[04] Fatmawati

30 4 8
                                    

Selamat Membaca
*****

Di kampus, sebelum bertemu dengan Sangga, Fatma sedang menyiapkan beberapa bahan-bahan sembako yang akan dia sumbangkan untuk korban bencana banjir yang ada di daerah tempat tinggalnya. Sedari tadi, Clara sahabat baiknya, sedang menelepon karena hari ini Fatma sudah ada janji bersama Sangga teman baiknya. Dengan terburu-buru, Fatma mengambil alat lukis yang baru saja dia beli dan segera menemui Sangga setelah meyakinkan Clara bahwa dia akan punya waktu bersama lain kali.

Fatma bertemu Sangga di kampus. Keduanya kemudian berangkat menuju SLB seperti yang sudah dijanjikan. Di sana mereka mengajar anak-anak melukis dan mengenal beberapa huruf abjad sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Sangga dan Fatma melaksanakan tugas mereka masing-masing. Sangga mengajarkan anak-anak menggambar sedangkan Fatma mengajarkan mereka mengenal beberapa huruf saja.

Fatma sangat senang melakukan hal ini, karena ini merupakan pengalamannya yang pertama mengajarkan anak-anak yang memiliki kekurangannya. Anak-anak istimewa. Setelah Fatma mengajarkan anak-anak SLB itu, dia keluar kelas dan di sana dia melihat Sangga yang sedang mengajarkan anak-anak melukis. Laki-laki itu tampak serius.

Fatma berjalan menuju ke arah kanvas yang kosong di dekat Sangga dan anak-anak yang lain. Anak-anak di sana begitu ribut dengan kuas dan kanvas mereka. Beberapa yang tuli asyik dengan dunia sunyi mereka sendiri dengan warna-warni cat akrilik. Dan beberapa yang lainnya sibuk memperhatikan Sangga, berjalan mengitari Sangga, bahkan ada yang melompat-lompat sesuka hati karena terlalubsenang. Kebetulan, anak-anak yang ikut melukis berasal dari kelas B dan C yaitu untuk anak-anak tunarungu dan anak-anak tunagrahita.

Fatma mencoba ikut melukis di sana walaupun dia tidak bisa melukis sama sekali. Namun, dia berusaha untuk bisa demi mendapat perhatian lebih dari Sangga. Entah kenapa, Fatma tiba-tiba menyukai Sangga meski Sangga orang yang cuek dan cenderung tidak peduli pada hal-hal yang bukan urusannya.

Ada sisi lain yang membuat Fatma suka kepada pemuda itu. Namun, pikirannya kembali kepada Sangga yang bertemu dengan seorang gadis yang Fatma sendiri tidak tahu siapa. Dari tatapan Sangga, sepertinya ada perasaan suka kepada gadis itu. Fatma tidak tahu, dia hanya bisa menduga-duga. Fatma menarik napas dalam-dalam, dan dia merasa tidak mungkin bisa merebut hati Sangga.

Sementara, pemuda itu berjalan mengawasi anak-anak yang sedang melukis dengan senyum kecil di wajahnya yang dibingkai kaca mata. Fatma memperhatikannya yang terlihat senang karena anak-anak belajar melukis dengan semangat. Sangga melihat Fatma yang juga sedang memperhatikan dirinya. Tatapan keduanya bertemu, tapi Fatma lebih cepat mengalihkan pandangannya kembali ke kanvas yang masih kosong.

"Fatma," panggil Sangga.

Fatma terkejut. Ketika dia menoleh ternyata, dia mendapati Sangga sedang menghampirinya.

"Iya Ga, ada apa?" tanya Fatma.

"Kamu ngapain? Melukisnya kenapa belum mulai?"

"Bingung Ga, tadi aku mau lukis pemandangan, tapi nggak tahu mau mulai dari mana," jawab Fatma yang terlihat gugup bercampur senang karena Sangga bahkan memperhatikan dirinya yang belum mulai melukis.

"Kamu mulai lukis aja sesuai yang kamu bisa, Fat. Contohnya, mulai dari gambar gunung, sungai, atau rumah juga boleh," jelas Sangga ringan.

"Oh gitu, baiklah aku mulai dari gambar gunung aja kali, ya? Mungkin aja nanti ada ide lain yang bisa aku gambar lagi," kata Fatma sambil memutar kuasnya di atas palet.

"Nah, boleh Fat. Ya udah kamu gambar aja apa yang ada dalam imajinasi kamu nanti kalau kamu ada bagian yang nggak bisa, biar aku bantu."

"Makasih Ga, aku mulai lukis, ya," uap Fatma dan Sangga hanya mengangguk lalu meninggalkan Fatma sendiri dengan imajinasinya.

CAMARADERIE [ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang