-003

30 5 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 18:05, Candi baru saja sampai dan segera memarkirkan mobilnya ke garasi. Tanpa merasa curiga pada keadaan rumahnya, Candi segera masuk ke rumah. Langkah kakinya seketika berhenti setelah melihat seseorang menatapnya dengan marah.

"Jam enam lewat dan lo baru pulang? Yakin tuh konsultasi aja?" Nada bicara ketus yang sangat familier bagi Candi.

"Nad, ngapain lo di rumah gw jam segini?" Wajah manis sang sahabat terlihat tidak suka dengan pertanyaan balik yang diajukan olehnya.

"Orang nanya tuh dijawab, bukan malah nanya balik!" Nadira masih memandang tajam ke arah Candi, bahkan sekarang gadis manis itu berjalan mendekati Candi.

Candi mengangkat tangannya di depan dada seolah melindungi dirinya dari Nadira. Langkah kakinya mundur, menjauhi sang sahabat.
"Nad, are you okay?" Baiklah, sekarang Candi merasa sediki takut dengan sahabatnya itu.

Nadira berhenti tepat di depan Candi dan hanya berjarak satu langkah.
"KENAPA BARU BALIK?! LO KIRA GW GA KHAWATIR?! LO KIRA GW GA PANIK WAKTU LIAT LAMPU RUMAH LO MATI?! LO PERNAH MIKIRIN GW GA SIH?!"

Candi terdiam menatap sahabatnya itu. Candi bingung harus bagaimana mengahadapi sahabatnya itu sekarang. Ini pertama kalinya Nadira semarah itu dengannya, hanya karena dia pulang agak telat. Ayolah, ini belum terlalu malam kan?

Merasa tidak dianggap kehadirannya, Nadira segera pergi dengan tergesa dan menutup pintu rumah Candi dengan kasar.

Candi terdiam mendengar suara keras dari pintu itu.
"Salah lagi? Memangnya kenapa sih?"

Candi menghembus napasnya kasar dan berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap tidur.

Hari semakin malam, dan Candi masih menatap nama kontak di ponselnya. Menimang untuk menghubungi kontak tersebut atau tidak. Lama dia berfikir hingga dia mengantuk dan tertidur dengan ponsel ditangannya.

-------------------------

Pagi ini hening, tidak ada suara berisik yang biasa mengisi pagi seorang gadis bersurai merah gelap. Gadis itu membuka matanya dengan sedikit kecewa, karena suara berisik yang ia tunggu tak kunjung datang.

Gadis bersurai merah gelap itu segera turun dari kasur dan berjalan menuju jendela kamarnya, dapat dilihat dari situ jika tidak ada pergerakkan apapun dari rumah sahabatnya.

Karena merasa ada yang tidak beres, Candi langsung pergi menuju rumah sahabatnya itu. Tidak peduli dengan keadaannya yang masih setengah sadar karena bangun tidur, Candi sedikit berlari menuju rumah biru muda disebelah rumahnya itu.

Gadis itu terengah tepat di depan gerbang besar itu, dapat ia dengar suara samar teriakan seseorang. Seketika jantungnya seolah berhenti berdetak, suara samar itu membuatnya takut.

Candi dengan cepat membuka paksa gerbang besar itu, tidak peduli suara yang ditimbulkannya akan mengganggu orang lain.

Susah payah gadis itu membuka gerbang hingga tangannya memerah, pada akhirnya gerbang itu bisa terbuka. Dengan langkah bak diatas awan, Candi berlari menghampiri pintu besar rumah itu.

Gadis itu mengetuk pintu dengan tidak sabaran dan sedikit meneriakkan nama sang sahabat.
"NADIRA! NADIRA BUKA PINTUNYA! LO DENGER GW KAN?!"

Entah sudah berapa kali Candi meneriakkan nama sang sahabat hingga suaranya serak. Tidak lama, pintu besar itu terbuka dan memampilkan Nadira dengan mata sembabnya yang keluar dengan terburu buru dari dalam rumahnya.

Candi segera menarik Nadira dan memegang kedua bahunya.
"Nad? Lo gapapa? Lo abis nangis? Tadi suara siapa, Nad?"

Nadira mendorong tubuh Candi menjauh dari rumahnya, hingga sampai di depan gerbang, Nadira menjawab pertanyaan Candi dengan suaranya yang bergetar.

