Tentu semua menu di masak oleh para chef handal.

Lalu, untuk apa Demario memberinya kartu dan uang?!

Kenniro pun mengantri, untuk antriannya tak panjang. Ia mengambil sup kerang, udang dan Dim Sum. Setelahnya ia duduk di bangku yang kosong dan memakannya sendirian, ini beneran tak ada yang mau berteman dengannya!!!

Drttt

Drtt

Kenniro merongoh sakunya, melihat handphone dan ternyata Raka sedang menelponnya dengan panggilan video, ia pun mengangkatnya.

"Gimana keadaan Lo Ken? Ya ampun! Sampai di perban kepala Lo, nggak sampai amnesia kan? Lo masih inget gue kan? Gue Raka, teman Lo. Dan sebelah gue ini Kemal"

Kenniro memutar bola matanya malas, keadaannya sampai tak semenyedih kan itu ya!!

"Anak anjing Lo! Gak sampe segitunya juga kali" sungutnya

"Santai, Ken. Lo nggak di apa-apain kan sama kepala sekolah Lo?"

"Mata Lo nggak di apa-apain!! Gue di ruangannya sampe satu jam lebih bangke!! Dah itu di kasih surat panggilan orang tua lagi!!" Ujarnya sambil memakan makanannya. Beberapa murid menatap dirinya karena berteriak, tapi apa pedulinya?

"Lo mah masih mending, Ken! Gue sama Kemal Doble kill. Dah dapet surat panggilan ortu, kena skors tiga hari lagi"

"Terus Jordan gimana?"

"Kagak tau sih, kayaknya sama deh. Gue tutup ya telfonnya, dah bel nih!"

"Oke"

Tutt

.

.

.

Kenniro Duduk di pos satpam menunggu seseorang untuk menjemputnya. Huh! Tau gini ia pakai motornya tadi pagi.

Eh!! Tapi dimana motornya!! Kenniro baru ingat!

"Kenniro"

Suara dingin itu berhasil menyita perhatiannya. Ia mengalihkan pandangannya dan bertemu dengan mata tajam Papanya

Glug

"Ada apa dengan kepalamu?" Lagi-lagi suara dingin itu membuat Kenniro tidak bisa berkutik. Ia pun berdiri dan berjalan mendahului Demario

"Ayo pulang, gue capek" berusaha mengalihkan pembicaraan, tapi Demario tak bodoh untuk mengerti. Ia pun menahan Kenniro dengan mencengkeram erat tangan putranya

"Ada apa dengan kepalamu, Ken?" Suara itu bertambah dingin. Apalagi mendengar Kenniro berbicara menggunakan bahasa gaul dengannya

"Bukan urusan Lo!"

Geram dengan perlakuan anaknya, Demario menyeret tubuh Kenniro untuk masuk ke dalam mobil dengan kasar

"Cari tau apa yang dilakukan putraku hari ini" titahnya pada Roy yang menyetir di depan

"Baik tuan"

Kenniro yang mendengarnya pun mendelik, sok berkuasa nih bokapnya.

"Gitu aja minta bantuan, denger ya! Gue baru aja tawuran, hebat kan? Kalau aja ngga ketahuan, mungkin kelompok gue tadi menang"

Kenniro benar-benar bangga dengan dirinya sendiri, kemampuan bela dirinya semakin meningkat. Tak tau akan aura Demario yang semakin gelap

"Kamu kabur?" Kenniro mengangguk mengiyakan

"Tunggu hukuman mu di mansion" nada bicaranya semakin datar, tapi Kenniro sama sekali tak menyadarinya

"Mario..." Kenniro benar-benar dibuat geram oleh Demario. Tangannya bahkan sudah siap untuk menonjok wajah sangar Papanya itu

"Papa, panggil Papa"

Kenniro terdiam sebentar sebelum mengeluarkan raut wajah yang membuat Demario curiga dibuatnya

"Oke, tapi ada syaratnya"

Kenniro mengambil sebuah kertas di dalam tasnya. Lalu mengarahkan nya ke Demario

"Gue akan panggil Lo Papa. Tapi, sebagai balasannya Mama nggak boleh tau tentang ini"

Demario pun membuka kertas tanpa pikir panjang

"Surat peringatan dari sekolah?"

"Betul sekali. Besok Lo harus datang ke sekolah, dengan begitu gue bakal panggil Lo Papa. Tapi Mama nggak boleh tau tentang surat panggilan ini"

"Baiklah, tapi kamu juga tidak boleh menggunakan bahasa gaul mu itu. Baik bersama Papa atau yang lain"

"Oke, gue setuju"











See you next time...


🍄🍄🍄

ALESSANDRO||END||Where stories live. Discover now