Manusia serakah. Ucap Tong dalam hati. Tong ingin sekali menerjang Jendral itu dan membunuhnya. Bukan hanya Ayahnya yang orang itu bunuh tapi Build juga orang itu targetkan bersama kedua adiknya.

"Baiklah. Akan kupastikan Bible dan Vegas mati ditanganku dan kau serahkan Build padaku."

"Jangan harap kalian berdua bisa membunuh mereka bertiga." Tong keluar dari balik persembunyiannya. Tong tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti adik-adiknya dan juga Build.

"Doktet Tong?" Penpetch terkejut melihat dokter forensik itu berada di tempat ini.
"Bagaimana bisa kau sampai kesini?"

"Mengikutimu tentu saja." jawab Tong santai.

"Kau masuk kedalam sarang harimau nak." Aun Witaya bersemirk senang.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti adik-adikku. Terutama kau Jendral. Tidak kusangka kau dalang dari semua ini. Kaulah yang telah memunculkan psikopat itu dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Kaulah yang harusnya bertanggung jawab."

"Apa buktinya jika akulah dalang dari semua ini dan apa urusannya denganmu?" Penpetch memandang remeh Tong.

"Asal kalian tahu. Aku memiliki bukti kejahatan kalian selama ini. Dan akulah putra sulung Theerapanyakul yang kau hukum mati itu. Tentu saja ini ada urusannya denganku karena aku akan memastikan kalian membusuk di penjara. Aku tidak terima Ayahku mati begitu saja dengan hukuman yang seharusnya tidak ia dapatkan." Tong dengan lantang mengaku siapa dirinya tanpa takut akan terjadi sesuatu padanya.

"Kau apa?"

"Jadi kau Tankhun Theerapanyakul yang menghilang tanpa jejak. Aku tidak percaya kau bersembunyi layaknya pengecut sebagai dokter forensik dan membiarkan kedua adikmu sebagai psikopat. Pantas saja psikopat itu tidak bisa ditemukan oleh siapapun karena kah dan Bible melindunginya." Aun Witaya mengejeknya.

"Stelah ini kalianlah yang akan menjadi targetnya." Tong memberikan ekspresi dinginnya.

"Bukti apa yang kau miliki." Penpetch pura-pura tenang.

"Tentu saja kejahatanmu dengan Hakim Saksit dan Jaksa Chai enam belas tahun lalu, dimana kau menerima suap dan membunuh Ayah kami. Bahkan kejahatanmu Tuan Witaya saat kau membunuh kakak Biu dan Jendral melindunginya. Aku memiliki semuanya. Bagaimana jika masyarakat Thailand mengetahui kebenaran itu. Tidak, tidak hanya Thailand tetapi diseluruh dunia." Tong merasa dirinya menang ia lupa jika saat ini ia berdiri di mana.

"Tapi semua itu tidak akan pernah terjadi nak." Aun Witaya menyuruh anak buahnya untuk menangkap Tong.

Tong berhasil kabur namun karena tidak sebanding satu lawan banyak. Tong kalah dan di hajar oleh mereka. Setelah dirasa cukup Aun Witaya menyuruh anak buahnya berhenti.

"Suruh kedua adikmu datang kesini agar kau bisa menyaksikan sendiri kematian mereka di tanganku sama seperti kematian Ayahmu yang sia-sia itu." Aun Witaya tertawa keras melihat ketidak berdayaan Tong.

"Kau itu benar-benar bodoh Dokter Tong. Seharusnya kau kabur setelah mendengar pembicaraan kami dari sini sebelum ketahuan. Kau malah menantang. Dan terimakasih karena telah membuka siapa kau sebenarnya sehingga aku tidak perlu susah-susah mencari keberadaanmu." Penpetch berkacak pinggang merasa angkuh.

"Mile tidak uhuk... akan membiarkan kau lepas begitu uhuk... juga dengan Jaksa Chai." Tong berbicara dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya bahkan darah telah keluar dari mulutnya.

"Bunuh mereka semua tanpa jejak. Dan kirimi Biu videonya agar anak itu mau datang kesini." Penpetch pergi dari gudang itu dengan senyum di bibirnya.

PSYCHOPATH (BIBLEBUILD)Where stories live. Discover now