"Gue tuh males banget sama dia. Udah boros, cepu, beraninya ngadu lagi."

Jun menepuk-nepuk pundak Jay, "selama gak bikin lo sama Mama berantem, turutin aja ya?"

"Sebenarnya gue mau aja kalau nemenin dia belanja, tapi dia harus bayar belanjaannya sendiri. Lah ini apa-apa gue yang bayar. Gak tau dah udah berapa banyak pengeluaran gue bulan ini karena bayarin belanjaan dia." Curhat Jay panjang lebar. "Udah gitu selalu aja ada alasan mau beli baju-lah, beli sepatu-lah, beli make up-lah, banyak banget alasannya sumpah."

"Gak boleh sumpah-sumpahan, gak baik." Jun kembali memperingati.

"Abisnya kesel gue sama itu cewek. Kalau gak di turutin pasti ngadu sama Mama."

Jun menghela napas panjang. Anak laki-laki berambut hitam yang notabenenya adalah adiknya itu terlihat sekali dari air mukanya bahwa dia tertekan bersama Giselle. Air muka Jay yang selalu dia tunjukkan ketidaknyamanan bersama Giselle, selalu membuat Jun iba. Dia iba tapi tak bisa berbuat apa-apa selain ikut menurut kepada perintah sang ibu.

Iya, Jayden itu di jodohkan dengan perempuan bernama Giselle Anindita. Yang Juna dengar, perjodohan itu muncul karena balas budi. Ibunyya merupakan single parent, karena Jun dan Jay sudah tidak memiliki seorang ayah sejak lima tahun lalu. Dan perjodohan ini timbul karena keluarga Giselle yang dulu seringkali menolong keluarga Jay ketika keluarga mereka sedang dalam kesusahan. Kini roda kehidupan pun berputar. Ketika keluarga Jay berada di puncak, justru keluarga Giselle lah yang berada di bawah. Itu kenapa Leo sempat bilang bahwa Giselle itu matre.

"Ayo masuk, udaranya dingin." Ajak Jun lagi.

Sebelum masuk, Jay menarik dan menghembuskan napasnya. Berhadapan dengan sang ibu selalu menguras tenaga. Karena sang ibu termasuk ke dalam orang yang keras kepala. Yang tidak mau di bantah apapun perintahnya, dan tidak mau di tolak apapun keinginannya.

Ketika Jun dan Jay baru saja berjalan hendak menuju ruang tengah, suara mamanya tiba-tiba terdengar, menyuruh keduanya untuk datang menghampiri. Membuat mereka mau tidak mau harus mengiyakan.

"Kenapa, Ma?" Tanya Jun hati-hati.

"Kalian berdua duduk," kata Dara tenang namun penuh penekanan. Matanya melihat ke arah Jay. "Terutama kamu, Jayden."

Bak seperti rutinitas, Jayden tidaklah lagi merasa ketar-ketir. Dia sudah sangat biasa mendapatkan hal seperti itu dari mamanya. Bahkan yang lebih dari itu pun sudah pernah dia dapatkan.

"Kamu dari mana aja, Jayden?" Sang ibu mulai kembali buka suara setelah anak-anaknya mendudukan diri di sofa.

"Dari rumah Leo." Jawab Jay seadanya.

"Kenapa kamu nolak antar Giselle belanja?"

"Males,"

"Kenapa?"

"Ya males aja, gak tau kenapa."

Jun menepuk dahinya tak habis pikir dengan jawaban Jay barusan.

"Jadi kamu lebih mementingkan teman-teman kamu daripada Giselle?" Pertanyaan dengan nada mulai tidak bersahabat itu berhasil membuat Jun was-was. Dia takut terjadi hal yang tidak di inginkan.

UnconditionallyWhere stories live. Discover now