BAB 11: TERUNGKAP

512 106 10
                                    








"Itu benar! Aku bicara apa adanya! Aku adalah orang terpilih dan dewa memberiku kekuatan ini. Aku bisa melihat masa depan seseorang. Tidak seutuhnya, hanya gambaran kecil. Baik itu dari firasat, mimpi, suara-suara dan juga apapun itu!" Jimin mengoceh mencoba menjelaskan pada Seokjin bahwa apa yang dia katakan itu benar. Meskipun itu beresiko baginya jika memberitahu Seokjin rahasianya, tapi tak ada jalan lain untuk membuat Seokjin percaya selain bicara jujur. Namun bukannya percaya Seokjin malah tertawa. Hal itu membuat Jimin bingung.


"Kamu punya imajinasi yang bagus Jimin. Aku terhibur karenamu."


"Aku sungguh-sungguh!! Aku bisa berikan bukti padamu. Beberapa hari sebelumnya aku dapat pendengaran masa depan, aku mendengar tuan Namjoon mengatakan sumpah pernikahan!" Seokjin tersenyum miring mendengar itu, tentu saja semua orang juga tahu Namjoon akan menikah hari ini.


"Tapi aku tak mendengar suaramu!"

"Apa?" Seokjin berhenti tersenyum.

Jimin terlihat serius. "Hari itu aku mendengar tuan Namjoon mengatakan sumpah itu dua kali. Tapi aku tak mendengarmu mengucapkan sumpah itu sama sekali. Tapi aku senang upacara itu berjalan tanpa kendala apapun seperti yang aku pikirkan." Jimin memainkan jemarinya sendiri. Seberapa bencinya pun Seokjin padanya, mimpi itu nyata. Jimin harus menyelamatkan nya.



Sementara Seokjin tertegun. Sudah jelas upacara itu tak ada satupun yang mengetahui selain Namjoon dan pendeta. Hal itu juga baru terjadi barusan tapi Jimin sudah mengetahui nya. Apa hal ini lah yang di rahasiakan oleh pihak kuil selama ini? Jika mengingat apa yang Yoongi laporkan padanya dan semua yang Jimin katakan, itu semua jadi lebih jelas. Tapi, apa hal seperti ini masuk akal?



"Kalau kau masih tak percaya juga aku bisa buktikan dengan cara lain. Aku bisa meramalkan masa depanmu dalam beberapa menit ke depan!" Jimin menatap tepat di wajah Seokjin. Wajah polosnya ini membuat Seokjin mau tak mau angkat bahu mempersilahkan Jimin melakukan apa yang dia mau.



Mendapat izin itu, Jimin pun menutup matanya dan memegangi dadanya dengan kuat. Mengatur nafasnya dalam-dalam agar bisa menunjukan pada Seokjin bahwa apa yang dia katakan itu benar. Namun setelah sekian lama Jimin terdiam, wajahnya tiba-tiba memerah. Ia langsung membuka matanya dan menatap Seokjin dengan wajah malu.



"Sekarang apa?" Seokjin menatap Jimin dengan sedikit bingung. Anak ini terbentur batu di mana sampai tingkahnya begini? Tiba-tiba memerah sendiri. "Apa yang kamu lihat?"


Jimin menutupi wajahnya dengan malu. Ia nampak kebingungan. "Itu.."

"Apa?"

"Cium," cicit Jimin kecil.

"Hah? Aku tak bisa mendengarmu."



"Aku melihat..." Jimin semakin gelisah. Wajahnya semakin memerah seperti kepiting rebus.


"Ya. Melihat apa?!" Seokjin semakin gemas. Dia ini sebenarnya kenapa sih? Tadi marah-marah, lalu heboh sendiri soal pembunuhan sekarang malah bertingkah tak jelas begini.




Meski dengan sedikit ragu-ragu, Jimin akhirnya mulai bicara meskipun sembari mengalihkan pandangannya. "Aku melihat... kamu dan tuan Namjoon.. Berciuman.."



"Ha?"





Tok! Tok!

"Seokjin, kamu ada di dalam?" Suara berat Namjoon di luar tiba-tiba menginterupsi mereka berdua. Sontak Jimin dan Seokjin panik. Tak mungkin saat ini Jimin keluar dari ruangan itu jika ada Namjoon di depan pintu. Belum lagi Namjoon terdengar buru-buru. Situasi ini bakal canggung nantinya.



suamiku, ayahnya mantan pacarku?! 😱Where stories live. Discover now