03. Adik-adikku Tersayang

62 12 8
                                    

"Huh..."

Waktu berselang beberapa saat, dan aku akhirnya menghentikan Fauna Mirage. Dan benar saja, aku merasakan kelelahan dalam jumlah yang banyak, cukup untuk membuatku terduduk.

Kemudian, Sora dan Tora berlari menghampiriku, dan memeluk badanku dengan senyuman di wajah mereka. Oh, mau seberapa banyaknya aku melihat mereka, hatiku akan selalu ditenangkan oleh mereka berdua.

"Itu benar-benar keren, Kak!" kata Sora.

"Sungguh luar biasa, Kak..." ucap Tora.

Mau bagaimanapun juga, aku tidak akan pernah bisa merah kepada mereka. Lagi-lagi, aku hanya tersenyum kecut.

Kemudian, aku melepaskan pelukan mereka, dan berdiri tegak di depan mereka sambil meregangkan badan. Rasanya seperti lelah itu tidak pernah mendatangiku.

"Berhubung aku masih berada di sini, bagaimana kalau kita latihan bersama, sebentar saja?" kataku.

Tora nampak terkejut, "E-Eh? Bukankah Kakak baru saja merasa kelelahan...?"

"Serius, Kak?! Asik! Ayo, ayo!" Mengabaikan adik kembarnya, Sora kembali terlihat bersemangat dan mulai menarik-narik tanganku.

Menanggapi ini, aku tertawa kecil.

"Baiklah... seperti biasa, kalian akan menyerangku secara bersamaan. Apa kalian bisa melakukannya?"

““Bisa!”” jawab mereka serentak.

Kemudian, aku melangkah mundur, memberi jarak bagi kedua adikku. Melihatku mundur, mereka berlari ke belakang, menjauhiku juga. Setelah beberapa detik, aku menyuruh mereka berhenti.

"Nah, dengan begini kita sudah siap!" kataku, sambil melakukan sedikit pemanasan.

"T-Tetapi, Kakak tidak membawa senjata..."

"Serius, Kak? Lawan kami berdua tanpa senjata?"

Aku menjawab dengan percaya diri, "Kalian juga tidak sedang memakai senjata. Bukannya ini adil?"

Harus kuakui, aku tidak akan bertingkah sok keren begini jika aku tidak sedang bersama mereka.

Mereka berdua terdiam. Kemudian, mereka berdua mengangguk. "Baiklah, Kak, kapanpun kamu siap!"

Setelah itu, aku memasang kuda-kuda, dan memberikan isyarat kepada mereka berdua untuk menyerang duluan.

Langsung, Sora menerjang ke arahku dengan pukulannya, dan aku melihat Tora sedang merapal mantranya. Menanggapi itu, aku melompat mundur dan segera memegang tangan Sora dan melemparnya ke depan.

"Ack! Aduduh..." Dengan cepat, dia bangkit kembali, tapi detik-detik itu bisa aku manfaatkan.

Tora masih sedang merapal mantranya. Setidaknya, butuh empat detik lagi sampai dia berhasil meluncurkan serangannya. Untungnya, aku bisa merapal lebih cepat darinya.

"Laksanakan, Wind Slice!"

Dengan memotong rapalan, mantra sihir anginku memang menjadi lebih lemah, tapi aku bisa menyerangnya dengan cepat dan mengacaukan mantra Tora.

"... demi melawan musuhku, aku--ahh!!"

Aku menyeringai, "Kau pikir aku akan menontonmu me--Whoa!"

"Makan nih, Kak! Hiyaa!"

Begitu aku mengatakan itu, Sora sudah melancarkan serangan keduanya, dan sekarang dia menggunakan kakinya. Kanan, kiri, kanan, kiri. Dia sangat cepat.

"Tapi..."

Aku membalas serangannya dengan tendangan keras di perut, menjatuhkannya ke lantai sekali lagi.

"Lagi?!"

Tora kembali merapal mantranya, namun berhasil kuhentikan dengan Wind Slice lagi.

