GIVEN-TAKEN

99 13 1
                                    


Mata bulat cantik itu terus memandangi sosok laki-laki yang tengah berlari menyusuri hutan gugur. Daun daun yang berguguran tak luput dari pandangannya. Dalam benaknya dia memuji betapa indah pemandangan itu.

Saat laki-laki yang tengah ia pandangi sedang berlari menembus hutan gugur, dengan sebilah pedang di tangan kanannya.

Dapat ia lihat bagaimana laki-laki itu nampak lelah. Ada raut takut yang terpancar dari wajah tampan itu. Hingga dalam satu detik yang tak terduga laki-laki tadi hilang dalam pandangannya.

Tak ada teriakan yang menandakan laki-laki tadi jatuh ataupun terpeleset. Hanya desir angin yang terdengar sedikit lebih kencang, pun suara riuh dedaunan juga ranting-ranting kering pepohonan.

Sepasang manik coklat itu mulai memberat, setelah hilangnya laki-laki tadi dari pandangannya. Samar ia dengar suara, namun tubuhnya tak bisa merespon lebih. Tubuhnya terasa melayang dengan sangat ringan.

Dan pada akhirnya kesadarannya benar-benar sudah hilang.


GIVEN-TAKEN

"Apa dia baik-baik saja?" Suara tanya itu mengusik tidur ku. Aku terganggu, sangat. Tapi anehnya aku tak bisa membuka mataku. Aku sadar akan kehadiran 2 atau mungkin tiga orang di sekitarku, dengan salah satunya tengah menyentuh dadaku.

Tunggu? Apa ada yang memegang dadaku?

Aku mengerang lirih, aku cukup sadar untuk merasakan betapa sakitnya dada kiri ku saat ditekan pelan.

"Dia baik, racunnya sudah ku keluarkan semu. Hanya tinggal menunggu dia bangun."

Racun apa? Bahkan sebelum tidur aku hanya menegak satu gelas susu. Apa susu yang ku minum dicampur racun?

"Emm pangeran, apa kita perlu membawanya dalam perjalanan? Maksudku tidak mungkin kita meninggalkan dia begitu saja."

Ouhh Tuhan, suara siapa ini? Kenapa terdengar begitu manis?

"Kurasa tak masalah. Kerajaan Lee sudah dekat."

Aku mengenal suara ini. Seperti suara si Jenong. Tapi kenapa suaranya terdengar tampan?

"Saya akan menggendong pemuda ini."

Hai, aku belum setuju. Kenapa mereka melakukan tindakan tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu.

"Apa berat?

Pertanyaan macam apa itu?

GIVEN-TAKEN

Kelopak mata itu bergerak perlahan, seirama dengan bulu mata lentik yang menghiasi. Erangan terdengar lirih dari bibir mungil pria itu. Jemari lentiknya terangkat guna memijat pelan pangkal hidung.

Dia merasa asing kala maniknya sudah terbiasa dengan bias cahaya. Dengan pelan ia duduk dari pembaringannya. Mengedarkan pandang layaknya orang linglung.

"Kau sudah bangun?" Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya dari satu lukisan. Manik mereka bertemu, ada gurat lega tersendiri yang terpancar dari manik coklat pemuda tadi.

"Siapa namamu? Kenapa kau bisa berada di perbatasan wilayah para Siren dan serigala?" Tanya orang itu mendudukkan dirinya di ranjang.

Entah dorongan dari mana, kini tangan pemuda itu tengah mengelus wajah lawan bicaranya. Bibir kecilnya terbuka lalu tertutup, seakan kata yang ingin ia lontarkan tertelan kembali karena keterkejutan.

"Jeno" Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulut kecilnya. Dan hal selanjutnya pemuda itu memeluk sosok yang ia yakini sebagai Jeno.

"Kau mengenalku?" Tanyanya membalas dekapan pemuda asing itu. Satu anggukan dengan isakan pelan jelas jadi jawaban untuk Jeno.

[8th] Songfic Dimenssion: SADAME || JAKESEUNG ||Where stories live. Discover now