Bankir 💵 16

4.5K 754 151
                                    

Taeyong mengerjakan berkas-berkasnya dengan tenang. Meski matahari telah beberapa jam lalu menghilang dari langit dan hari di luar telah berganti gelap. Meski sudah tak ada lagi satupun staf  BCI lain yang masih berada di gedung itu.

Meski sesorean tadi Park Jungsoo sempat mengomel padanya karena dia berada di luar kantor lebih lama daripada yang seharusnya.

Meski beberapa kesalahan kecil yang luput dari ketelitiannya memaksanya mengulang beberapa pekerjaan. Meski angka-angka yang berceceran dalam tumpukan dokumen di hadapannya mulai membuat kepalanya berdenyut-denyut. Meski punggung dan lehernya sedari tadi telah memprotes meminta diistirahatkan.

Kombinasi segala beban pekerjaan dan keheningan senyap ruangan kantor itu, secara aneh justru membantu Taeyong untuk berpikir lebih jernih. Sembari otaknya mencerna angka-angka dalam tumpukan berkas dan file-file data yang ada di komputernya, benaknya secara bersamaan juga terus sibuk menelaah permasalahan yang kini tengah dihadapinya.

Memperhitungkan dari berbagai sisi, menghitung dan mengkalkulasi setiap untung dan rugi. Pemuda itu mendesah lega ketika menutup berkas terakhirnya, dan menggeliat untuk merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Akhirnya, selesai juga.

Taeyong tersenyum ketika turun ke lantai dasar dan menemukan seseorang yang duduk tenang menunggunya di lobi BCI.

"Apa harus malam ini, Pak Jaehyun?" sapanya ramah. Lalu memberi isyarat meminta izin ikut duduk di sana.

Jaehyun mengamati wajah letih Taeyong, lalu melirik jam di pergelangan tangannya. Lelaki itu balas tersenyum, tak enak hati.

"Maafkan saya. Kita bisa bicara besok-besok. Saya hanya... " Jaehyun terdiam.

"Saya hanya agak terkejut dengan pesan yang kamu kirim tadi. Saya pikir, kamu sudah tidak memikirkan tentang hal itu lagi."

Taeyong mengangguk  maklum. "Pak Jaehyun masih ingin menikah dengan saya?" tanyanya.

Jaehyun menatap pemuda cantik itu lekat-lekat. "Kamu berubah pikiran?" tanyanya hati-hati.

"Bapak mau kita bicara di sini saja?" Taeyong tersenyum.

"Di sini agak kurang nyaman, sejujurnya." Balas Jaehyun.

" Saya sedang agak lapar sekarang."

"Oke... kamu mau pergi ke mana?"

Taeyong lalu mengajak lelaki itu pergi dari gedung BCI. Tak menolak ketika Jaehyun menawarkan salah satu coffeeshop yang ada di dalam gedung hotelnya. Dan Jaehyun cukup lega ketika melihat pemuda cantik itu tetap bersikap tenang kendati berada di hotel yang sama dengan tempat dulu mereka menghabiskan malam bersama.

Tak seperti restoran yang itu, kali ini Jaehyun tidak secara sengaja mengosongkan tempat hanya untuk mereka berdua. Jadi selain mereka, beberapa meja juga terisi oleh tamu lain. Namun coffeeshop bergaya klasik elegan itu memiliki privasi yang cukup, sesuai untuk sebuah pembicaraan pribadi yang penting seperti ini.

"Setelah bertemu dengan... keluarga kecil Pak Jaehyun secara lengkap, sebenarnya jadi ada cukup banyak hal yang saya pikirkan."

Jaehyun mengangguk, diam-diam menarik napas perlahan, merasakan ketegangan yang perlahan menyeruak kembali dalam dadanya. Kekhawatiran yang diam-diam telah dia rasakan semenjak melihat kehadiran Gayoung bersama Minho.

"Katakanlah, misalnya saya bersedia menikah dengan Pak Jaehyun, dengan beberapa persyaratan, apakah bapak bersedia?" tanya Taeyong tanpa basa basi.

"Apa ada yang kamu inginkan?"

"Pak Jaehyun akan memberikan apapun yang saya minta?"

Tanpa ragu lelaki itu mengangguk. "Ya. Tentu saja."

BANKIR (jaeyong)Where stories live. Discover now