"Hm"

Demario lalu berdiri, merapikan jas nya dan pergi dari sana begitu saja. Di depan, ia melihat Roy yang setia menunggunya di depan pintu.

"Kumpulkan semua anggota Daimon sekarang" ujar Demario dengan nada dinginnya

"Baik tuan"

.

.

.

Terlihat seorang wanita cantik dengan pakaian sederhana nya tengah berkutat dengan alat masak di dapur

Senyumnya mengembang saat masakannya telah selesai. Ia lalu melepaskan apron yang sedari tadi melekat di tubuh rampingnya, lalu mulai menyajikan makanan di meja makan

"Sshh.."

Suara itu membuat sang wanita menoleh dan menatap tajam ke arah seorang pemuda yang masuk dengan luka di wajah dan sikunya

"Kenniro! Kau tawuran lagi!"

Kenniro hanya menunjukkan cengirannya sesekali meringis merasakan perih di lukanya

"Mama Irene ku sayang~ Ken ini kan udah remaja. Ya maklum lah"

"Tapi setidaknya jangan terluka, Ken" tidak, Irene tak bisa marah pada anaknya. Ia lemah dengan tatapan Kenniro yang seperti kucing ingin di pungut

"Diam disini, Mama akan ambilkan kotak obat"

Kenniro hanya bisa menurut. Irene jika sudah mengeluarkan tatapan tajamnya sangat menyeramkan

"Shh.." Kenniro meringis pelan merasakan lukanya yang bertemu dengan kapas yang sudah di beri alkohol

"Sakit kan? Makanya jangan sok jagoan" sudut mata Irene mengeluarkan air mata. Melihat putranya seperti ini, Irene merasa menjadi ibu yang buruk karena membiarkan anaknya terluka

Kenniro kelabakan melihatnya lalu membawa tubuh Irene kepelukan nya

"Jangan nangis, Ma. Maafin Ken, Ken janji nggak akan tawuran lagi" ujarnya yang nyatanya hanya sebuah bualan semata

"Kemarin juga kamu mengatakan itu" dengus Irene

"Hehe"

"Sudahlah, sana ganti baju. Setelah itu kita makan bersama"

"Oh ya, Kenniro" pemuda itupun berhenti melangkah dan kembali menghadap Irene

"Mama dapat surat panggilan dari sekolah, anak mana lagi yang kamu ajak berantem?"

"Ituloh si Jordan" cicitnya

"Apa lagi Kenniro? Satu bulan ini Mama sudah mendapat surat panggilan lima kali. Mungkin setelah ini kamu akan di skors" ujar Irene dengan gampangnya

"Ya jangan dong"

"Ya makanya jangan berantem"

"Orang dia duluan kok yang cari gara-gara" Belanya

"Ya jangan terpancing"

"Tau ah"

Melihat kepergian putranya, Irene menghela nafas panjang. Kenniro memang keras kepala dan tentu saja tak mau mengalah walaupun itu bersama dirinya

Ia melihat helm milik Kenniro yang diletakkan di meja begitu saja. Ia mengambilnya dan berjalan menuju kamar Kenniro sekalian mengajak putranya itu makan bersama

Setelah berganti pakaian, Kenniro langsung menuju ruang makan karena disana sudah ada Mama nya

"Nah, habiskan" ujar Irene sambil memberikan sepiring nasi goreng untuk Kenniro

"Malam ini Ken mau balapan, Ma"

"Jangan dulu, Ken. Luka kamu baru aja Mama obatin"

"Ken janji nggak akan terluka, lagian ini bukan tawuran"

"Mama nggak percaya, Minggu lalu kamu baru saja jatuh dari motor"

"Tapi nanti Raka sama Kemal kesini buat jemput Ken, kasian dong mereka kalau Ken sampai nggak ikut"

"Baiklah, tapi ingat! Jangan sampai ada yang mengikuti mu saat pulang nanti" peringatan dari Irene itu membuat Kenniro memutar bola matanya malas, terlalu sering diingatkan menjadi dirinya bosan dan terlampau hafal.

"Iya Ma"

"Jika kau merasa ada yang mengikuti mu—"

"Segera alihkan ke tempat lain dan telfon Mama agar orang itu tidak bisa mengetahui keberadaan rumah ini, Ken mengerti Ma"

"Bagus jika seperti itu"

Mereka melanjutkan makannya, setelah selesai Kenniro pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap Karena mungkin Raka dan Kemal akan segera kemari

Dan benar saja, tak lama kemudian Raka dan Kemal pun datang. Irene segera membuka pintunya, menyuruh mereka segera masuk setelah memastikan tidak ada orang yang membuntuti kedua teman putranya itu

"Tenang Tante, tidak ada siapapun. Kami sudah memastikan nya sebelum kesini. Iya kan, Mal?" Kemal menatap Raka lalu mengangguk

"Iya, Tan"

"Baiklah kalau begitu. Kalian mau makan dulu sambil nunggu Ken?" Tawar Irene, kebetulan makanan tadi masih Ada.

"Tidak perlu, Tan. Sebelum kesini tadi kami sudah makan di rumah" jawab Kemal yang langsung diangguki oleh Irene

"Kalian sudah datang? Cepat sekali" seru Kenniro yang baru menuruni tangga dengan pakaian serba hitamnya dan tangan kirinya yang membawa helm hitam

"Iya, nanti kita kan bisa santai-santai dulu disana" ujar Raka

"Ken pergi dulu, Ma" pamitnya

"Iya, hati-hati. Ingat pesan Mama tadi"  ujar Irene yang di balas acungan jempol oleh Kenniro

"Aku tau kau tidak bisa leluasa mencari ku dan anak kita. Aku akan selalu menunggumu di sini sampai hari dimana kau menemukanku tiba. Aku sangat menantikan saat-saat itu, Demario" guman Irene sambil menatap punggung putranya yang lama-kelamaan hilang tertelan pintu

ALESSANDRO||END||Where stories live. Discover now