Hari Kelulusan

21 1 0
                                    

Percayalah, hanya sabar yang membawa hasil buah yang sangat manis

Dirga dan Ilmi saat ini menghadiri acara wisuda Al. Keduanya sangat bahagia, karna tepat pada hari ini juga, Al dan Claura akan dipertemukan.

Setelah acara selesai, Dirga dan Ilmi mengajak Al untuk makan direstoran untuk merayakan kelulusan Al. Al sangat bersyukur mendapatkan nikmat keluarga yang masih lengkap, dan kebahagiaan yang berlimpah.

Sepulangnya dari restoran, Al merebahkan dirinya diatas kasur empuk untuk beristirahat. Karna rasa capek membuat Al tertidur pulas, hingga jam 2 siang.
"Al bangun, kamu udah sholat dzuhur nak?" Ucap Ilmi lembut sambil menggoyangkan tubuh Al pelan. Al mengerjapkan matanya pelan.
"Astaghfirullahal 'adzim" Ucap Al saat melihat jam didinding.
"Makasih Umi udah bangunin Al, Al belum sholat" Ucap Al beranjak dari tidurnya.
"Yaudah, kalau gitu cepet ambil wudhu terus sholat" Suruh Ilmi pada Al. Al mengangguk cepat dan berdiri melangkah kearah kamar mandi.

***

Saat ini Al sedang bersiap-siap karna ingin berangkat kerumah seseorang yang tidak lain adalah keluarga Claura, ia disuruh Dirga untuk cepat sebab Husain dan keluarganya sudah menunggu.

"Den, Abi sama Umi nunggu dimobil" Ucap pembantu dirumah pada Al.
"Iya, saya segera kesana" Jawab Al dari dalam kamar. Al keluar dari kamar dan mulai menuruni tangga lalu keluar dari rumah menuju mobil, ia masuk kedalam mobil kemudi.
"Nggak ada yang ditunggu, ayo berangkat sekarang" Ucap Dirga pada Al. Al mengangguk patuh mendengar ucapan Dirga padanya.

Butuh waktu 30 menit untuk sampai dirumah Husain, tak berfikir lama, Dirga langsung mengajak turun dari mobil saat sampai dirumah husain.

Tok..Tok..Tok..

"Assalamu'alaikum" Ucap Dirga setelah mengetuk pintu. Tak lama ada seseorang yang menjawab dari dalam dan membukakan pintu.
"Waalaikumsalam warokhmatullahi wabarakatuh, silahkan masuk" Balas Husain mempersilahkan. Dirga tersenyum serta mengangguk dan masuk kedalam rumah Husain bersama Al dan Ilmi.

Saat berada diruang tamu, Al langsung mencium punggung tangan Husain dan Husna secara bergantian.
"Silahkan duduk, sebentar saya panggilkan Claura" Ucap Husain beranjak dari duduknya dan melangkah pergi menuju lantai 2.

"Claura.... Ayo turun, keluarga om Dirga udah dateng" Ucap Husain lembut didepan pintu kamar Claura.
Sementara Claura yang berada didalam kamar bingung harus bagaimana. °gue harus gimana? Nggak mungkin gue kabur kan! Gua nggak mau gembel cuma gara-gara nolak perjodohan ini° batin Claura yang mengekspresikan dirinya yang sedang bingung.

"Nggak papa Ra, lo pasti bisa jalanin ini, buat dia nyesel nikahin lo" Gumam Claura meyakinkan dirinya sendiri. Tak berfikir panjang lagi, ia melangkah untuk keluar dari kamarnya.
"Udah siap?" Tanya Husain tersenyum pada Claura. Claura membalas dengan senyuman tipis dan mengangguk pada Husain.

Claura mengikuti langkah Husain dari belakang, ia hanya menunduk. Bukan berarti ia menundukkan pandangan karna sopan, hanya saja ia malas memandang keluarga seseorang yang akan dijodohkan dengannya.
"Salim sama om Dirga dan tante Ilmi" Perintah Dirga berbisik pada Claura. Claura tak dapat berkutik dan hanya bisa melakukan apa yang Husain katakan.

Setelah mencium punggung tangan kanan Dirga dan Ilmi, Claura duduk disebelah Husna. Sekilas ia melirik Al yang hanya menundukkan pandangan dari tadi. °Wajah dia alergi cahaya atau males liat keluarga gue sih, napa nunduk terus° Batin Claura heran mmemperhatikan gerak-gerik Al secara diam-diam.

"Oke Dirga, jikalau anak kita sudah menyetujui perjodohan ini, mengapa kita tidak langsung merencanakan untuk kelanjutannya?" Ucap Husain memulai pembicaraan.
"Boleh, kita bisa menentukan hari pernikahannya dari sekarang" Jawab Dirga nampak begitu senang. Kedua orang tua Al dan Claura sangat mengharapkan kelancaran untuk kedepannya.

"Bagaimana jika pernikahannya dilakukan 2 minggu setelah ini?" Usul Husna. Ilmi tersenyum begitupun dengan Dirga dan Husain.
"Semuanya pasti akan saya persiapkan, tinggal keluarga anda saja bagaimana Dirga?" Tawar Husain membalas perkataan Husna. °Bangs*t, dikira apaan! Nyesel gue setuju anj, kalo aja gue nggak kepaksa pasti gue mending kabur anjir° Umpat Claura dalam hati mendengarkan ucapan kedua orang tuanya.

"Tentu tidak masalah, bagaimana Al?" Jawab Dirga gampang, namun masih meminta pendapat Al.
"Insyaallah Al siap Abi" Jawab Al dengan sopannya berharap Dirga tak kecewa padanya.
"Alhamdulillah kalau begitu, kalau sudah begini saya menjadi sedikit tenang" Ucap Husain bersyukur.

Setelah lama berbincang, Dirga bersama keluarganya pamit untuk pulang. Sesampainya dirumah, selesai membersihkan diri, Dirga meminta Al untuk membacakan salah satu kitab gundul didepan Dirga. Ini untuk mengetes keahlian Al, dan mencari tahu apa saja yang Al dapat dari pesantren.
"Setelah lulus sekolah, satu tahun disana kamu gunain untuk apa Al?" Tanya Dirga setelah mendengar kelancaran Al membaca kitab gundul.
"Al disuruh pak kyai untuk mengajar, dan mengurus anak pesantren Bi" Jawab Al dengan suara ramahnya.

"Apa kamu tidak menyesal menerima perjodohan ini Al?" Tanya Dirga secara tiba-tiba. Mendengar itu Al menggeleng pelan, walaupun hatinya tak begitu suka, namun ia berusaha untuk ikhlas menerima perjodohan ini. Al masih merasa jika dirinya belum bisa memberikan apa-apa untuk orang tuanya, jadi ia berfikir dengan menerima perjodohan ini, Al akan membuat kedua orang tuanya senang.

"Dijalani yang ikhlas ya, bimbing Claura kejalan yang benar, Abi yakin kamu sudah bisa mengamalkan ilmu yang kamu dapat nak" Tutur Dirga lembut pada Al, lagi-lagi Al membalas perkataan Dirga dengan anggukan.
"Besok Abi ajak kamu ke klinik, kita liat apa yang bisa kamu kerjain disana setelah kuliah jurusan kedokteran, Abi berharap kamu bisa gunain ilmu itu Al" Lanjut Dirga bertutur pada Al.
"Iya Bi" Turut Al sopan.

Awal Dari Teman HidupWhere stories live. Discover now