Cup

Kecupan singkat mendarat di kening gadis itu, dengan cepat Khanza memukul dada bidang hafiz "ish! Tau tempat dong, tadi ada ibu-ibu liatin, malu tau", kesal gadis itu karna hafiz menciumnya tak tau tempat.

"Biarin, biar mereka tau seberapa sayangnya saya kepada seorang Khanza aurellya azhanie", ucap hafiz.

Tolong! Tolong pegang tangan khanza agar ia tidak terjun ke bawah!.

"Eh sayang, kamu pakek blush-on tebel banget, tuh mukanya merah", ledek hafiz.

•••

Butuh waktu kurang lebih sepuluh jam untuk sampai di bandara. Kini, pesawat mendarat dengan selamat di bandara udara internasional king Abdul Aziz.

Pasangan suami istri itu menatap takjub bangunan di depan mereka yang tak lain adalah ka'bah.

"Kamu mau pegang Ka'bah?"

"Mau, mau banget, tapi banyak orang", ucap Khanza memasang wajah masamnya.

"Gak, dengan izin Allah, kamu pasti bisa", ucap hafiz meyakinkan Khanza. Menggenggam tangan Khanza mendekati gerombolan orang-orang yang berusaha memegang ka'bah.

Mereka berjalan berdesak-desakan dengan hafiz yang masih menggenggam tangan Khanza.

Setelah berdesak-desakan, akhirnya mereka tiba di depan ka'bah, khanza tak kuasa membendung air matanya, air mata yang sejak tadi di pelupuk mata jatuh membasahi pipi, dengan pelan ia memegang ka'bah dengan tangan kanannya karna tangan kirinya di tenggang oleh hafiz.

"Mau liat hajar Aswad?" Tanya hafiz yang di angguki Khanza.

Meski berdesak-desakan, itu tak melunturkan niat mereka untung memegang hajar Aswad, perlahan namun pasti, mereka telah tiba di depan hajar Aswad.

Setelah menunggu orang lain memegangnya, kini giliran mereka, Khanza mengusap-usap batu hajar Aswad tersebut lalu menciumnya, juga hafiz.

*

Sore hari, mereka menikmati angin dan juga keindahan kota Mekah, tangan yang saling menggenggam satu sama lain tak ingin terlepas.

Tiba-tiba hafiz mengingat sesuatu.

Obat! Ya obat, hafiz belum meminum obatnya beberapa hari ini, hari ini ia ingin meminum obatnya tapi ia urungkan karna sepertinya Khanza yang sedang bersenang-senang menikmati indahnya kota Mekah.

"Khanza duduk dulu gih, kamu belum makan 'kan?" Tanya hafiz yang di angguki Khanza, mereka duduk di kursi panjang yang tersedia di sana dan tak lupa makanan yang telah mereka letakkan di sana.

Hafiz menyuapi Khanza, begitupun sebaliknya. Ini sudah menjadi rutinitas mereka yaitu, makan satu piring sambil bersiap suapan. Bukan tidak mampu membeli piring, hanya agar tambah Romantis pikir hafiz.

Setelah adegan suap-suapan selesai, mereka duduk di kursi itu menikmati angin di Masjidil haram.

"Kenapa batu hajar Aswad warnanya gelap?" Tanya Khanza membuka pembicaraan.

"Ya karna yang terang itu cintaku padamu." Canda hafiz.

Plak

Khanza menggeplak tangan hafiz "serius ihh." Kesalnya "iya-iya." Balas hafiz.

"Dulu hajar Aswad warnanya putih-"

"Putih? Ini kok hitam?" Tanya gadis itu memotong ucapan hafiz.

"Makanya, suami bicara itu di dengerin, jangan di potong." Ucap hafiz "hehehe iya, lanjut-lanjut." Balas khanza cengengesan.

"Kamu tanya kenapa hajar Aswad berubah jadi warna hitam? Jawabnnya, setiap orang yang mencium hajar aswad maka dosanya akan dihisap oleh batu itu, makanya warna hitam." Jelas hafiz.

"Oooooooooooooooooooooooo." Jawab Khanza dengan o yang sangat banyak.

"Mau jalan-jalan?" Tanya hafiz.

"Yok." Khanza mengangguk, menggenggam tangan satu sama lain dan mengelilingi pasar kota Mekkah untuk membeli oleh-oleh yang akan mereka bawa pulang.

•••

Oh ya guys, aku punya cerita baru yang pasti gak kalah membosankan.

Cek profil aku baca gass, karna baru ku publish

Judul nya: wound

Gak akan ku spoiler hehehehehehehehe

Gimana part ini?

Mau bilang apa ke?

Khanza?

Gus hafiz?

Atau authormu yang jomblo ini?

Ayolah komennya, jangan cuekin aku
Berasa ngomong sendiri😔

















HAZA OF LOVE | ENDWhere stories live. Discover now