Devil's Claw • [ JAEYONG ] • [ END ]

9

“Syukurlah nona Alana senang.Oh! Ada yang ingin Papa katakan kepada kalian. Yang pertama,kalian tidak boleh panggil Papa dengan sebutan 'Papa' jika dihadapan Mommy kalian ok?”

“Kenapa?” Mark terlihat tidak menyukai usulan yang baru saja Taeyong usulkan kepada mereka. “Tentu saja itu bisa menghadirkan kecurigaan Mommy kalian,” jawab Taeyong sabar.

“Memangnya kenapa kalau Mommy tau?” Mark masih tidak setuju dengan usulan Taeyong yang sebenarnya merugikan Mark dan Alana, terlebih lagi untuk diri Taeyong sendiri. Mereka sudah sangat nyaman dengan panggilannya kepada Taeyong,akan sangat sulit jika ingin diubah sekali lagi.

“Nanti Mommy kalian sedih ,” jawab Taeyong lirih. Ia juga tidak mau membiarkan Mark dan Alana menutupi panggilan mereka kepadanya. Tapi tidak ada cara lain,bisa saja Taeyong dipecat oleh nyonya Rosaline jika mengetahui anak-anaknya memanggilnya dengan sebutan 'Papa' bukan?.

“Alana tidak mau Mommy sedih,kan Mommy baru saja sembuh.Lana akan mengikuti apa yang papa katakan. Eh,maksud Lana, Taeyong.” Sangat menyakitkan mendengar panggilan itu kembali. Panggilan itu seolah-olah membuat Taeyong menjadi orang lain untuk mereka.

“Yang kedua?” Mark tidak mau membenarkan suruhan Taeyong kepadanya,karena ia tidak bisa seperti Alana yang manjajikan hal itu dengan mudahnya.

“Yang kedua...ini tentang kehamilan Papa.” Suara Taeyong meluruh,sangat lirih. Ia sedang menahan agar dirinya tidak menangis saat ini.

“ Papa ingin kami menutupi tentang kehamilan Papa?adik kami? Anak Daddy?” Mark bertanya spontan,ia kaget. Kenapa juga papanya harus menutupi hal sepenting itu dari Daddy mereka?

Taeyong menganggukan kepalanya. Ia tidak sanggup lagi berbicara. Jika ia berbicara,runtuh sudah. Air mata yang ditahannya akan langsung mengalir begitu saja. Taeyong tidak mau membuat anak-anaknya khawatir hanya kerena melihat dirinya menangis. “Lana tidak akan bilang ke Daddy tentang Adi baru. Bisa saja hal itu membuat Mommy sedih kan,Taeyong?” Bahkan Alana sudah bisa memanggilnya dengan namanya kembali tanpa ragu. Dengan pelan Taeyong kembali menganggukkan kepalanya.

“Tapi itu sama saja Papa menutupi hal itu dari Daddy! Dan aku sangat tahu jika Daddy tidak akan menyukai hal ini! Daddy tidak suka jika ada sesuatu yang ditutup-tutupi darinya! Apalagi adik yang ada di dalam perut Papa adalah milik Daddy juga! Milik kalian!” Mark benar-benar tak habis pikir dengan papanya. Kenapa papanya mau menanggung semuanya sendirian?

“Kak Mark tenanglah! Taeyong melakukan ini untuk menjaga Mommy!” Alana masih Keukeh dengan pendapat 'apapun yang dilakukan Taeyong saat ini adalah untuk menjaga majikannya yang baru sembuh' . Mark tidak mendengarkan apa yang dikatakan Alana,karena Alana sama sekali tidak melirik keadaan Taeyong yang sedang menghancurkan dirinya sendiri. Mark hanya ingin mendengarkan penjelasan Taeyong kepada dirinya. Ia menginginkan alasan yang paling rasional. Di mata Mark,Taeyong terlihat sangat konyol saat ini. Seolah-olah papanya itu sedang melompat-lompat di atas seutas tali yang bawahnya sudah ada jurang tanpa dasar.

“Mark,please!” Akhirnya air mata Taeyong jatuh juga. Ia memandang Mark dengan pandangan mengabur karena air mata. Tidak Mark maupun Alana ,kedua anak itu hanya membeku menatap Papa mereka yang sedang meneteskan air mata di hadapan mereka. Tapi Mark sangat yakin, air mata yang keluar dari mata Taeyong itu karena ia menahan rasa sakitnya sendirian.

“Terserah.” Mark menyerah, ia segera memeluk tubuh Taeyong. Alana yang tidak tahu apa-apa juga segera mengikuti kakaknya.

Taeyong menangis, ia menangis di dalam pelukan anak-anaknya. Tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali hal ini. Sebenarnya Alana sedikit bingung, kenapa Taeyong bisa menangis dengan sedihnya? Tapi ia masihlah anak-anak yang tidak mengerti tentang kehidupan asli yang ada di hadapannya. Bukan tidak, tapi belum. Akan ada saatnya Alana mengerti dan memperbaiki semuanya.