34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Udah, jangan nangis lagi."

"Tapi Alika nggak sengaja nyakal Nata, Nata beldalah gala-gala Alika, Bang ...." Arika masih tidak bisa menghentikan tangisannya karena ia sudah melukai sepupunya itu.

"Aduh, gue nggak pa-pa juga cil. Udahan dong nangisnya, budek telinga gue lama-lama dengar lo nangis dari tadi!"

"Huaa!" Arika semakin berteriak menangis kencang setelah mendengar perkataan Nata yang justru langsung cengo.

"Lah, gue salah ya?"

Angkasa langsung memukul sang adik dengan bantal. "Dibilangin berhenti ganggu Arika, masih aja! Ngeyel banget sih, sekarang diem!!"

Nata langsung mengatup bibirnya dan membuat ekspresi seolah ingin menangis.

Diam-diam Arika menatap sepupunya yang dimarahi itu, seketika tangisnya berhenti.

"Maaf ya Nata, Bang Angkasa jangan malahin Nata lagi, kasian Nata nya," gumam Arika yang dikendong oleh Arion menuju kasur tempat Nata dan Angkasa sekarang.

Arika melepaskan pelukannya dan duduk di depan Nata yang masih setia memasang tampang memelasnya.

"Nata jangan nangis dong, udah nggak pa-pa. Bang Angkasa cuma nasehatin Nata bial nggak nakal lagi sama Alika," ucapnya seraya memeluk Nata yang hanya diam saja dan diam-diam juga ingin tertawa.

Sedangkan Arion dan Angkasa yang melihat itu sudah tertawa tanpa suara. Mereka bingung dengan tingkah Arika, padahal tadi ia yang begitu keras menangis. Sekarang berlagak seolah-olah ia menenangkan Nata yang padahal hanya berpura-pura saja.

"Huaa!" teriak Nata terdengar jelas sekali mengejek Arika.

"Nata mau Alika cakal lagi ya? Pula-pula telnyata?!" Secepat kilat Arika melepaskan pelukannya dan memandang semua orang kesal. Ternyata dia ditertawakan diam-diam.

"Huh, nyebelin. Alika mau bobo!" ujar Arika seraya merebahkan tubuhnya ke kasur. "Alika bobo di sini sendili! Kalian sana kelual."

"Eh, terus abang tidur di mana?" ujar Arion dengan mata mengerjap.

"Coba Abang senyum dulu kayak tadi pas ngasih makanan sama olang-olang."

Tanpa banyak protes Arion langsung menampilkan senyumannya.

"Oke, Abang sini temenin Alika bobo. Nata sama Bang Angkasa telselah bobo di mana."

"Wah, nggak adil banget nih bocil satu. Gue juga bisa senyum kali. Nih!" Nata menampilkan senyumnya, tapi tentu saja berbeda dan Arika langsung menggeleng.

"Enggak!"

"Udah, tidur di bawah aja. Selimut tambahan ada di dalam lemari," ujar Arion yang mau tak mau diturutin dua bersaudara itu.

Arika terkekeh melihat wajah lesu Nata. "Senyum dong Nata. Bang Angkasa aja seneng itu tidul di bawah, ya 'kan Bang?"

"Iya," jawab Angkasa singkat sambil menguap. Sepertinya laki-laki ini sudah mengantuk dan tidak begitu peduli dimana ia akan tidur.

"Dek, minum obat dulu sebelum tidur. Tadi ada suruhan ayah ngantar obat. Bukannya Adek udah sehat ya? Kok masih minum obat sih," gerutu Arion seraya membantu adiknya bangun.

Wajah Arika langsung berubah tegang. "I-ini cuma vitamin biasa kok Bang."

Arika mengambil beberapa obat itu dan menerima air putih yang Arion berikan untuknya.

"Abang jangan liatin Alika gitu ih, selem tau!" gumam Arika setelah selesai dengan obat-obatannya yang ia katakan pada Arion hanya vitamin biasa saja.

"Eh, emang Abang liatin kamu gimana? Perasaan biasa aja. Itu beneran vitamin biasa? Kamu nggak nyembunyiin sesuatu dari Abang 'kan?"

What should we do? Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