- 02 -

441 40 2
                                    

Halo semuanya, izinkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu.

Namaku Brine, aku 'hanya' seorang mahasiswa yang tengah menjalankan masa masa kuliah, namun disamping hal itu, aku juga seorang pembunuh berantai yang tidak pernah puas dengan mayat yang ku bunuh.

Kebanyakan orang melihatku sebagai anak yang polos, yang penurut, yang lemah. Tapi aku yakin, mereka akan mati duluan jika aku menunjukkan sifatku yang ini.

Awalnya, aku memasuki RF (rabbit flames ; organisasinya Malik) hanya untuk mengontrol emosiku, karena akhir akhir ini aku semakin tidak terkontrol, aku hampir membunuh seseorang hanya karena ia menyindirku.

Namun berbalik, aku justru menemukan rumah yang tepat. Aku justru merasa nyaman disini. Menemukan keluarga baru.

Ngomong ngomong, aku tidak punya keluarga sama sekali, karena itu aku menjadikan tempat ini sebagai keluarga ku.
Ayahku sendiri membunuh ibu didepan mataku, untungnya ketika itu, aku bersembunyi di balik pintu.




PLAK

"Woi Bren!"

"?! APAAN GBLK MUKUL MUKUL!"

"Elu ngelamun gblk, gw kira lu kesurupan tadi"

"Oh, Yodah thanks"






























sfx: krik krik 🦗🦗






























"..eh Bren"

"Apa Feb?"

"Lu tadi ngelamun apa?"

"Kepo."

"Anj"

Gw terkekeh sedikit mendengar umpatan teman serekan gw, namanya Febrian.
Kalian pasti ada yang kenal dia lah ya, si wortel. Febri disini adalah teman sekampus gw, bersamaan juga rekan membunuh.
Aim nya kece badai, kalo defend juga lumayan.

"Kita udah lama ga kuliah"

"Ofc. Kita sibuk disini kan?"

"Padahal dulu- gw berharap banget bisa lulus, bisa bikin ibu gw senyum. Tapi semuanya gagal."

"Ga cuma lu Feb. Semua orang disini berharap begitu"

Kami kembali diam. Kalau Febri ini beda lagi urusannya, dia sama ibunya ga akrab sama sekali, dari kecil malah. Mungkin itu menyedihkan kalo buat anak SD, but- semua orang punya masalah dengan keluarganya, yang akhirnya berujung disini.

"..Eh! Bren itu musuh!-"

"I see that Feb" Gw dan Febri langsung bersiap menodongkan pistol, kalau langsung menyerang nanti bisa be right back.







Gw lupa kasih tau kalian, kita lagi di panggung pertunjukan berdarah.











Febri meraih batu kerikil sebesar kepalan tangan, melemparnya ke arah yang berlawanan dari kami. Batu itu menimbulkan suara keras, dikarenakan ia justru mengguncangkan seng besi.

KLANG!

"EH COPOT!"

"WOI SIAPA DISANA?!"

"KEJAR GBLK JGN DIPANGGIL"

Para mata mata itu berlarian menuju arah batu kerikil jatuh. Melupakan penjagaan mereka. Melupakan kalau posisi mereka sejak dulu ketahuan.




DOR DOR DOR







----






"Serius? Ini mah kegampangan jir"
Keluh Febri sambil menarik mayat mata mata yang ginjalnya keluar, hendak menguburkannya.

"Gapapa, yang penting kita ngga dikubur"

"Bener sih.."

Gw membantu Febri menguburkan mayat mayat itu satu demi satu, tidak ada sekop disana, jadi mau tidak mau kita memakai kaleng saja.

Kalian mau tahu jenis jenis mayatnya?

"Ga. Cepet lanjut" - author

"Phew- sayang mayatnya nggak lu cincang tadi, makin gampang dikubur kayaknya"

"Kasian lah Bren, udah lah ginjal keluar, tulang nembus kulit, ditambah mau dicincang juga? Kasiann"

"Malah dijelasin, nanti readers kaget Lo"

"Alah gatau, ayo pulang. Disini apek, bau darah pula"

"Yaa ya"


Febri langsung keluar dari gedung kosong, tempat penyelidikan mata mata itu lokasinya sangat terpencil dan jauh dari kota, jadi harus naik pesawat kalau mau cepat kembali.

Tapi tenang aja, Malik dengan tulus memberikan helikopter pribadi untuk mereka.

































"Musuh tertangkap kamera, apakah harus ku sergap?"

"..tidak perlu. biarkan mereka tertawa sejenak.."

"Baiklah"

Sekejap, telepon diputuskan.


---

Haunted - YTMCI Action modeМесто, где живут истории. Откройте их для себя