1.07

1.8K 229 9
                                    

Warning

Chapter kali ini agak
nganu. Bagi yang tidak suka
bisa skip dan nantikan
chapter kelanjutannya
di 0.07 lainnya~




Bayangkanku
_____________________

Kekaisaran adalah tempat yang makmur jika dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan lainnya. Disamping dari memiliki raja yang cakap, kekaisaran juga diberkahi oleh dewa melalui keberadaan saintes.

Dan hal lain yang membuat kekaisaran menjadi negara makmur ialah keberadaan dari para penganut dewa cahaya sekaligus pelindung negara. Kesatria matahari, orang-orang beruntung yang terpilih menjadi penjaga sang dewa matahari dan utusan dari dewa, perawan suci (Saintes).

Orang-orang selalu berpikir, betapa agung dan mulia para penganut dewa matahari. Terlebih orang-orang semacam kesatria dan pengurus kuil yang tiap hari bisa berjumpa dengan saintes yang suci.

Mereka bisa dengan leluasa berdoa didepan saintes yang merupakan suatu kehormatan bagi mereka para manusia bisa dekat dengan utusan dewa.
Atau, itulah pemikiran mereka—

Dibawah patung yang melambangkan dewa matahari, komandan kesatria matahari bersimpuh dengan hormat.

Alisnya yang tajam seperti bilah pedang sedikit berkerut, bulu mata hitam yang terpejam berkibar ringan, dahinya yang halus berkeringat, bahkan wajah tampan itu tampak gelisah.

Perlahan, mata yang bisa membuat orang terpesona itu terbuka. Memperlihatkan iris emas yang indah.

Komandan kesatria matahari, [M/n] Jarl Adalvino namanya. Sosok yang menjadi idola banyak orang dan sosok yang digosipkan sebagai suami idaman kebanyakan wanita.

Pria itu perlahan berdiri, perlahan berbalik dan meninggalkan tempat pemujaan dewa matahari. Dentang baju besi perak dan gesekan jubah putih lebar dibelakangnya lah yang mengiringi kepergiannya dari tempat sepi itu.

[M/n] berjalan menuju kamarnya (tempat dimana dia istirahat di kuil dewa), dengan langkah mantap dan ekspresi yang tegas. Seolah-olah pria yang berdoa dengan penuh kesusahan tadi bukanlah dirinya.

Bulan menggantung di langit malam mengiringi langkahnya, hanya sesekali dia mengangguk menanggapi sapaan dari para kesatria yang sedang berpatroli.

Sedikit orang yang masih terjaga dimalam hari, apalagi berdoa dengan sungguh-sungguh didalam kuil. Hanya segelintir orang yang mungkin menjalankannya.

Tidak lama [M/n] sampai di kamarnya. Tidak begitu luas, interiornya juga sederhana, hanya ada satu ranjang, satu meja dan kursi, juga beberapa rak buku yang tersusun rapi.

Kamar dari komandan kesatria matahari, tidak semewah yang orang-orang pikiran.

Masuk dan menutup pintu, [M/n] berjalan didekat ranjang. Melepas armor perak dan jubah putih lambang dari kesatria matahari secara perlahan, sampai menyisakan kemeja dan celana putih.

Dibawah terpaan sinar bulan dari jendela yang menyinarinya, [M/n] melepaskan satu-persatu kancing kemeja. Memperlihatkan kulit gandum dengan otot-otot yang proporsional dan sehat.

Jika ada yang melihat, dia mungkin tidak akan percaya. Komandan kesatria matahari adalah pria yang tampan, semua orang juga tahu tentang fakta itu.

Namun, sosoknya saat ini bukan seperti seorang penganut agama dewa yang baik. Itu lebih seperti iblis jahat penuh godaan dengan pesona liar yang membuat orang gelisah hanya dengan melihatnya.

Tepat saat [M/n] hendak menurunkan resleting celananya, tangan lembut dengan aroma lili melingkari pinggangnya. Itu membuat pergerakan komandan kesatria matahari menjadi kaku.

Bayanganku [Solo leveling x Male reader]Where stories live. Discover now