Bab 39 Aku Turuti Semua Kemauanmu, Gea

70 10 0
                                    

Bab 39 Aku Turuti Semua Kemauanmu, Gea

Bangun-bangun kepala Gea sudah berasap. Panas sekali rasanya. Sampai segelas minuman dingin yang Pramu sajikan saja tak cukup meredakan baranya. Apalagi tiap kali Gea menoleh pada Gara yang tengah bertopang dagusambil menatapnya dengan senyuman tanpa dosa itu. Panas sekali rasanya. Sampai segelas minuman dingin yang Pramu sajikan saja tak cukup meredakan baranya. Apalagi tiap kali Gea menoleh pada Gara yang tengah bertopang dagusambil menatapnya dengan senyuman tanpa dosa itu.

Ya Tuhan … kenapa sih Gea harus berurusan dengan cowok gak punya otak kayak Gara lagi? Benar-benar gak bisa ditebak kayak orang gila kelakuannya. Padahal kan Gea udah jelas-jelas bilang sama Gara kalau urusan mereka udah selesai yang artinya gak perlu ketemu lagi kayak gini kan. Apa jangan-jangan cowok itu juga budeg selain gak punya otak? Apa isi kepalanya itu udah gak berfungsi lagi dengan baik?

“Kamu beneran udah beli Gedung ini?” tanya Gea. Mengintrogasi kebenarannya lagi. Memastikan saja takut ia salah paham.

Tapi, Gara malah mengangguk dengan senyum mengembang. “Sedang dalam proses. Jadi mulai sekarang, kamu gak perlu tuh disuruh-suruh sama nih cowok,” katanya sambil menunjuk Pramu yang duduk di antara keduanya. “Suruh dia gantiin semua kerjaanmu. Kamu hanya tinggal duduk manis dan nikmati hasilnya aja. Biar nih anak aja yang kerja keras.”

“Aku tak akan menyetujuinya!” Dengan tegas Pramu memberikan jawaban yang langsung ditanggapi Gara dengan delikan tajam.

Gea menepuk jidat. “Kenapa kamu ngelakuin hal kayak gini, Gara? Molapar aja gak becus buat kamu urus. Sekarang kamu malah nambah masalah dengan beli Gedung beserta kafenya?”

“Kamu yang akan mengurus kafe ini mulai sekarang Gea. Bukan aku. Jadi kesuksesan kafe ini ada di tanganmu. Gak ada hubungannya sama Molapar kok.”

“Tapi, aku gak minta dan aku gak mau! Lagian aku juga gak tahu apa-apa soal kafe. Gimana caranya aku bisa mengelola bisnis ini? Huh!

“Kan ada dia!” Gara menunjuk Pramu. “Biar dia saja yang kerja. Sementara kamu, hanya tinggal tunggu hasilnya aja. Anggap saja sebagai pemasukan tambahan kamu selain bekerja di Molapar lagi, Ge.”

“Aku udah gak kerja di Molapar lagi, Gara. Jangan ngomong aneh-aneh kamu!”

“Siapa bilang? Kamu belum resmi keluar dari Molapar.”

Nah! Ketahuan juga maksud kemunculan Gara untuk apa. Benar-benar gak punya malu emang tuh cowok!

“Kamu pergi dari sini sekarang juga!” bentak Gea. Ia menarik tangan Gara, berusaha menyeretnya keluar, namun laki-laki itu tentu saja berontak. Tak begitu saja menurut pada Gea.

“Gea, dengerin dulu. Aku janji bakal nurutin semua kemauan kamu, asalkan kamu mau balik ke Molapar. Serius, Ge! Aku butuh bantuan kamu. Molapar kacau balau sekarang!”

Gea nyaris saja menaruh rasa iba kalau saja ia tak langsung menatap wajah Gara yang tampak tak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. Malah tersenyum padanya dengan sangat lebar.

“Bodo amat! Itu bukan urusanku! Kacaunya Molapar kan hasil dari ulah kamu. Kenapa aku harus ikut bantuin kamu? Huh! Giliran susah aja, pengen dibantuin. Giliran senengnya, bikin rugi orang. Sana pergi!”

Gea menarik Gara sekuat tenaga keluar dari kafe. Entah mendapatkan kekuatan sebesar itu dari mana, sampai ia mampu menarik tubuh lelaki itu dengan kekuatannya sendiri.

Gea segera mengunci rapat pintu kafe dari arah dalam. Mengabaikan Gara yang masih memanggilnya dari arah luar.

“Ge, kamu yakin mau nolak tawaran dia?”

FAT(E) LOVEWhere stories live. Discover now