[ 03 ]

13 2 0
                                    

"IKSHA, CEPAT LARI, NAK!"

"IKSHA!"

"MAMA! PAPA! JANGAN!!"

"IKSHAAA!!"

"TIDAAAKK!!!

━━━━━━━━━━━━━━━

DEG!

"Akh!!"

"Iksha?"

Ayah berdiri dari duduknya, ia segera menghampiriku yang memegang kepala dengan erat, sedikit menjambak rambutku. Rasa sakit menghujani kepalaku, membuatku sedikit linglung. Ayah segera menangkap tubuhku dan mendudukkannya di atas kursi.

"Sha, ada apa?"

"Kepalaku..., sakit sekali..., Mama..., Papa...."

Mulutku mulai meracau, badanku bergetar. "A-Ayah, tolong buat sakitnya berhenti. Aku mohon—"

━━━━━━━━━━━━━━━

"Hentikan, tolong hentikan."

"ANAK TIDAK TAHU UNTUNG! GARA-GARA ANAK SIALAN SEPERTIMU, KAKAK PEREMPUANKU DAN SUAMINYA MATI!"

"Aku minta maaf! Aku mohon, maafkan aku!"

"TERLAMBAT, BANGSAT!"

PLAK!!

━━━━━━━━━━━━━━━

"Hentikan..., tolong hentikan..., jangan pukul aku lagi..., Kumohon...."

Aku mencengkram baju Ayah dengan erat. "Iksha, tenangkan dirimu. Tarik napas, lalu hembuskan. Ikuti aku." Aku mengikuti gerakan napas Ayah. Matanya terlihat begitu cemas, tangannya tak henti melingkar di sekitar tubuhku.

"Ayah..., enggak akan memukulku..., 'kan?"

"Kenapa aku harus melakukannya, Putriku?"

Suara Ayah terlalu lembut, aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak berhak menerima kehidupan yang nyaman setelah Mama dan Papa mati. Aku..., tidak berhak, dan tidak akan pernah pantas menerima ini semua.

Aku harusnya mati.

"Aku..., aku membunuh orangtuaku. Mereka benar, aku harusnya mati saja. Aku enggak boleh hidup. Ayah enggak boleh punya putri sepertiku. Aku kotor, aku pembunuh. Aku orang yang jahat, Ayah. Aku harus mati."

Tangisku pecah. Mata Ayah terbelalak, sebelah tangannya terangkat untuk menghapus air mataku, sedikit mengangkatnya supaya bisa bertatapan dengan Ayah. "Apa yang kamu katakan, Iksha? Kamu bukan pembunuh, kamu cuma anak yang butuh pertolongan. Kamu tidak kotor, Iksha. Kamu manusia berhati mulia. Putriku adalah gadis berhati paling lembut, aku tau itu. Putriku bukan orang jahat. Kamu bukan orang jahat, Sha." Aku terisak, aku tidak tahu kenapa tiba-tiba diberi ingatan tentang hal ini lagi.

Aku takut.

"Aku takut."

"Jangan takut, Putriku. Aku di sini, ayahmu ada di sini. Bukan mereka, tapi aku. Menjadikanmu putriku, adalah hal yang tidak akan pernah aku sesali."

Tangan ayah beranjak untuk membelai kepalaku.

━━━━━━━━━━━━━━━

"Iksha...,"

"Ayah...? AYAH!!"

"J-Jangan..., menangis...."

"Ayah, bertahanlah! Kita akan kerumah sakit—"

"Percuma..., a-aku..., tidak akan..., bisa...."

"Kita enggak akan tau kalau enggak dicoba!"

"Iksha...."

"AYAH!!"

━━━━━━━━━━━━━━━

"AAAKKHH!!! BERHENTI!!"

"Iksha?!"

Aku menjauhkan diri dari Ayah. Mataku menatapnya nanar, badanku bergetar. Pandanganku mulai kabur, nafasku kembali menjadi sesak. Apa itu tadi? Kenapa aku tiba-tiba mendapat pemandangan seperti itu?

"Sha? Tubuhmu bergetar. Kemari."

Aku menggelengkan kepalaku erat. "Aku enggak mau Ayah mati. Jangan mendekat, aku mohon. Aku takut kalau akan terjadi sesuatu sama Ayah. Aku mohon." Aku memundurkan tubuhku hingga menabrak tembok.

"Aku tidak mau Ayah mati. Aku tidak mau kehilangan Ayah. Aku harus apa? Aku takut, Ayah. Aku mau meminta tolong, tapi aku takut. Aku minta maaf, aku minta maaf."

"Iksha! Jangan berbicara seperti itu."

Aku terbatuk, cairan berwarna hitam keluar dari mulutku. Ini apa? Dadaku semakin sesak, pandanganku semakin buram sebelum akhirnya tubuhku terjatuh.

"IKSHA!"

"A..., yah...."

Dan semuanya gelap.

━━━━━━━━━━━━━━━

"Iksha, hamba tunggu kehadiranmu."

"Siapa kau?! Apa kau yang membuat semua pemandangan itu?!"

"Iksha, ramalan klanmu adalah sebuah bencana. Namun, bagi hamba, ramalan klanmu adalah sebuah berkah. Sebuah mukjizat yang bisa menjadikan hamba sesuatu yang besar. Hamba sangat berterima kasih."

"JAWAB PERTANYAANKU, BRENGSEK!"

"Jika ramalan itu berhasil, Indonesia akan dikelilingi oleh kegelapan. Satu-satunya kekuatan yang hamba punya. Hamba harap, hamba bisa bertemu denganmu langsung untuk berucap terima kasih."

"HEI!!"

━━━━━━━━━━━━━━━

[ to be continued ]

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Adwitiya ; An Ordinary Girl [BnHA Fantasy + Local AU]Where stories live. Discover now