"Ayo kita ke rumah lo aja, gw bakal jawab semua pertanyaan lo, tapi ga di sini"
Nadira menarik tangan Candi keluar dari area rumahnya dan sedikit berlari menuju rumah Candi.

Saat sudah sampai di rumah Candi, gadis bersurai merah itu segera menarik sahabatnya masuk dan memeluknya.
"Nad, are you okay?"

Mendengar itu, Nadira menangis, gadis manis itu menangis sejadi-jadinya dan membalas pelukan Candi dengan sangat erat.

"Hey, Nadira... what's happening?"
Candi mengusap punggung bergetar sahabatnya itu. Berusaha menenangkan sang sahabat.

Mulai tenang, Nadira menarik napasnya berat. Gadis manis itu melepas pelukan Candi dan berusaha menatap mata sahabatnya itu.

"Can, jangan pernah dateng ke rumah gw, apapun yang terjadi. Sekali pun lo denger ledakan dari rumah gw"
Suara Nadira bergetar dan napasnya menggebu.

Candi terkejut dan menatap heran sahabat manisnya itu.
"Maksud lo apa, Nad? Lo gila ya?! Kidding me, Nad?"
Suara Candi yang terkesan membentak itu mampu mengejutkan sahabat manisnya.

Nadira menutup matanya kala mendengar bentakan yang dilayangkan oleh Candi.
"Lo akan tau, tapi ga sekarang Candi. You should focus for your therapy"
Nadira menahan isakannya. Banyak yang ingin diceritakan oleh gadis itu, tapi ia hanya memendamnya. Ia takut jika itu akan mengganggu Candi nantinya.

Gadis bersurai merah gelap itu berdecak sebal.
"Ck! Up to you! Gw mau ke kampus, terserah lo mau siap-siap dimana"

Candi kembali ke kamarnya dan meninggalkan sahabat manisnya itu di ruang tamu. Gadis itu merasa jengkel, dia merasa tidak berdaya setelah mendengar perkataan sahabat manisnya. Benar bahwa keadaannya sangat tidak baik sekarang, dia harus fokus pada terapinya.

--------------------

Kedua gadis bersahabat itu sedang menuju ke kampus mereka, hening memenuhi sedan hitam itu. Gadis manis dengan mata sembabnya fokus menatap keluar jendela, sedangkan gadis bersurai merah sibuk menyetir dengan genggaman eratnya pada stir mobil.

Tepat sebelum mereka sampai ke kampus, si gadis manis itu bersuara masih dengan melihat keluar jendela.
"Keadaan rumah gw ga sebaik itu. Gw ga pernah mau lo ke rumah gw, itu semua karena gw takut lo bakal tau sekacau apa keadaan rumah, seberantakan apa kamar gw, segila apa orang-orang di rumah. Gw yakin lo bakal marah besar sama gw klo lo tau keadaan kamar gw. Kalo saatnya datang, nanti kak Hesa bakal kasih tau lo tentang semua alasan gw. Walaupun harapan kak Hesa 'saat' itu ga akan pernah datang"

Gadis manis itu menghembuskan napasnya kasar saat dia melihat gerbang kampus yang sudah ada di depan mereka.
"Oke, kalo lo mau ke kantin, ajak gw ya!"

Candi yang terdiam selama mendengar penjelasan sahabatnya itu seketika terkesiap saat mendengar perubahan suara dan wajah sahabat manisnya itu. Senyuman manis itu akhirnya terlihat di wajah Nadira.

Setelah sedan hitam itu terparkir dengan rapi, Nadira segera keluar dan melambaikan tangannya pada Candi dengan wajah cerahnya.

"Jadi, selama ini lo pakai topeng?"
Candi menatap punggung sempit sahabat manisnya itu menjauh dari mobilnya.

Candi masih terdiam di mobilnya dan meratapi perkataan sahabat manisnya itu.
"Apa 'saat' yang ga diharapin sama kak Hesa? Apa yang ada di kamarnya Nadira? Kenapa Nadira pakai topeng sebegitu cerahnya?"

Gadis bersurai merah itu menundukan kepalanya menatap kepalan tangannya yang terdapat memar di sana.
"Apa luka Nadira lebih dari ini? Apa gw terlalu berlebihan sama masalah gw? Apa memar gw ga sebanding sama sakitnya luka Nadira?"




























Hai👋🏻
Apa kabar?
Gimana sama part kali ini?
Please vote and comment

Hugs of The Sea|| Taehyun X ChaeryeongWhere stories live. Discover now