Bab 6

59 6 0
                                    

Hari ini aku malah dibawa ke kuil. Apa yang dipikirkan kedua pasangan ini? Aku mengikuti mereka saja lah. Daripada nyasar seperti kemarin. 

Kuil ini indah. Pohon rindang di sisi-sisi kuil memancarkan aura positif. Sejuk. Aku melihat sekitar kuil. Ada sumur, ada bangunanaku gatau namanya apaSemuanya bernuasa klasik jepang. Baiklah, aku akan menikmatinya.

Aku dibawa oleh kedua orang tuaku menuju kyudojo belakang kuil. Kemauanku dituruti. Aku bersembunyi di belakang ibuku. Seseorang membukakan pintu kyudojo. Mataku membesar ketika pintu itu perlahan terbuka. Loh?

"Selamat datang di Kyudojo Kuil Yata." Ujar seseorang yang wajahnya familiar di mataku. Masaki-san?

"Masaki Takigawa?" Gumanku menatap tajam remaja SMP ini.

"Aha! Anak kecil yang tersesat kemarin ya?" Ucapnya tersenyum.

Aku mengernyitkan alis. Aku tidak salah lihat. Dia masih memakai Hakamanya. Aku melihat ke dalam. Ada seorang kakek-kakek yang berjalan ke arah pintu. Aku perlahan keluar dari persembunyianku yang berada di belakang tubuh ibuku. Berdiri tegak.

"Nah, Fumiko. Ini kenalan ayah. Mungkin dia bisa mengajarkanmu sesuatu yang kamu mau. Bersenang-senanglah." Ucap ayahku mengelus rambutku.

"Baiklah, kita tidak punya banyak waktu. Namamu Fumiko kan? Ayo masuk. Kita mulai pembelajarannya." Ucap kakek-kakek itu.

Aku mengangguk lalu melangkah masuk. Aku minta maaf, tapi kakek ini jutek sekali. Semoga aku bertahan di tempat ini dengan kakek ini. 

Orangtuaku keluar kuil, sepertinya mereka pulang atau semacamnya. Aku masuk ke dalam Kyudojonya. Sejuk sekali. Aku menatap pergerakan kakek ini. Mengambil tongkat semacam ketapel(?)—entahlah. 

"Sebelum itu, perkenalkan. Saya Akihiro Yasaka. Kamu bebas memanggilku apa." Ucapnya menatapku tajam. "Kita mulai dengan benda ini. Kamu harus bisa berlatih dengan benda ini selama 3 bulan. Kamu sanggup?" Tanyanya mengulurkan benda yang sedari tadi mirip ketapel.

"Saya sanggup." Ucapku penuh keyakinan.

***

Malam itu Fumiko berusaha untuk menenangkan dirinya di dalam kamar. Dia hanya ingat janji Seiya saat dia menjenguknya terakhir kali. Saat itu Fumiko sudah terbangun, tapi dia memejamkan mata untuk tidur. Lalu tiba-tiba Seiya datang menjenguknya seorang diri. 

"Hei, kapan kamu akan terbangun, Fumiko?" Seiya terdiam. "Aku membawakanmu bunga kesukaanmu, Bunga Peony. Kuletakkan di vas ini ya."

Aku masih memejamkan mata. Berusaha terlihat seperti sedang tidur.

"Semuanya rindu padamu, Fumiko. Dan aku... walaupun sering menjengukmu, rasa rinduku melebihi semua orang yang ada di Klub Kyudo. Aku rindu kamu yang periang, rindu senyummu, dan rindu semangatmu." Seiya terdiam lagi. Suara tangisan mulai terdengar. Dia menangis?

"Kuharap kamu tidak 'tertidur' seperti ini terlalu lama... Tenang saja, selama ini aku yang menjaga Minato. Kamu tidak usah khawatir lagi kepadanya. Jadi, kamu harus cepat kembali, ya. Aku berjanji, aku akan menjaga minato." 

Aku mendengarnya sedikit tenang. Tapi, aku harus pergi keluar negeri 2 hari lagi. Menjalani pengobatan dan juga orang tuaku pergi bekerja di sana. 

"Lain kali, kita harus melihat bulan purnama yang indah, ya, Fumiko." Ucap Seiya.

***

Pagi hari yang cerah, Fumiko bangun dari tempat tidurnya dengan mata yang sembab. Fumiko harus melupakan kejadian yang tadi malam. Itu cara Seiya 'kan? 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Childhood Memories Takehaya Seiya x My OCWhere stories live. Discover now