perjodohan paksa antara kalian berdua. Padahal waktu itu hubungan kami sudah berjalan hampir satu tahun." sambung Tania masih dengan nada angkuhnya. Bahkan kini wanita itu tengah bersedekap dada, menyenderkan setengah tubuhnya pada meja kerja Nata.

Tidak sopan, pikir Naufal. Tapi lagi-lagi fakta dari Tania membuat Naufal terkejut.

Rasanya Ayyara ingin tertawa. Apa katanya tadi? Satu tahun? Yang benar saja!

"Oh, jadi kamu diputusin?" Ayyara memainkan kuku-kukunya yang terlihat cantik sebab tadi ia merias nya terlebih dulu. Mempersiapkan penampilan super duper cuantik untuk membujuk suaminya. Eh, malah harus berurusan dengan rubah picik.

"Itu semua karena perjodohan konyol keluarga kalian!" sentak Tania, intonasi perempuan itu cukup tinggi.

Sudah nekat, berani pula. Memangnya siapa yang berani membentak istri bos di hadapan bos-nya langsung? Hanya perempuan gila itu.

1000% GENGSIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt