Bankir 💵 17

3.9K 715 160
                                    

"Menyegel kesepakatan?" Taeyong menyipit curiga.

"Kita resmi pasangan kan sekarang? Oh, karena semua pembicaraan tadi merujuk pada pernikahan, saya berasumsi kita adalah tunangan sekarang."

Lalu Jaehyun mendadak terdiam, seperti barusan mengingat hal penting yang sedari tadi dia lupakan. Taeyong masih menyipit mengamati tingkah aneh lelaki itu.

Jaehyun lalu merogoh saku dalam jasnya. Mengeluarkan sesuatu yang nampak seperti sebuah kotak kecil berbahan beludru.

"Kamu keberatan jika kita meresmikan hubungan kita di tempat ini?" tanyanya, sembari membuka kotak itu. Menampakkan sebentuk cincin perak sederhana dengan mata berlian tunggal berkilau di tengahnya.

Taeyong tanpa sadar menahan napas. Dia selalu menyukai segala hal indah, terlebih jika berkualitas bagus. Kelak, Taeyong akan mengetahui bahwa itu adalah cincin dari bahan rhodium murni.

Dan itu, adalah cincin yang sangat indah. Sederhana, tepat seperti apa yang disukainya.

"Lee Taeyong, maukah kamu menikah dengan saya?"

Sial. Dari mana datangnya rasa haru yang saat ini menyesaki dadanya? Ini hanyalah lamaran pernikahan, untuk yang kesekian kalinya, dari lelaki yang sama. Seharusnya, tidak secara konyol mengubah hatinya menjadi sebegini melankolis ini kan?

Namun tanpa banyak berpikir pemuda cantik itu tersenyum manis, dan mengangguk.

"Saya bersedia."

Jaehyun mengembuskan napas, secara aneh juga terlihat sama emosional seperti dirinya.

"Demi Tuhan, Taeyong... setelah sekian lama, akhirnya..."

Taeyong masih tersenyum manis. Diam-diam menggigit bibir menahan gugup ketika tangan berjemari panjang elegan itu menyelipkan cincin ke jari manis tangan kirinya. Mengerjap bingung bercampur takjub ketika menemukan lingkaran cincin yang tepat sekali seperti ukuran jari manisnya.

"So, we're official now." Jaehyun mendesah lega. Taeyong, lagi-lagi hanya tersenyum, mengamati pendar cantik berlian mungil di jari tangannya.

"Pak Jaehyun sudah menyiapkan ini sedari awal?" tanyanya.

Lelaki itu menggeleng. "Saya nggak tahu apa yang ingin kamu sampaikan dengan mengirim pesan semacam itu, dan akan jadi seperti apa ujung pembicaraan kita malam ini. Saya... seringkali agak kesulitan menebak jalan pikiran kamu. Tapi, cincin itu sudah saya siapkan sejak lama."

"Sejak lama?"

Jaehyun mengangguk. "Saya tidak terlalu ingat kapan tepatnya. Mungkin beberapa bulan semenjak pertemuan pertama kita."

Taeyong mendengus tak percaya. "Padahal saat itu saya jelas-jelas sudah menolak Pak Jaehyun."

"Sayangnya," Jaehyun dengan lembut menarik tangan Taeyong, mengamati cincin yang melingkar manis di jemari lentik itu. "Jika memang benar-benar menginginkan sesuatu, biasanya saya selalu berhasil mendapatkannya."

"I'm just your next trophy then?" Taeyong mencibir manis.

"No. Tropi hanya untuk dikagumi dan dipajang. Sementara kamu, ingin saya miliki untuk saya cintai. Dan saya pegang-pegang."

Taeyong mendengus lelah.

"So?"

Taeyong menoleh pada Jaehyun dengan bingung. "What?"

"We have to seal this."

"Seal this with?" Taeyong kembali menyipit curiga.

"Spend this night with me."

BANKIR (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang