"Thestral hanya bisa dilihat oleh mata orang yang pernah melihat kematian secara langsung, jadi secara teknik aku bisa melihatnya sama sepertimu."

"Because we're murderer?"

"Yes."

See? Dia sangat irit bicara tidak seperti biasanya. Bahkan nadanya pun sangat datar. Permainan apa yang sedang dia mainkan kali ini?

NOOOOOO

Aku ingat, dia pernah mengatakan jika aku menyakitinya malam itu. Apa mungkin karena itu? Tapi dia membantuku di Hogsmeade saat aku diganggu oleh laki laki.

Apa perduliku? Dulu aku tidak pernah perduli pada hal hal seperti ini. Aku tidak perduli jika orang lain merasa tersakiti oleh perkataan atau perbuatanku. "You still angry to me?" but im asking him anyway.

"No, how could i be angry to you?" ucapnya.

"Okay."

—————————

The whole trip was silent. Dan sekarang kami sedang dikumpulkan diruangan penuh dengan beberapa pasangan untuk berlatih dansa yang menjadi ciri khas Beauxbatons, padahal kami baru saja datang.

Didepanku berdiri Riddle dengan ekspresi datar sebab semua wanita memperhatikannya. I mean... can you look at him? Putra tunggal lord Voldemort, berwajah tampan dan tulang pipi yang tegas.

Shit. What did i do? Aku baru saja memuji Riddle sementara kekasihku di London menungguku kembali.

Kepala sekolah Beauxbatons—madam Maxime—mengatakan jika dansa ini tidak boleh bersentuhan, hanya telapak tangan yang berhadapan satu sama lain. Yang dinilai dari dansa ini adalah interaksi emosional yang kompleks antara dua orang.

"3... 2... 1... go!" kata madam Maxime memberi aba aba dan alunan musik bergema memenuhi ruangan.

Aku mengangkat setengah tanganku, dan Riddle juga melakukan hal yang sama. Mendekatkan telapak tangan kami tapi tidak bersentuhan. Aku merasakan tatapannya menembus jiwaku membuatku gugup.

Dia menarik pinggangku agar lebih dekat dengannya membuatku harus mendongakkan kepalaku sebab dia jauh lebih tinggi dariku.

"Mister Riddle, no touching!" teriak madam Maxime membuat Riddle sontak menjauhkan tangannga dari punggangku.

Aku menatap matanya dan dia menatapku dengan tatapan gelap dan tajam seolah dia ingin memakanmu sekarang juga.

"Keep your head up and keep staring at me," bisiknya. "Kita bisa menang jika seperti ini," imbuhnya. Suaranya bukan suara yang kukenal, suaranya berubah berat.

"Yes, understood," balasku pelan. Dia tersenyum entah apa alasannya. Dari kedekatan, baru kali ini aku melihatnya tersenyum dan dia memiliki lesung pipit dipipi sebelah kanannya.

Kami melanjutkan latihan dansa itu hingga lagu selesai dan kami diperbolehkan kembali kekamar yang sudah disediakan yang pastinya aku tidak tidur dengan Riddle yang mana itu ide gila. Tentu saja aku satu kamar dengan Hermione.

Semua drama ini, harusnya aku tidak ada disini tapi sekarang aku sedang menjadi Ruby dan aku harus menjalani drama ini.

Hermione belum sampai dikamar saat aku masuk, jadi aku memutuskan untuk menunggunya sampai kembali. Aku ingin melihat bagaimana ekspresi Hermione saat masuk. Maksudku... dengan siapa dia pergi kecuali Malfoy?

Aku mengganti pakaianku ke piama nyaman untuk tidur dan duduk diatas kasurku sambil membaca buku—pura pura membaca buku karena aku tidak terlalu suka membaca buku.

Setengah jam berlalu tapi Hermione belum juga kembali. Tapi... ada suara didepan pintu, suara orang berbicara. Tidak mungkin jika Hermione bicara sendirian, pasti ada orang lain yang mengantarnya.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan Hermione muncul dengan ekspresi terkejut. "Kau belum tidur?" tanyanya.

"Belum, aku menunggumu," jawabku memasang wajah polos yang sering dipasang oleh Ruby.

"Kau tidak perlu menungguku, Rubes, aku tidak apa apa," kata Hermione melepaskan sepatunya dan mengganti pakaiannya.

"Hanya ingin memastikan kau baik baik saja." Itu kalimat yang aku tahu pasti akan dikatakan Ruby. Dia selalu mementingkan orang lain ketimbang dirinya.

"I'm okay, Rubes, you can sleep now," ujar Hermione naik keatas ranjangnya bersiap untuk tidur.

"Kau pergi kemana?" tanyaku. Tentu saja dengan nada lembut dan polos milik Ruby.

"Berkeliling sebentar." Hermione menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya. "Good night, Rubes," ucapnya.

Aku beranjak dari ranjangku, mengembalikan buku yang tadi pura pura kubaca. Sebenarnya itu buku Hermione. Aku meletakkannya diatas nakas samping ranjang Hermione. "Tadi aku meminjam bukumu," ucapku pelan.

"Letakkan saja," balas Hermione sudah memejamkan matanya menghadap kedinding.

I saw it! Hickey on her neck!

Dia berbohong. Aku selalu tahu kapan orang berbohong padaku. Tadi saat Hermione mengatakan dia berkeliling sebentar, matanya bergerak kearah kanan atas yang artinya dia berbohong walaupun dia tidak gugup sedikit pun.

She is the peony.






































































Plot twist tipis tipis dulu wkwk

Defouted  || Mattheo RiddleWhere stories live. Discover now