"... air yang--Aduh!"

Kini, tidak satupun dari mereka yang berusaha untuk melanjutkan pertandingan, sepertinya mereka sudah merasa lelah, dan tidak bisa menahan rasa sakit. Semua itu terlihat jelas dari raut muka mereka. Untungnya, aku tidak meninggalkan luka apapun.

"Aku menang lagi," kataku. "Perkembangan kalian cukup memuaskan, harus kukatakan itu. Meskipun kekuatan kalian hanya meningkat sedikit, ketahanan kalian sudah menjadi lebih baik! Tidak kusangka kalian sekarang sudah bisa langsung bangkit begitu menerima serangan. Selamat!"

Aku bertepuk tangan, memberikan apresiasi kepada kedua adik kecilku ini.

"Lihat... kita dipuji Kakak lagi!" seru Sora, ekspresinya terlihat begitu cerah.

"T-Terima kasih, Kakak..." gumam Sora, pipinya nampak memerah.

Kemudian, aku membersihkan debu dari pakaianku, dan mulai merapal sebuah mantra.

"Hilangkan rasa lelah kami--Restoration."

Untuk beberapa saat, aku, Sora dan Tora dikelilingi oleh cahaya hijau yang redup. Begitu cahaya hijau itu menghilang, aku merasa sedikit lebih segar dari sebelumnya.

Aku melihat kepada kedua adikku, dan mereka sudah tidak memasang ekspresi kesakitan lagi. Mereka sedang terduduk di lantai.

"Terima kasih, Kak!" kata Sora.

Tora mengikuti, "Mantra sihir ini sangat berguna..."

Aku tersenyum mendengarnya.

Restoration adalah salah satu mantra tingkat rendah yang kupelajari setelah membaca buku-buku di perpustakaan rumah. Seperti namanya, mantra ini fungsinya memulihkan.

Versi terlemahnya hanya dapat mengurangi rasa lelah dan meredakan sakit dalam jumlah yang cukup minim, jadi meskipun mantra ini memerlukan waktu untuk bisa dipelajari, manfaatnya tidak sehebat itu. Tapi, aku sudah mengetahui kalau Restoration yang terkuat mampu memulihkan stamina, meredakan rasa sakit, dan bahkan mempercepat regenerasi alami tubuh kita. Aku akan menunggu hari di mana aku bisa mempelajari mantra itu.

Kuharap rapalan mantranya tidak dilebih-lebihkan...

"Mantra ini hanya membuat kita merasa sedikit segar, dan meredakan rasa sakit. Ini adalah mantra yang cukup mudah untuk dipelajari."

"A-Aku pasti akan bisa menggunakan mantra ini juga!"

"Semangat yang bagus."

"Hei, bagaimana denganku?!"

Menanggapi Sora yang mengeluh, kami berdua hanya tertawa. Kemudian, Sora juga ikut tertawa.

Ah, rasanya menyenangkan sekali. Sudah jelas, menghabiskan waktuku dengan mereka berdua adalah momen-momen terbaik dalam hidupku. Bahkan, aku berani bilang kalau aku lebih menyayangi adik-adikku ketimbang ayah dan ibuku.

Kurasa itu wajar-wajar saja, mengingat mereka berdua selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, walaupun aku tidak tahu apa tepatnya yang mereka lakukan, dengan mendukung keluarga Redfield mengatur kota kecil ini. Mungkin mengurus dokumen-dokumen dan semacamnya?

Sebagai kota yang yang berada tak jauh dari pinggiran ibukota, dan tidak memiliki ciri khas apapun, seharusnya kota ini tidak sesibuk yang aku kira, kan?

Kalau boleh jujur, aku tidak ingin menjadi bawahan keluarga Redfield, meskipun mereka bukanlah orang jahat.

Yah, aku masih kecil, seharusnya aku tidak boleh membiarkan hal-hal seperti itu mengacaukan pikiranku.

Shadow SlanderWhere stories live. Discover now