Bagian 2. Kissmark

21 6 0
                                    

Gadis itu menghirup udara beberapa kali, menetralkan napasnya yang semula terengah-engah. Ia kelelahan hanya karena berlari dari taman sampai kamarnya.

Meg tahu, yang membuatnya lelah bukan karena kakinya yang berlari kencang, tetapi air mata yang terus keluar tanpa henti. Namun, gadis dengan surai platinum itu tidak ingin mengakuinya.

Meg berjalan ke arah meja rias. Menatap cermin yang memantulkan wajah kusutnya.

"Cengeng banget, sih. Masih pagi udah nangis," gumam Meg dengan tangan menyentuh wajah sembab yang terpantul dari cermin.

"Meg!" Teriakan dari balik pintu kamar sebelah membuat Meg segera berlari ke arah sumber suara itu. 

Meg membuka keras pintu, seketika bola matanya melebar. Pemandangan anak laki-laki berusia 7 tahun yang sedang bersimpuh di lantai, di depannya wanita paruh baya berdiri dengan arogan.

"Wah, datang juga yang dicari," ujar wanita itu dengan nada bicara yang ketus.

Meg mengabaikan, ia memilih membantu adik laki-lakinya yang kini menangis dan membawanya ke dalam pelukan. "Apa yang anda lakukan pada Ades, Ibu?"

"Aku sudah pernah bilang jangan panggil aku 'ibu,' kan, Omega? Itu terdengar menjijikkan!" murka wanita itu dengan raut wajah mengerut yang dipenuhi kebencian.

Ades yang melihat raut wajah Sira takut, hingga akhirnya hanya bisa bersembunyi di balik punggung Meg.

Sementara gadis itu dengan berani menjawab, "Entahlah. Saya hanya menuruti apa yang Delta beritahukan pada saya. Jika Ibu ingin memprotes, silakan temui Delta nanti. Itu pun jika Ibu memiliki keberanian."

"Kurang ajar!" Satu tamparan kuat mengenai pipi mulus Meg.

"Meg!" Bocah kecil itu kini menarik ujung baju Meg dengan raut wajah khawatir yang dibanjiri air mata.

"Aku enggak apa-apa, Ades. Tetap diam di belakang aku, ya," pinta Meg setengah berbisik.

"Ibu!" Teriakan keras itu berasal dari ambang pintu. Pria dengan netra biru itu menatap Meg dan Ades bergantian, sebelum akhirnya ia mengulurkan tangan kepada kedua adik tirinya itu.

Meg tidak bisa menolak uluran tangan hangat itu. Maka dengan segera, ia meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan orang itu.

"Ibu keterlaluan! Gimana bisa Ibu menampar Omega hingga lecet begini?!" tanya pria itu dengan jemari yang sibuk mengusap pelan pipi Meg yang tampak lecet dan memerah. "Apa Ibu masih tidak bisa sadar, kalau sekarang Omega itu adik aku! Yang artinya anak Ibu juga!"

"Jupiter Eliseo Galaxy, shut up!" teriak Sira. "Sampai mati pun Ibu tidak akan pernah mengakui anak jalang itu sebagai bagian dari keluarga Galaxy!"

"Ibu!" tegur Jupiter. "Kalau ayah sampai tahu apa yang Ibu bicarakan sekarang, ayah tidak akan tinggal diam!"

"Itu benar," sela seorang wanita cantik yang lebih muda 5 tahun dari Sira. Ia berjalan dengan anggun, masih dengan piama seksi yang melekat pas di tubuhnya.

Ades berlari menghampiri wanita itu. Lalu mengadu, "Mama! Mama, Meg ditampar oleh Ibu! Sangat keras sampai merah dan lecet."

"Tumben sekali kamu ke sini, Bellatrix," sindir Sira sembari menatap tajam sekujur leher jenjang Bellatrix yang penuh dengan kissmark.

Bellatrix tersenyum puas tatkala Sira memperhatikan apa yang memang ingin dia pamerkan. Dengan tangan yang menuntun Ades, wanita itu menghampiri Meg. "Ingin saja. Di sini tempat anak-anakku berada. Aku hanya merindukan mereka."

Jemari lentik dengan kuku yang tajam itu mengelus pipi Meg dengan lembut. "Kamu tidak apa-apa?"

Menatap tajam ke arah Bellatrix, dengan ketus Meg menjawab, "Jika saja Mama tidak ke sini, aku akan lebih baik-baik saja."

"Omega!" tegur Bellatrix menghempas kasar wajah anak perempuannya.

"Seorang anak yang melihat Mamanya berjalan tanpa tahu malu. Leher penuh dengan kissmark yang terlihat menjijikan, juga pakaian yang dikenakan kurang bahan. Apa menurut Mama, anak itu akan terlihat senang?" Meg tersenyum meremehkan. Berjalan menjauh, hampir di ambang pintu. "Mama dengan Ibu itu enggak ada bedanya. Sama-sama memuakkan."

"Kissmark itu apa?" Ades bertanya dengan wajah polos, memperhatikan wajah-wajah yang ada di sana.

Meg menghentikan langkahnya. Lalu berbalik menatap tajam Bellatix. "Pleiades, kissmark itu sesuatu yang mengganggu penglihatan mata seseorang. Menjijikkan untuk dilihat secara terbuka."

Wajah muda itu memerah, Bellatrix murka. Berani sekali anak gadisnya itu menjawab demikian. "Omega Aishlynne Galaxy!"

Meg tidak berbalik, ia berjalan menuju kamarnya sendiri lalu menutup pintu dan menguncinya.

Ada Bellatrix di sana, jadi Ades akan aman dari Sira. Dan lagi Jupiter di sana, jadi jika ibu dan mamanya bertengkar, pria itu bisa meleraikan. Meg tidak ingin terlibat dalam pertikaian—setidaknya untuk hari ini.

Gadis itu langsung berjalan ke walk in closet, mengambil handuk di sana. Tungkainya menuju wardrobe yang berada di pojok ruangan, meraih speaker bluetooth dengan tampilan klasik gaya vintage. Sebelum berendam di bathtub, Meg melemparkan 2 bath bomb yang menguarkan aroma lavender.

"Hari weekend ini, aku ingin di kamar," gumam Meg sembari memejamkan mata. Perempuan itu tersenyum, menikmati alunan musik instrumental dari jemari seorang pianis berkebangsaan Korea, Yiruma.

—————

Jangan lupa tap bintang sebelum tutup chapter ini, ya!

Sudah?

Thank you, Darl :)

MegWhere stories live. Discover now