4. Om Arsenio

44 15 3
                                    

Pagi ini Arsenio sudah siap dengan kemeja putih bergaris biru serta rambut yang selalu rapi membuatnya terlihat begitu tampan dan karismatik. Ia memosisikan tubuhnya menghadap cermin, berkaca sejenak di sana.

Arsenio memandang lukisan yang ada di dinding kamar, setelahnya pria itu turun dengan membawa kunci mobil dan ponsel yang ia ambil dari atas meja dekat pintu.

"Pagi," sapa Arsenio pada kedua orang tuanya yang sedang bersantai di sofa ruang keluarga.

"Pagi juga anakku," balas Mila setelah menaruh tehnya ke atas meja.

"Sudah mau berangkat, Sen? Pagi-pagi banget, biasanya jam delapan baru ke resto,"  Antoni yang juga terlihat rapi.

Arsenio mengangguk. "Iya, Yah. Semenjak ada influencer yang dateng ke resto, resto jadi makin rame. Sepulang kerja juga mau nongkrong dulu."

“Oh, iya. Katanya Rajash mau nikah, ya?” tanya Mila yang masih fokus mengupas kulit apel.

Arsenio mengangguk dengan tangan mengambil buah anggur yang tersedia di atas meja. “Iya.”

“Kamu kapan, Sen?” Mila menaik turunkan kedua alisnya menggoda sang putra.

“Kapan-kapan,” balas Arsenio setelah selesai mengunyah buah anggur.

"Kamu enggak sarapan dulu?"

Arsenio menggeleng, menjawab pertanyaan ibunya.

Mila bangkit dari duduknya membuat Arsenio dan Antoni terheran, wanita itu berjalan menuju meja makan mengambil sebuah tempat makan berwarna merah yang sudah ada di sana lalu kembali ke ruang keluarga dan menyerahkan tempat makan di tangannya pada sang putra. "Ibu sudah siapkan bekal buat kamu, dimakan ya, Nak."

Arsenio tersenyum mendengar ucapan dari wanita yang paling ia sayangi. "Pasti, Bu. Arsen pasti makan bekalnya, apalagi ini masakan Ibu," ucapnya membuat Mila tersipu. "Kalau gitu Arsen pergi dulu, Yah, Bu."

"Om, tunggu Janii," teriak Arjani yang datang dari arah tangga.

Arsenio menaikkan alisnya memandang sang keponakan yang tergopoh-gopoh menuruni tangga, gadis itu sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya yang terlihat baru.

"Arjani nebeng ya, Om." gadis itu menyisir rambutnya dengan jari di hadapan Arsenio.

"Mamah kamu mana?" tanya Arsenio penasaran.

"Udah berangkat duluan," jawab Arjani. "Ngikut ya, Om? Sekolahku juga 'kan searah sama restorannya Om."

Arsenio menipiskan bibirnya. "Iyaa, yaudah ayo!"

"Ayah ke mebelnya mau bareng Arsen nggak?" tanya Arsenio pada Antoni.

Antoni yang sedang memainkan gadgetnya beralih pada sang putra. "Nggak, ayah mau berangkat agak siang," balasnya.

"Kalo gitu Arsen sama Jani pergi duluan." Arsenio mulai menyalami tangan kedua orang tuanya, kemudian disusul oleh Arjani.

Mila menyambut uluran tangan Arjani, setelahnya wanita itu memberi sebuah kecupan di dahi sang cucu. "Argani mana? Apa dia masih tidur?"

Arjani mengangguk. "Masih, Oma."

"Om kira-kira di sekolah baru aku banyak yang ganteng nggak, ya?" tanya Arjani sambil menengadah ke atap mobil dengan tersenyum, membayangkan bagaimana suasana di sekolah barunya nanti. Apakah di sana ada lelaki tampan yang mampu mengalahkan pesona dari Sehun EXO, atau ada guru yang begitu berkarisma seperti Shahrukh Khan. Arjani sudah tidak bisa membayangkan bagaimana hari-harinya bila ada lelaki seperti mereka berdua di sekolahnya.

Arsenio meraup wajah ponakannya itu, melihat Arjani yang tersenyum sendiri membuat dirinya geli. "Cowok aja yang kamu pikirkan," balasnya

"Hidup sudah berat, minimal harus cuci mata setiap saat," ujar Arjani dengan bangga.

Arsenio menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa Kalea mempunyai anak seperti Arjani.

 "Memangnya cuci mata harus dengan melihat cowok ganteng?” tanya Arsenio penasaran.

"Nggak juga, Om. Kalo versi aku selain melihat yang ganteng-ganteng, menggenggam segepok duit terus belanja juga termasuk cuci mata paling oke."

"Ya, ya asal kamu masih dibatas wajar om tidak masalah," ujar Arsenio yang sudah pusing menghadapi Arjani.

Arjani mengibaskan rambutnya dengan sombong. “Om tenang aja, aku bisa jaga diri, kok.”

“Awas aja kalo kamu jadi anak yang enggak bener,” tegas Arsenio membuat Arjani menegakkan tubuhnya dan memberi hormat.

Setelahnya, tidak ada percakapan di antara mereka, keadaan mobil hening selama kurang lebih sepuluh menit sebelum akhirnya Arjani kembali mengeluarkan suaranya.

“Om kapan nikah?” tanya Arjani sambil mendekatkan wajah pada Arsenio, dirinya benar-benar ingin melihat om satu-satunya itu menikah.

Arsenio menolehkan kepalanya ke arah Arjani, pria itu tersenyum misterius. "Siapa yang mau menikah?" ucapnya yang kontan membuat Arjani terbelalak.

"Gimana-gimana? Jangan bilang Om enggak mau menikah, yang benar aja ... Om enggak bakal jadi perjaka tua 'kan?" Arjani tidak percaya, kenapa Arsenio membalas pertanyaannya seperti itu. Apa artinya pria itu akan melajang seumur hidup, ini tidak bisa dibiarkan.

"Tenang Om, hidup masih panjang. Akan kucarikan perempuan untuk mendampingi hari-harimu nanti," ujar Arjani hiperbol.

"Sudah sampai, sana turun." Arsenio membuka sabuk pengaman yang dipakai Arjani agar gadis itu segera turun.

Arjani mencium tangan Arsenio, setelah berhasil turun gadis itu kemudian berujar, "Tenang saja Om, sebentar lagi cewek cantik pakai banget akan mengisi kekosongan di hatimu."

"Ya, ya. Sesukamu aja lah , Jan," balas  Arsenio sekenanya dengan tangan yang seolah mengusir Arjani.

Pria itu kemudian melajukan mobilnya, pusing sekali rasanya meladeni seorang Arjani.

Arjani melambaikan tangannya pada mobil Arsenio yang sudah menjauh. "Oke, misi pertama di sekolah ini adalah mencari wanita cantik untuk om Arsen. Kemudian mencari pangeran tampanku, setelahnya baru belajarlah sesuka hati."

Halo dengan Queenaka di sini

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Halo dengan Queenaka di sini.
Jangan lupa vote dan komen yaa dan jangan lupa buat follow instagram @krna9._.sasky aku biar tau spoiler gemes Mas Arsenio

GARIS FANAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant