Komitmen & Takdir

4 2 0
                                    

Bagaimanapun, komitmen adalah komitmen. Atau lebih pas jika disebut komitmen "hanya"-lah sebuah komitmen.

Sebaik dan sekokoh apapun sebuah komitmen, jika harus dihadapkan dengan sebuah takdir, maka kokohnya dinding pagar komitmen seolah tiada artinya.

Jangan terpaku oleh komitmen. Hati mudah berubah-ubah. Jika hatimu merasa tak lagi nyaman dengan komitmen yang pernah dibuat sebelumnya, maka ubah lah sekiranya kamu nyaman akan itu. Tentu saja komitmen bisa juga berubah sesuai isi hati. Jadi, cukup pikir yang sekiranya baik untuk kita masing-masing. Aku tetap dengan komitmenku, dan kamu tetaplah berjalan mengikuti komitmenmu.

Soal komitmen kita di masa lalu, anggap saja tidak pernah ada, karena yang sedang kamu rasakan dan alami dalam hatimu saat ini adalah sebuah takdir. Komitmen tidak memiliki arti jika disandingkan dengan takdir.
Raihlah takdir yang menurutmu terbaik di masa depan.

Ingat! Jangan terpaku akan komitmen, selagi tidak merugikan orang lain! Atau setidaknya orang lain tidak merasa dirugikan. Jika memang tidak bisa bagimu melanggar komitmen atas ketidaksesuaian takdir yang dihadapkan, maka ubahlah komitmen itu. Dengan begitu kamu bisa terus tetap maju menuju takdir yang menurutmu terbaik di masa depan tanpa melanggar komitmenmu lagi.

Lagi pula kita hidup memang atas sebuah takdir. Apapun yang kita lakukan adalah sebuah takdir. Jika aku mengubah komitmenku terhadap suatu hal pun juga merupakan sebuah takdir.

Bagiku, jika aku merubah komitmen untuk sebuah takdir yang kuharapkan, aku berpikir itu sangatlah layak untuk diriku sendiri.

Inti dari tulisanku ini adalah: Tidak perlu sungkan memikirkanku. Pikirlah yang terbaik menurutmu. Apapun takdir kita setelah ini, aku hanya berharap yang terbaik untukmu. Tentu saja takdir kita setelah ini bergantung keputusanmu. Komitmenku pada diriku sendiri masih sama seperti sebelumnya 😇

Coretan Sang Paus BiruWhere stories live. Discover now