.....






Mark memandang hidangan yang ada di hadapannya dengan tidak selera. Taeyong tidak lagi memasak untuk mereka karena yang Taeyong masak adalah makanan rumahan sederhana. Dan Nyonya Rosaline tidak menyukai hal itu, ia cenderung menyukai makanan mewah dan berkelas. Untuk Alana sendiri itu tak masalah, selama semua itu adalah untuk Mommy -nya apapun itu akan ia lakukan. Jaehyun yang duduk di meja makan juga terlihat sangat santai, seolah tidak ada yang terjadi.

Sementara Taeyong berdiri bersama pelayan lainnya, kembali seperti semula. Ia juga ikut berjejer di sisi ruang makan. Mark beberapa kali menolehkan matanya hanya untuk melihat kondisi Taeyong, Papanya.Ia khawatir dengan Taeyong. Dokter Kang bilang Taeyong tidak boleh kecapekan. Tapi dengan kebiasaan makan ala konglomerat, Mommy-nya makan dengan sangat lama. Suasana makan yang seperti ini selalu membuat Mark muak. Ia ingin pergi dari ruang makan secepatnya.

Bukan, Mark bukan membenci Mommy-nya. Sama sekali tidak ada di dalam kamusnya untuk  membenci Mommy-nya. Dia hanya tak menyukai kebiasaan-kebiasaan membosankan yang selalu di utamakan Mommy-nya.
Selama makan pun Taeyong tidak berani menatap ke arah Jaehyun. Ia takut jika dirinya justru akan lepas kendali dan berlari menuju ke arah Jaehyun. Ia merasa ada sepasang mata yang menatapinya terus menerus. Taeyong berusaha mengabaikan tapi Ia tidak bisa. Sampai akhirnya Taeyong melihat ke arah Mark yang menatapnya penuh dengan rasa khawatir.

Begitu tatapan Taeyong bertemu dengan Mark, Ia tersenyum menenangkan. Mark jelas terlihat sangat tidak nyaman. Maka dari itu, Taeyong terus saja tersenyum untuk menenangkan Mark.
Taeyong mengira bahwa Mark yang menatapnya terus menerus tanpa henti. Tapi rasanya sedikit berbeda, bukan tatapan Mark yang mengganggunya. Sejenak Taeyong sadar, tapi ia tetap tidak mau menatap ke arah dimana tatapan itu berasal. Taeyong hanya takut, ia takut jatuh lagi.

Yang harus ia lakukan adalah pergi dari tempat ini secepat mungkin, sebelum ia kembali terperangkap. Terperangkap oleh pesona seorang Ace sekali lagi.




.....





“Kenapa kau menghindarku?” sosok itu telah menunggu lama di depan pintu kamar Taeyong. Begitu sangat pemilik kamar kembali, sosok itu segera menarik Taeyong masuk ke dalam kamarnya begitupun dengan dirinya. Ia kemudian mengurung Taeyong di antara kedua tangannya, memaksa Taeyong untuk menatap tepat ke arah matanya. Terpaksa Taeyong menatap mata tajam yang Ia rindukan itu, hanya sejenak.

“Saya sama sekali tidak menghindari anda, tuan Ace,” bantah Taeyong tanpa berani menatap mata yang seolah menusuknya itu. Jantung Taeyong sekarang berdegup sangat cepat, Ia takut. Tubuhnya bergetar pelan, Taeyong bahkan harus mengepalkan tangannya dengan kuat agar Ia tidak lancang untuk memeluk tubuh Jaehyun yang saat ini mengukungnya, sungguh Ia sangat merindukan Pria yang lebih tua darinya ini,ingin ia peluk dengan erat.

“Tatap mataku saat kau bicara, Taeyong. Jangan tidak sopan dengan majikanmu!” Jaehyun mencengkram pipi Taeyong dengan tangan kanannya. Ia membuat mata Taeyong yang sedikit berair itu untuk menatap matanya yang tajam. Jaehyun bukannya tidak peka, Ia menyadari jika ada ketakutan yang cukup besar di mata bulat itu.

Jaehyun kembali membuat Taeyong sadar, benar apa yang dikatakan Jaehyun. Jaehyun adalah majikannya, sedangkan dirinya tidak lebih dari seorang pembantu untuknya.
“Maafkan saya tuan Ace. Sebenarnya ada yang ingin saya katakan kepada Anda, tapi tidak sekarang. Saya hanya belum siap. Besok malam datanglah ke taman di belakang rumah,aku akan mengatakannya.” lirih Taeyong. Jaehyun
Kelihatan sangat marah, tapi yang ia lakukan hanya melepas cengkraman di pipi Taeyong dan pergi begitu saja, tanpa sepatah katapun yang ia ucapkan. Sementara Taeyong jatuh terduduk, ia kemudian menundukkan kepalanya. Menyembunyikan tangisnya di dalam lipatan tangannya.

Sekali lagi, Taeyong menangis.

Ia ditolak.





.....






Mom, ayo kita makan kue dan minum teh di taman. Suasananya sedang hangat di luar!” Alana menarik tangan ibunya sangat semangat. Dengan cepat, seseorang yang berstatus sebagai ibunya itu justru malah menghempaskan tangannya.

