33 | LOOKING NIGHT SKY

Start from the beginning
                                    

"Tau, udah malam juga," ujar Artan menambahi yang semakin membuat Arjuna panas dingin dibuatnya.

"Ada keperluan apa Nak Arjuna malam-malam bertamu ke rumah saya?"

Ketika kepala keluarga itu ikut buka suara, Arjuna sudah seperti mayat pucatnya. Tidak pernah dalam hidupnya ia terpikir bisa berada dalam situasi seperti ini.

"Saya cuma mau memastikan Arika nggak kenapa-kenapa. Soalnya saya chat cuma centang satu dari jam lima sore tadi, saya jadi khawatir. Makanya saya ke sini." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutnya setelah berusaha berkata sesopan mungkin.

Sebab tidak mungkin ia berbicara seperti biasa menggunakan lo-gue ketika berada di rumah keluarga Darma. Terlebih sekarang ia tengah berhadapan dengan orang tua dari kekasihnya.

Namun, sepertinya upaya Arjuna harus berakhir sia-sia sebab sekarang sang pujaan hatinya justru tertawa gelak.

"Haha ... Kak Juna lucu banget sih. Biasa aja ngomong lomantis ke Alika!"

Duh, pake segala buka rahasia lagi. Please jangan buat gue makin nggak karuan Arika, malu banget ya Allah. Batin Arjuna.

Artan yang melihat raut cemas Arjuna pun rasa-rasanya ingin sekali ikut tertawa, begitupun dengan Lina. Lain halnya dengan Darma yang masih setia memasang ekspresi seriusnya.

"Kenapa putri ayah ini nggak balas chat Arjuna?"

Arika yang sudah berhenti tertawa pun langsung bertepuk tangan sekali, berhasil mengagetkan Arjuna yang cepat-cepat mengatur ekspresi wajahnya.

"Itu dia, tadi pas habis tidul siang telnyata Alika lupa cas hp. Telus tadi balu aja Alika mau mainin hpnya udah gelap, mati. Balusan Alika cas, nanti kalau udah hidup Alika balas chatnya Kak Juna."

Gue udah datang ke sini, nggak usah dibalas lagi! Ingin sekali Arjuna mengatakan hal itu, tapi ia tahan. Arjuna terlalu gemas pada tingkah pacarnya ini atau bahkan ia juga gemas pada dirinya sendiri yang bisa-bisanya khawatir hanya karena pesan yang centang satu.

Darma menatap Arjuna yang kebetulan juga tengah menatap padanya atau mungkin pada putrinya. Ia hanya menaikan sebelah alisnya, menunggu respon Arjuna setelah Arika mengatakan alasan mengapa pesannya centang satu.

Arjuna yang paham dengan tatapan itu pun langsung tersenyum dan berkata, "Oh gitu, ya udah saya pamit pulang dulu Om, Tante, Bang. Maaf sudah menganggu waktu isti--"

"Loh,  kok Kak Juna balik sih. Alika kila Kak Juna mau ngajak Alika jalan-jalan malam loh," potong Arika cepat. "Alika bosan, pengen liat langit malam dali atas motol. Boleh nggak Yah, Bun, Bang, Alika jalan sebental sama Kak Juna?"

Arika menatap ketiganya dengan tatapan memohon, lain halnya dengan Arjuna yang langsung dibuat berdebar sebab tatapan Darma yang seperti mematikan. Baru kali ini ia merasa gugup dan takut dalam hidupnya, ternyata berhadapan langsung dengan orang tua sang kekasih itu seperti ini rasanya. Begitulah pikir Arjuna yang baru pertama kali dalam hidupnya merasakan situasi seperti saat ini.

Padahal dulu ketika ia bertamu ke rumah kekasihnya ini hanya perasaan senang dan bahagia yang ia rasakan, tapi ketika saat hampir seluruh anggota keluarga kekasihnya ada di rumah dan menyambut kedatangannya ia justru merasa takut dan gugup setengah mati.

Mungkin, nantinya Arjuna akan terbiasa dengan situasi seperti ini, karena bagaimanapun Arika-kekasihnya adalah putri satu-satunya yang begitu sangat disayang di dalam keluarga ini. Ia hanya belum terbiasa saja.

"Ya udah boleh. Asal jangan lama-lama ya dan jangan pergi jauh-jauh. Keliling perumahan sini aja, jangan lupa juga pakai jaket dan kaos kakinya, udara malam dingin nanti Adek kenapa-kenapa lagi," ujar Lina final seraya mengusap rambut putrinya sayang yang berhasil membuat Arika berteriak kegirangan.

What should we do? Where stories live. Discover now