"Atlas, tolong bantu Mama anterin Phoenix ke rumah klinik ya. Kayaknya Phoenix perlu di cek ke dokter."

Benar saja. Libra kembali berusaha membawa Phoenix cek ke dokter.

"Nggak usah, Ma." Phoenix menyela. Menggeleng tidak mau ke rumah sakit atau klinik. Phoenix khawatir rahasia mereka akan terbongkar.

Atlas pun sedikit menegang. Ditutupi ekspresi tenang sambil menunggui Libra dan Phoenix keluar dari kamar mandi.

"Kamu sampe muntah-muntah begini." Lontar Libra terdengar jelas karena pintu kamar mandi tidak ditutup.

"Phoenix mau istirahat aja." Phoenix bersikukuh.

Libra tidak memaksa. Dia menuntun Phoenix keluar dari kamar mandi. Gadis itu kembali berbaring setelah minum.

"Mama olesin ini dulu di perut kamu." Libra mengambil minyak angin.

Lagi-lagi Phoenix menolak. "Phoenix aja." Meminta dari Libra, Phoenix membaluri minyak angin tersebut ke perutnya.

Libra berpiki positif, putrinya malu dilihat Atlas. Tanpa tahu sebenarnya, Phoenix takut ketahuan Libra. Perutnya mengganjal dan menemukan tonjolan janin.

"Bentar lagi makan ya? Papa udah di jalan bawain makanan lagi buat kamu." ucap Libra tidak menyerah.

Phoenix mengangguk. Libra mengelus kepala Phoenix dan mengecup dahinya. Libra mengumpulkan piring kotor di atas baki.

Sebelum Libra keluar, Atlas sudah pergi duluan. Lagi-lagi dia menjaga agar tidak menimbulkan curiga.

Atlas menunggu Libra menutup pintu Phoenix dan turun ke lantai bawah. Setelah itu, dia mengirim pesan untuk Phoenix. Nanti malam Atlas akan datang lagi ke kamarnya. Menjaga gadis itu.

Phoenix cemberut, relungnya menghangat. Tidak sabar menunggu malam hari, saat Libra dan Jupiter tidur. Phoenix berusaha sehat agar tengah malam Libra tidak perlu ke kamarnya lagi.

Phoenix memejamkan mata, tidur damai meski perutnya kosong. Sementara Libra memasak menyiapkan makan malam.

Atlas juga turun ke lantai bawah. Tugasnya setiap hari adalah membersihkan lantai. Hanya mengoperasikan robot dan mengelap dinding serta hiasan sesekali. Setelah pekerjaannya selesai, Atlas melanjutkan menyiram tanaman di halaman belakang.

Jupiter pulang lebih awal. Dia menyapa Libra ramah. Memberi kecupan di bibir istrinya dengan mesra.

"Phoenix gimana, Ma? Udah mendingan?" Jupiter menyerahkan makanan yang dia bawa untuk Phoenix. Libra sangat senang dengan perhatian suaminya tersebut untuk Phoenix.

"Dia muntahin makanannya lagi, Pa." keluh Libra sedih. "Perutnya sampe sekarang masih kosong."

"Tenang, Ma. Papa udah nyuruh bidan datang ngecek. Nanti habis cek makan dikit langsung minum obat." Jupiter dan Libra mendengar suara bel pintu. "Nah, itu bidannya udah datang."

"Bidan mana, Pa? Bidan depan komplek?"

"Iya, tadi Papa mampir bentar."

Libra sangat lega mendengarnya. Dari tadi bahkan tidak kepikiran memanggil bidan ke rumah mereka.

"Mama cek dulu," Libra mengelus-elus dada Jupiter mesra.

Libra membuka pintu dan menyapa seorang wanita kisaran empat puluh tahunan. Mempersilakan masuk langsung ke kamar Phoenix.

"Ini, Bu kamar anaknya. Udah tiga hari badannya panas. Tapi hari ini dan kemarin muntah-muntah. Semua yang dia makan, dimuntahkan lagi." jelas Libra.

Phoenix bangun mendengar suara di sekitarnya. Dia kaget melihat seorang bidan di kamarnya. Ekor matanya mencari keberadaan Atlas, sungguh Phoenix sangat takut sekarang.

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now