“Tidak, Mommy tidak suka melakukan hal yang bisa membuat kulit Mommy rusak, Lana. Jadi jangan pernah berharap untuk Mommy melakukan hal-hal yang tidak berguna seperti itu,” Ujar Nyonya Rosaline sambil berjalan meninggalkan gadis kecilnya yang terlihat sangat sedih saat ini.

Alana sama sekali tidak tahu jika hal yang seperti ini justru yang di dapatkan setelah sekian lama. Ia bahkan rela melepaskan papanya hanya agar wanita yang saat ini sedang membaca majalah itu bisa bermain dengan dirinya.
Alana kemudian berlari menuju kamar Mark. Ia menceritakan semua yang ia alami kepada kakaknya itu. Mark sama sekali tidak heran dengan perlakuan yang di dapatkan Alana. Ia sudah terbiasa, makanya Mark sama sekali tidak punya cerita yang bisa Ia bagi saat dirinya masih seusia Alana.

“Kita ajak Papa saja untuk piknik di sore hari, bagaimana Lana?” Adiknya yang sedang menunjukkan wajah sedih itu kemudian tersenyum gembira. Ia mengangguk dengan semangat.

Jadi disinilah mereka dengan Taeyong yang menuangkan Teh ke masing-masing gelas mereka. Sebuah vas yang berisi berbagai bunga yang Taeyong petik sendiri dari kebunnya menambah kesan mereka untuk piknik kali ini.
Sangat menyenangkan.

“Nona Alana, bagaimana sekolah anda tadi?” Taeyong bertanya kepada Alana setelah Ia meletakkan teko yang berisi teh original miliknya. Butuh waktu bagi Taeyong untuk membuat sari bunga, untuk piknik dadakan seperti ini.Tidak apa-apa jika mereka menikmati teh original. Yang jelas bunga yang ditata oleh Taeyong justru membuat mereka sangat senang, apalagi Alana.

“Aman, Papa. Semua teman Lana di kelas tadi cukup baik. Tidak ada satu pun yang jahat ke Lana. ”

“Syukurlah jika seperti itu, bagaimana dengan anda tuan muda?” Taeyong dengan seenaknya mengganggu Mark yang sedang menikmati castella-nya. Mendengar Alana memanggil Taeyong kembali dengan sebutan 'Papa' membuat Mark tersenyum. Ia kemudian meminum teh nya seteguk dan menjawab pertanyaan Taeyong kepadanya.

“Sangat baik,Papa.Ulangan fisika ku mendapat nilai yang tertinggi tadi, aku sangat senang.”

Taeyong tersenyum lembut, Ia kemudian mengelus kedua kepala anaknya dengan lembut. “Papa bangga dengan kalian. Belajarlah dengan rajin tapi jangan memaksakan diri. Kalian dengar itu?”

Aye aye Papa! Jawab Mark dan Alana sambil memberikan hormat mereka kepada Taeyong. Mereka tertawa bersama kemudian.

“APA? Aku tidak salah dengar kan? Anak-anakku memanggilmu dengan sebutan Papa? Pembantu sepertimu dipanggil Papa oleh anak-anak emasku? Kau pikir kau siapa? Udik!” Teriakan kasar dan tarikan kuat di rambut Taeyong membuat mereka yang sedang berpiknik kaget. Alana bahkan menangis seketika begitu Ia melihat papanya diperlakukan seperti itu. Mark berusaha untuk melepaskan cengkraman ibunya di kepala Taeyong.

Mom! Hentikan!” sekuat tenaga anak-anak itu menarik ibu mereka.

“Kau! Pergi dari rumah ini! Dasar tidak tahu diri! Kau pikir pembantu sepertimu pantas dipanggil Papa oleh anak-anakku? Seharusnya kau bisa berkaca dan sadar diri! Dasar rendahan! Kalian berdua! Ikut denganku!” Nyonya Rosaline menarik tangan Mark dan Alana kasar masuk ke dalam rumah.

Taeyong masih bisa mendengar suara Mark dan Alana yang meneriaki namanya. Ia tidak mau membuat Nyonya Rosaline jadi benci dengan anak-anaknya. Seperti rencana awal Taeyong yang akan meninggalkan rumah ini. Sekarang Ia tidak perlu lagi mencari alasan bagaimana caranya Ia ingin keluar. Tapi ia sudah terlanjur janji dengan Jaehyun jika Ia ingin menemuinya besok. Sepertinya tidak akan ada apa-apa jika Taeyong tinggal sampai besok, Nyonya Rosaline pasti mengerti. Atau paling tidak, yang Taeyong lakukan hanya tidak perlu menampakkan diri di hadapan Nyonya Rosaline saja sudah cukup.

Sebenarnya Taeyong ingin mengundurkan diri dan berniat untuk menemui Jaehyun, tapi itu sudah tidak perlu lagi. Jadi yang akan Ia lakukan nanti saat bertemu Jaehyun adalah menyampaikan salam perpisahan.

Taeyong tidak punya banyak waktu, Ia harus berkemas saat ini.








Tbc.

Kamis,⁰⁸/Juni/²⁰²³

Devil's Claw • [ JAEYONG ] • [ END ]Where stories live. Discover now