Chapter 8: Pelukan

Börja om från början
                                    

"Milikmu?" Tanya Anna singkat.

"Ya, milikku seorang." Jawab Jayden sembari mengecup kening Anna dengan lembut.

"Sosok itu berbahaya, lebih baik suruh dia pergi sebelum dia mencelakaimu suatu saat nanti."

Perkataan dukun tadi tiba-tiba saja terbesit dalam benak Anna. Tak bisa dipungkiri jika ada rasa cemas dan takut dalam diri Anna ketika sosok tersebut mengatakan jika dirinya adalah milik Jayden seorang.

Namun bodohnya Anna malah menepis semuanya dengan mengatakan pada dirinya sendiri jika Jayden berbeda, tidak akan membahayakan dirinya seperti perkataan dukun tadi.

"Lupakan perkataan dukun bodoh itu. Dia hanya dukun gadungan yang tidak tahu apa-apa. Jika waktunya tiba, aku janji akan memberitahu semua yang harus kamu ketahui." Ucap Jayden sambil meyakinkan Anna agar wanitanya itu tak takut padanya.

Anna mengernyitkan keningnya bingung, tak paham maksud pembicaraan Jayden. "Maksudnya? Aku tak paham."

"Semuanya. Tentangkuㅡ dan tentangmu di masa lalu."

Hari berlalu dengan cepat, hari Sabtu pun tiba

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Hari berlalu dengan cepat, hari Sabtu pun tiba. Seperti perkataan Dimas kemarin, hari ini di kelas Anna ada pelajaran seni musik setelah istirahat pertama.

Itu artinya pelajaran seni musik hari ini akan Dimas gunakan untuk mencari murid yang memiliki vokal terbaik untuk tampil bersamanya ketika acara perpisahan nanti.

Pagi itu Anna sudah duduk manis di bangkunya, ditemani oleh Jayden yang juga ikut duduk di bangku kosong di sebelah Anna.

Di samping Jayden, terlihat Tio yang sesekali melirik ke arah Anna yang tengah diam sambil membaca materi pelajaran hari ini. Jayden yang menyadari hal tersebut hanya bisa mendengus kesal, seakan tersadar jika saat ini Anna memang tengah ditaksir oleh dua lelaki di sekolahnya.

Dimas dan Tio. Ya, sejauh ini memang baru mereka berdua yang terlihat jelas tertarik pada Anna.

"Eum, Na?" Dengan hati-hati Tio memanggil Anna, lalu ia memalingkan wajahnya ke arah lain, malu dengan tingkahnya.

"Eh, Tio? Kamu barusan manggil aku?" Anna merasa antusias dan segera menutup bukunya, hendak mendengarkan apa yang akan Tio katakan.

"Oh, i-iya. Gu- gue cuma mau tanya satu hal," sahut Tio dengan ucapan yang sedikit gagap. Entah, ia sendiri pun tak tahu mengapa rasanya sulit mengeluarkan kata-kata setelah apa yang ia lihat kemarin.

"Apa? Tanya aja kali, gak usah malu-malu." Ujar Anna lebih antusias, tak menyangka Tio mau berbicara padanya.

'Menyebalkan sekali', monolog Jayden dalam hati sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, tak lupa sambil menatap Tio dengan tatapan tajamnya.

JAYDEN, 18:23Där berättelser lever. Upptäck nu