05. Hello again

7 0 0
                                    


Elhea POV

Aku benar benar tidak ingin membahas perihal perjodohan ini dulu, masih ada hal-hal yang perlu aku urus dan menurutku lebih penting.

Tahun ini aku memutuskan untuk istirahat, ditolaknya aku dari salah satu Universitas adalah alasannya. Aku tidak ingin mengambil Universitas swasta, ah lebih tepatnya aku tidah diizinkan. Aku sendiri pun tidak tahu apa alasannya.

Setahun ini rencananya akan aku isi dengan mengambil kursus, saja. Aku tidak diizinkan untuk bekerja oleh Ayahku karena katanya itu masih menjadi urusan Ayah dan Arga.

Ah, mari ku perkenalkan anggota keluarga ku.

Arga Poetra Adiwidya. Dia mewarisi marga Ayahku, aku pernah marah padanya karena dia selalu mengejekku. Katanya aku ini anak pungut soalnya tidak ada "Adiwidya" di namaku. Aku akan mengabaikannya seharian.

Aku pernah bertanya pada Ayah, kenapa aku tidak diberi marga Adiwidya seperti kakakku. Ayah bilang ,

"Nanti akan ada marga yang kamu pake. Marga suami adek."

"Ayah! Adek gamau nikah ah. Adek maunya marga yang sama kaya Ayah sama Aa."

Saat itu aku masih belum mengerti, tapi sekarang aku mengerti maksud Ayah. Walaupun aku sedikit masih tidak terima jika Arga kembali membahasnya.

Bubun, Armilia Sekar Putri. Aku sering memuji nama tersebut, menurutku nama itu sangat cantik dan sangat cocok untuk Bubun. Ia adalah Ibu terbaik sejagat raya, dia pandai sekali masak. Dia pun sangat rapih dan bersih di berbagai hal. Bubun adalah wanita yang sangat mandiri dan sangat pintar. Dia juga sangat ramah dan ceria. Semua orang akan nyaman berada didekatnya, termasuk Ayahku.

Dulu, mereka adalah teman satu kampus. Bertemu di sebuah acara kampus saat Bubun menjadi salah satu panitia dan Ayah merupakan salah satu anggota band yang mengisi acara itu. Ayahku ini jatuh cinta pandangan pertama, lalu berniat mendekati Bubun. Namun Bubun adalah anak tunggal dan itu adalah salah satu alasan yang membuat Ayahku sangat susah mendapatkan restu keluarganya. Sampai saat Ayahku ini mendapat pekerjaan barulah mereka diberi restu untuk menikah.

Arthur Adiwidya. Ayah adalah anak bungsu, kakaknya perempuan. Aku dan Arga sering memanggilnya Uwa. Namun sayang, sekitar 8 tahun yang lalu Uwa meninggal karena penyakit yang dideritanya. Ayah adalah orang tua yang sangat baik, aku jauh lebih dekat dengan Ayah ketimbang dengan Bubun. Ayah tidak pernah marah, membentak atau pun memukulku. Jika aku membuat kesalahan, dia akan menasehatiku dengan baik – baik tanpa penekanan sama sekali. Dia akan selalu memprioritaskan aku.

Dan sikap Ayah pada Arga cukup berbeda dengan aku. Aku beberapa kali mendengar Ayah membentak Arga, memarahinya, bahkan pernah hampir menamparnya kalau tidak Bubun tahan.

Si Arga ini dulu semasa SMA, memang sangat nakal. Dia suka balapan, pulang pagi, mabuk atau merokok. Tapi aku pun tidak membenarkan perlakuan Ayah.

Saat itu adalah masa-masa kelam keluargaku. Ayah dan Bubun hampir saja bercerai karena merasa pernikahan ini hanyalah tentang kesusahan. Bubun hampir kabur dari rumah sambil membawaku. Arga yang tidak mau pulang kerumah karena selalu saja beradu mulut dengan Ayah. Dan aku hanya diam, diam, dan diam. Aku tidak pernah ikut campur, ah ralat,tidak di-ikut campur-kan. Katanya ini urusan orang dewasa, mereka akan bersikap baik jika ada aku. Padahal aku tahu yang sebenarnya.

Sekarang, keluargaku sudah sangat damai. Arga sudah tamat menjadi anak nakal dan mendapat pekerjaan, Ibu dan Ayah yang sudah meluruskan masalah mereka. Keluargaku sudah sangat sempurna, tidak ada suara bentakan, sehari- hari hanyalah suara tertawa atau teriakan ku karena di ganggu oleh jelmaan iblis alias kakakku. Namun ternyata, masih ada masalah yang datang pada keluargaku ini.

DOLCE FAR NIENTEWhere stories live. Discover now