"Kamu selama ini sekolah dimana?" Pertanyaan dari Agra tertuju pada Kenniro. Tak mungkin Samuel karena ia sudah kuliah dan tak mungkin juga Gara karena lelaki itu sudah bekerja

"Starla high school" jawab Kenniro

"Mulai besok, kamu akan sekolah di Alessandro high school" bukan Agra yang berbicara, tetapi Demario. tapi semua keluarganya mengangguk setuju

"Enak aja! Siapa Lo ngatur-ngatur gue" ujarnya dengan sarkas. Ia pindah sekolah dan itu artinya ia akan berpisah dengan Raka dan Kemal

"Ken! Yang sopan" ujar Irene

"Tapi Ma, dia—"

"Panggil Papa"

"Pokoknya gue nggak mau pindah sekolah!" Kenniro berdiri dari duduknya dan pergi dari sana. Tapi langkahnya terhenti karena perkataan dari Demario

"Baiklah, kalau begitu kamu homeschooling saja" ujar Demario santai yang berhasil menyulut emosi Kenniro

"Mario!! Lo benar-benar ya!!"

"Kenniro!! Sudah berapa kali Mama bilang, panggil dia Papa!"

Tidak bisa, Kenniro tidak bisa mengucapkannya. Lidahnya terlalu kelu, tujuh belas tahun ia hidup tak pernah sekalipun mengucapkan panggilan itu. Panggilan yang begitu asing saat terucap di bibirnya

Kenniro melengos begitu saja tanpa mengucapkan apapun. Tak lama, terdengar pintu yang tertutup secara kasar di lantai empat

"Maafkan atas sikap Kenniro, tak seharusnya dia begitu. Aku akan bicara padanya nanti" ujar Irene

"Tak apa, Kenniro hanya anak kecil. Dia perlu waktu untuk menerima semuanya" balas Agra lalu ikut pergi dari sana

.

.

.

"Kenniro, bukankah saat di rumah sakit kamu sudah mulai menerima Papa mu? Lalu apa tadi?"

Irene dan Kenniro hanya berdua di kamar ini. Selepas semuanya pergi dari meja makan, Irene langsung bergegas menghampiri Kenniro.

"Tapi kenyataannya Ken nggak bisa"

"Karena kamu tidak mencoba, Ken. Coba kamu awali dengan memanggilnya Papa, lalu menerima sedikit demi sedikit kehadirannya. Mama yakin, kamu pasti bisa"

"Ken nggak bisa, ma. Ken benar-benar nggak bisa. Tolong jangan paksa Ken"

"Dia tidak seseram dan sejahat yang kamu pikirkan, Kenniro" balas Irene

"Buktinya dia mau pindahin Ken sekolah, secara tidak langsung dia mau pisahin Ken sama Raka dan Kemal" ada saja jawaban dari mulut Kenniro yang tak membuat Irene heran karena sudah seringkali Kenniro seperti itu

"Kan kalian masih bisa bertemu diluar jam sekolah"

"Ya tetap aja, Ma! Nggak ada angin, nggak ada hujan tiba-tiba mau pindahin Ken sekolah"

"Mama sudah bilang, Papa kamu mempunyai perusahaan yang besar. Tentu musuhnya sangat banyak di luaran sana. Kalau kamu pindah ke sekolah milik keluarga ini, keamanan kamu akan lebih terjamin"

Irene lalu keluar. Di depan, ada Demario yang berdiri menunggunya

"Kamu urus berkas kepindahan Ken, soal Kenniro biar aku yang urus" Demario mengangguk dan mencium kening Irene lalu bersama-sama pergi dari sana

"Gara baru saja membeli dua ekor harimau, kau tau kenapa?" Tanya Demario sambil menatap istrinya

"Kapan itu?"

"Aku baru saja melihatnya menghubungi seseorang"

"Sepertinya Gara benar-benar ingin dekat dengan putra kita" ujar Irene yang membuat Demario bingung

"Maksudnya?"

Irene pun menjelaskan tentang Kenniro dan Gara yang tidak terlalu dekat. Dan juga menceritakan tentang pembicaraan tadi saat bersama Gara

Tapi sepertinya Gara salah paham, maksud hewan berbulu itu hewan yang menggemaskan, bukan menyeramkan.

Tapi ini bukan salah Gara sepenuhnya, karena ia tak pernah repot-repot melakukan ini. Samuel  tak pernah meminta apapun padanya

Gara adalah yang paling tua diantara Samuel dan Kenniro. Tentu ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang adik. Berbeda dengan Samuel yang merasakannya, ia tau apa yang dibutuhkan oleh seorang adik karena ia pun adalah adik Gara. Jadi Samuel  masih bisa mengurangi sedikit sifat dinginnya karena seorang adik membutuhkan kakak yang bisa di ajak bermain. Berbeda dengan Gara yang sangat kaku untuk melakukannya










































Hai!
Gimana nih menurut kalian ceritanya?
Sampai jumpa lagi di hari Selasa

🍄🍄🍄

ALESSANDRO||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang