Part 40.1 - Pengakuan

Start from the beginning
                                    

"Atlas," panggil Phoenix bergetar. Menepuk-nepuk pipinya namun laki-laki itu tetap memejamkan mata damai.

Phoenix meraih tissue dan mengelap darah yang berceceran. Phoenix sangat kelelahan, namun dia sangat ketakutan terjadi sesuatu pada Atlas.

"Sejak kapan kalian pacaran?" tanya Libra setelah menemukan kembali suaranya. "Selama ini Mama dan Papa tinggal kalian berdua di rumah?" Libra tidak bisa membayangkannya.

Phoenix dan Atlas bagai pasangan suami istri selama ditinggal dinas keluar kota. Libra menggeleng, semakin syok. Libra ingin mati saja sekarang.

"Dia Atlas yang mau kenalan sama Mama." jawab Phoenix bersusah payah. "Dia juga Atlas yang pernah nelpon Mama waktu dinas di luar kota. Izin sama Mama nganterin Phoenix pulang terlambat karena macet ada kecelakaan di jalan."

Libra langsung terdiam. Ingatan Phoenix dan Libra kembali sekitar dua tahun lalu. Phoenix yang gencar-gencarnya bercerita tentang teman sekolah yang disukainya.

"Phoenix sama Atlas pacaran sebelum Mama dan Papa menikah."

Jupiter pun kaget baru mengetahui jika Atlas pernah memiliki pacar. Putranya memang tertutup, Jupiter menyadari ada yang berbeda dengan Atlas waktu itu. Ponselnya tidak pernah lepas dari tangan.

"Kenapa nggak cerita sama Mama? Setidaknya kita diskusikan masalah ini!" Libra semakin frustasi. Tidak bisa mengulang waktu kembali untuk memperbaiki kesalahan ini.

"Phoenix nggak mau merusak kebahagiaan Mama. Phoenix ingin Mama bahagia." katanya, "Phoenix juga nggak pengin ini terjadi, Atlas kenalan sama Mama bukan sebagai pacar Phoenix, tapi sebagai anak Mama." Perasaan Phoenix bercampur aduk mengingatkan hal itu kembali.

Atlas dan Libra berkenalan di acara pernikahan. Pernikahan itu diselenggarakan tidak meriah. Sangat sederhana dan mengundang teman serta kerabat saja. Satu bulan setelah pertemuan Jupiter dan Libra, pernikahan itu dilangsungkan. Mereka masih saling mencintai, tidak ada lagi penghambat untuk bersama.

Orang tua hanya tersisa Nenek Helen, keduanya sepakat hanya dengan pesta kecil-kecilan untuk merayakannya.

Phoenix dan Jupiter hanya bertemu sekali sebelum pernikahan. Atlas waktu itu tidak memiliki waktu, dia sibuk latihan basket untuk pertandingan antar provinsi.

"Kamu ingin Mama bahagia menikah dengan Papa. Lalu kamu pacaran dengan Atlas, begitu maksud kamu?" Libra menyelidik tajam. Napasnya sampai terengah-engah tidak keruan. "Apa yang sudah kalian rencanakan selama ini?"

Phoenix menggeleng lemah, dia juga sudah berusaha menekan perasaannya. "Kami udah coba putus. Tapi nggak bisa. Phoenix masih cinta sama Atlas. Atlas juga cinta sama Phoenix." raungnya.

"Atlas Abang kandung kamu, Phoenix!" gumam Libra mengingatkan lagi. "Kamu dan Atlas anak Papa!"

"Kalau Atlas Abang kandung Phoenix, kenapa Phoenix memiliki perasaan cinta untuk Atlas? Kenapa kami saling tertarik dan mencintai?"

Libra tidak bisa menjawab. Begitu juga dengan Jupiter diam seribu bahasa. Phoenix sangat kelelahan, rasanya tidak sanggup menopang tubuh lagi.

"Atlas ... Atlas sering mimisan. Atlas nggak mau periksa ke dokter." cerita Phoenix beberapa saat kemudian.

Kemudian hanya suara sesegukan yang terdengar dari kamar itu. Libra dan Jupiter diam, menenangkan diri supaya tidak menambah masalah dengan emosi yang meletup-letup. Karena bagaimana pun juga, masalah itu hanya akan stuck di tempat. Tidak ada yang bisa disalahkan. Tidak ada pula yang benar karena keadaan tidak memihak pada siapapun.

Libra melihat bagaimana putrinya dengan telaten mengurus Atlas. Bagaimana dia membersihkan darah itu sampai kering. Bagaimana reaksi tubuhnya yang sangat khawatir dengan kondisi Atlas. Bagaimana air matanya tidak bisa berhenti mengalir sampai sesekali menetes di pipi Atlas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now