kara

39 5 0
                                    

Pagi ini,tiba tiba saja direktur utama rumah sakit datang dengan wajah memerah karena menahan amarahnya,semua orang di rumah sakit tidak ada yang berani melihat atau menyapa dirinya.

biasanya,direktur utama akan datang jika seseorang melakukan kesalahan besar dan ada kepentingan pribadi.

"Mahika"marvin membuka pintu ruang istirahat dengan kencang karena emosi

"Papa"kaget kara dan mahen

"Sudah berapa kali papa bilang jangan pernah telfon atau apapun yang berhubungan dengan anak sialan itu"marvin meninggikan suaranya

Yuno menutup pintu ruang itu agar tidak terdengar hingga keluar.

"Kenapa papa cuma mentingin diri sendiri dan engga ngerti perasaan hika"kara sudah tidak tahan dengan sikap egois ayahnya

"Kamu pasti sudah di pengaruhi dia,sudah berani kamu ngejawab orang tua,itu semua papa lakukan juga untuk kebaikan kamu hika"marvin mengepal tangannya karena geram

"Bukan karena abang,hika jadi gini,hika juga mau bebas kaya yang lain,yang lain bisa milih jadi apa yang mereka mau,kenapa hika papa haruskan jadi dokter,padahal anak papa bukan cuma hika atau bang oliver aja"kara menahan tangisnya

"Dia bukan anak papa,jangan pernah kamu sebut dia anak papa"marvin semakin emosi

"Kenapa engga anak kesayangan papa yang harus jadi dokter,kenapa harus aku dan bang oliver,apa karena kak willy yang bakal jadi penerus rumah sakit ini,dan dia harus kuliah tinggi tinggi,rumah sakit ini engga butuh orang yang cuma bisa teori dan engga bisa dilakukan apa yang udah dia pelajarin"kara mulai menangis mengingat apa yang selama ini ayahnya lakukan padanya dan mehendra

"Jangan bawa bawa willy"emosi marvin sudah tak bisa di tahan tangan nya melayang dan mendarat tepat di pipi kara

Plak..

Tamparan yang sangat kuat itu membuat kara meringis,mahesa menarik kara untuk mendekat dengannya dan menenangkan kara.

"Papa"teriak mahendra

"Apa,kamu mau bela mahika?mau membandingkan kalian dengan ares atau asta?kalau kalian ingin seperti mereka jadi anak devan saja,cukup willy yang mendapat harta saya"bentak marvin

"Kenapa papa cuma peduli sama willy,karena dia cewe?oliver tau cewe itu harus dijaga,tapi ngga seharusnya papa korbanin kita buat kemauan dia,oliver tau,papa nyuruh oliver sama hika jadi dokter buat ngurusin rumah sakit ini sementara sampai willy selesai sekolah,kalo rumah sakit ini ujung ujungnya buat willy juga,buat apa oliver sama hika susah susah kerja"ucap mahendra

"Kalian sudah berani membantah,kalian masih untung punya keluarga yang lengkap tidak seperti dia"marvin menunjuk mahesa yang sedang memeluk kara

"Kenapa keluarga saya juga di bawa bawa,sedangkan saya hanya diam dan tidak ikut campur urusan bapak"ucap yuno emosi

Mahesa menatap yuno dan menggelengkan kepalanya,menyuruh yuno untuk tidak menjawab lagi.

"Saya tidak salah kan,itu memang kenyataan,ibu kamu sudah tiada dan kalian hanya tinggal dengan seorang pria yang sebentar lagi akan bangkrut"marvin menatap yuno dan mahesa bergantian

"Ada apa nih?"tanya seseorang membuka pintu ruangan itu

"Tidak ada apa apa"jawab marvin yang seketika wajah nya berubah datar

"Om apin ngapain disini?"tanya orang itu lagi

"Hanya ingin mengecek data rumah sakit,kamu no?"jawab marvin

"Biasalah om,azka sakit lagi"ucap jino

"Hes,bisa ikut gue bentar ngga?"tanya jino pada mahesa

Mahesa menatap kara yang masih menangis di pelukannya

"Pergi aja hes,sini hika sama abang aja"suruh yuno

"Kar,sama bang yuno dulu ya,gue ada perlu"bisik mahesa lalu menaruh kepala kara di paha yuno

"Kemana bang?"tanya mahesa

"Ikut aja"jino menarik tangan mahesa

Tbc
Sorry for typo

yuno alendra mahadiswara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

yuno alendra mahadiswara

25 y.o

Police

Abang mahesa

Thanks Doctor HesaWhere stories live. Discover now