04. Papa is sick

3 0 0
                                    

Elio POV

Sepertinya saya baru saja mengambil langkah yang kurang tepat, saya pasti sudah menakuti Elhea dan dia mungkin sekarang sedang kebingungan. Dia pasti berpikir saya orang jahat. Setelah pertemuan di café tadi, saya langsung menyuruh orang-orang saya untuk memantau Elhea seperti biasanya.

Hanya sekedar memastikan dia selamat sampai rumahnya. Apa yang saya lakukan mungkin terdengar menyeramkan, saya bak seseorang penguntit atau seseorang yang obses tapi percayalah saya hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Karena saya sadar saya adalah seseorang yang bisa saja membawakan bahaya kepada Elhea.

Musuh-musuh saya itu, mereka jangan sampai tahu bahwa Elhea adalah kelemahan terbesar saya. Itu salah satu alasan saya baru berani muncul dihadapan Elhea.

Saat ini saya masih di café, duduk sambil mengerjakan beberapa hal terkait perkerjaan saya. Seharusnya saya masih di Paris, mengerjakan project bersama tim saya disana. Tapi saya pikir, saya bisa menghandle semuanya dari sini.

Kalian mungkin bertanya-tanya, siapa saya kan? Kenapa saya tiba-tiba mengajak si cantik- ah maksud saya Elhea untuk menikah? Saya punya alasan untuk itu. Nanti, kalian pasti tahu.

Saat saya sedang fokus dengan laptop saya, tiba-tiba salah satu orang saya bilang bahwa Elhea sudah sampai dirumah, namun tiba-tiba saja dia kabur, itu cukup mengejutkan saya. Tidak banyak pikir saya langsung menyusul Elhea, saat orang saya bilang mereka kehilangan jejak Elhea.

Saya menyelusuri jalanan mencari Elhea, saya takut sekali hal buruk terjadi padanya. Oh saya bahkan tak memperdulikan bunyi klakson pengendara lain, Elhea dalam bahaya apa yang lebih buruk daripada itu?

Saya akhirnya memutuskan untuk menuju rumah salah satu teman Elhea, Aethra. Dan benar saja, saat saya sampai ada Elhea yang sedang mengetuk pintu rumah itu, saat saya ingin menghampirinya ternyata pintu sudah terbuka dan betapa terkejutnya saya saat melihat tubuh Elhea jatuh. Dia pingsan, saya sangat ingin menghampirinya, tapi tiba-tiba saja saya mendapatkan panggilan dari keluarga angkat saya.

" Ya, ada apa? "

Maaf tuan muda, saya mendapat perintah untuk menghubungi anda oleh nyonya besar,

"Apa katanya?"

Beliau ingin anda untuk datang ke Roma secepatnya, kondisi tuan besar kembali memburuk,

Berikan telfon itu padaku-

Elio, halo.

"Mama?"

Pulang nak, pulang.

"Tolong tenangkan dirimu aku akan bersiap siap untuk kesana. Tunggu aku."

Hati-hati Elio...

"I will."

Haruskah saya menghampiri Elhea?

Saya memutuskan untuk menghubungi orang orang saya untuk mempersiapkan keberangkatan menggunakan Jet pribadi milik Keluarga Agard.  Sambil menunggu semuanya siap, saya memantau Elhea dari luar rumah Aethra. Untung saja dia tidak menutup jendela kamarnya dengan gorden, jadi saya masih bisa melihat Elhea yang sedang tertidur. Saya urungkan niat untuk menghampirinya, saya takut saya gegabah.

Saya menunggu beberapa jam dan Elhea akhirnya terbangun. Saya terus mengucap syukur, saya sangat lega. Tak lama setelah itu saya melajukan kendaraan beroda dua ini menuju ke Bandara dan langsung berangkat. Oh, tidak lupa juga saya akan meminta para "mata" saya untuk memantau kegiatan Elhea. Karena saya yakin saya akan sangat sibuk setidaknya untuk satu minggu kedepan.

Lamanya jam penerbangan saya pakai untuk membereskan pekerjaan saya, ada sedikit trouble dan itu sedikit merugikan jika tidak cepat-cepat saya selesaikan. Kurang lebih 15 jam perjalanan akhirnya saya sampai di Roma, kota dimana saya besar.

Ah, apakah harus saya beritahu latar belakang saya sekarang?

Saya langsung menuju ke Rumah sakit, diperjalanan saya diceritakan apa yang telah terjadi. Padahal, sebenarnya saya masih khawatir dengan keadaan Elhea walaupun "mata" saya sudah menyampaikan kabar bahwa Elhea sudah pulang kembali ke rumahnya.

Dari yang saya tangkap, penyakit jantung yang diderita Papa saya sejak 4 tahun kebelakang kini sudah sangat buruk, terlebih Papa memiliki riwayat Diabetes yang cukup serius sehingga dokter sedikit ragu jika harus mengoperasi Papa. Proses pulih yang akan sangat buruklah yang kami khawatirkan.

Ruangan VVIP ini dijaga sekitar 16 orang, disetiap pintu akan ada dua orang berjas hitam yang siap menembak siapapun jika berani menerobos masuk. Tapi tentu saja mereka tahu saya, mereka akan membungkuk jika melihat saya. Bukan saya sedang menyombongkan diri, saya hanya menjelaskan situasi.

Saya mendapati Mama yang sedang memegang tangan Papa sambil menangis, di dalam rungan hanya ada Mama, Papa dan Luca. Luca adalah tangan kanan Papa, orang yang paling dekat dengan Papa melebihi Mama. Dia sudah bersama Papa semenjak Luca berusia 5 tahun. Mereka tidak bisa dipisahkan.

Melihat Papa terbaring lemah membuat saya merasa tercekik, Papa yang selalu kuat dan tangguh kini sedang berjuang melawan penyakit sialan itu. Andai saja jika golongan darah kami cocok, aku sangat dengan senang hati mendonorkan jantung ini. Tapi sayang, saya hanya anak jalanan yang diangkat menjadi salah satu anggota keluarga Agard.

"Elio! Papa, Papa sakit sayang."

"Maa... Shh... sudah jangan menangis. Kita semua tahu bahwa Papa adalah orang yang kuat, dia tahan dengan belasan luka tembak, luka tusuk, patah tulang, dan segala yang pernah ia lalui, dia pasti akan pulih dengan cepat. "

"Elio, Mama pikir tidak... dokter bilang Papa sudah sangat kesakitan..."

"Shh.. tidak, aku yakin Papa kuat. Biar aku bicara dengan dokternya nanti."

"Apa Mama sudah makan? Kau terlihat sangat pucat."

"Apa itu penting sekarang? Papamu belum sadar, Bagaimana bisa aku memasukan makanan kedalam mulutku."

"Oh tentu saja itu penting, jangan mengabaikan kesehatanmu. Luca, tolong ajak Mama makan, pastikan dia makan lebih dari 5 suap. "

"Baik Elio. Kau juga, istirahatlah. Aku tahu kau lelah."

"Hmm. Terima kasih."

Lalu Mama dan Luca pergi, tersisa Papa dan saya.

"Pa... Elio pasti kesulitan kalo Papa pergi. Pa tolong bertahan sebentar lagi ya? Banyak sekali yang ingin Elio persembahkan untuk Papa. Elio sayang Papa."

TBC

Oke, hanya memastikan. Elio itu memang besar di Roma. Tapi nanti ada suatu alasan dia pindah ke Paris dan menetap disana. Walaupun dia di Paris, dia masih suka balik ke Roma, atau sesekali orang tua angkatnya yang ke Paris.

DOLCE FAR NIENTEWhere stories live. Discover now