Untuk menjadi lebih baik kita perlu berubah, namun dengan berubah apakah kita selalu jadi lebih baik ? Bagaimana jika kita lebih bahagia dengan cara hidup kita yang dulu ?
A JKT48 FanFiction
*Cerita ini merupakan hasil pemikiran kang thor dan hanya...
Gita melihat helm hitam itu sejenak, namun ia segera mengenakannya. Menurutnya, mengenakan helm ini lebih penting terutama dalam menjaga keselamatannya dibanding gengsinya. Lagipula, helm ini akan memastikan perjalan mereka lancar tanpa diberhentikan oleh aparat penjaga lalu lintas.
"Yok vin"
"Eh Git bentar deh."
"Apa lagi ?"
"Si Yonat duluan, emangnya dia tau rumah Dey dimana...?"
***
Menunggu satu orang yang tersesat, Dey, Vino, dan Gita saat ini sedang meminum teh dingin yang dibuat oleh Dey sendiri. Rumah itu sedang kosong, kedua orang tua Dey sedang pergi menghadiri acara di kota yang dikenal dengan kota hujan.
"Iye yon, dari situ lu belok kanan- Kagak bukan ! Itu perboden yang arah rumah warna coklat. Hah tukang ketoprak ? Bukan, coba maju dikit. Iye NAH, iye dari situ belok terus harusnya lu liat rumah warna putih pager coklat. Masuk aje langsung"
Dey tengah mengarahkan Yonat menuju rumah milik keluarganya. Untunglah Yonat tidak tersesat terlalu jauh. Bisa-bisanya ia nekat pergi duluan tanpa mengetahui rumah temannya. GPS ? Ya gimana ya, alat bantu yang satu itu lebih sering membuat orang tersesat daripada sampai ke tujuan yang sebenarnya.
"Lagian elu juga, sok-sokan banget dateng sendiri." sebut Vino.
"Yeh daripada gue ngomong ama kalian. Sama aja pusingnya."
Yonat duduk di sofa yang empuk itu, jujur jika didiamkan sejenak kesadarannya akan hilang dengan mudah dalam dunia mimpi. Untunglah Dey datang dengan es teh manis.
"Nih Yon minum dulu, panas bet mesti ye di luar ?"
"Ya gitu dah, makasi Dey."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dey tersenyum hangat kepada Yonat, entah mengapa senyum itu dengan mudah membuat Yonat gesrek. Penampilan Dey dalam kaos simple dan rambut yang diikat membuatnya terlihat begitu cantik, belum lagi celana santai yang sedikit memamerkan kaki putih Dey. Rasanya tak ada pria yang bisa menolak pesona cantik Dey.
"Lu belom liat aj Yon kalo Dey jalan-jalan, lebih cantik lagi."
"Udah ah, gak bener gue kalo ngobrol terus sama lu"
Kehadiran Dey dan Gita di ruang tengah itu diikuti dengan kegiatan menyalakan laptop. Ingat, kehadiran mereka di sini tetap untuk mengerjakan tugas.
Tugas bahasa inggris, sebetulnya tak terlalu sulit. Mereka hanya perlu melakukan sebuah resensi dari film yang telah ditentukan oleh guru mereka. Tentunya yang menjadi tantangan adalah membuat resensi tersebut dalam bahasa Inggris dan menampilkannya dalam bentuk powerpoint.
