samudra mencintai lautan

157 16 0
                                    

ketika bumantara telah menunjukkan eksistensi jingganya, dua sosok pemuda berlarian di bibir pantai dengan riangnya.

tanpa alas kaki, langkah acak mereka mencipta jejak kaki di atas hamparan lembut pasir putih. tawa hangat mereka beradu, memecah keheningan pantai di ujung senja.

puas menghabiskan waktu dengan berkejar-kejaran, lantas keduanya memutuskan untuk berhenti dan beristirahat sejenak.

tanpa takut kotor, keduanya langsung merebahkan diri di atas hamparan pasir. dengan nafas yang memburu—akibat sisa lelah berlarian, mereka pandangi rona jingga milik bumantara yang berhiaskan gumpalan kapas putih abu-abu.

sebegitu asyiknya memandangi bentangan karya sang pencipta itu, tanpa sadar keduanya telah menciptakan keheningan di antara mereka.

sekon demi sekon telah berlalu, namun keduanya masih betah mendiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. tidak keberatan mempersilahkan suara deburan lembut ombak dan deru angin yang menerjang daun kelapa mengisi keheningan.

hingga akhirnya, "Sagara, berkenan untuk berenang sebelum matahari terbenam?" salah seorang pemuda di antara mereka bersuara, mengambil alih keheningan yang sebelumnya berperan apik. sebuah kalimat ajakan yang tersirat pengharapan, ditujukan untuk pemuda lainnya.

"tentu, dengan senang hati, Samudra." balas pemuda yang disapa Sagara.

lantas balasan itu membuat sosok Samudra mengembangkan bulan sabit di ranum tipisnya, merasa senang atas balasan saudaranya itu karena sesuai harapannya.

bergegas ia bangkit dari posisi terlentangnya, lalu ia bantu paksa Sagara agar lekas bangkit juga. menulikan pendengarannya atas keluhan Sagara yang terkejut karena tindakannya, Samudra langsung menyeret saudaranya itu berlari menuju pinggiran laut.

berlari kencang dan menerjang ombak, BYURR asinnya lautan membasahi tubuh mereka. menjelajahi kehidupan laut di areal yang tidak begitu dalam, keduanya seakan disambut dengan sukacita oleh sang biru.

menjadikannya suatu hiperbola, lautan bagai mendekap mereka. mengucapkan selamat datang dan menyambut dengan indah.

berkejar-kejaran dalam keadaan setengah tenggelam di laut, mereka saling memercik air asin untuk satu sama lain. tawa riang keduanya menguar bebas, tak peduli dengan sandyakala yang telah bersiap menjalankan tugasnya.

Sagara dan Samudra, begitulah mereka disapa. dua sosok pemuda yang merupakan sepasang saudara kembar, yang teramat sangat mengagumi lautan.

ditilik dari sebatas nama, sudah cukup jelas untuk membayangkan bagaimana kecintaan mereka terhadap lautan. Sagara dan Samudra, arti nama keduanya sama-sama erat kaitannya dengan sang biru aqua.

"Sagara, jika boleh suatu saat nanti aku ingin menikahi laut saja. aku sudah terlanjur begitu cinta, bahkan rasanya ini hampir setara dengan rasa cintaku terhadap bunda." ucap Samudra melantur, diikuti sorot manik jelaganya yang kosong bak seorang frustasi.

mendengar kalimat Samudra yang kelewat puitis dan begitu hiperbola, lantas mengundang tawa keras dari Sagara. menurutnya, saudaranya itu terlalu sering membaca novel pujangga dan roman picisan sehingga menjadi demikian.

"terserah kau saja, saudaraku. aku tidak mau ikut campur dalam urusan percintaanmu." respon Sagara mengikuti alur.

Samudra ikut tertawa, tak menyangka sang kembaran ikut masuk ke dalam alur melantur yang dibuatnya.

"bagaimana pendapatmu jika aku sungguhan menikahi laut?" tanya Samudra pada Sagara. sungguhan ia bertanya demikian untuk tahu dan mendengar langsung persepsi saudaranya itu.

lautan tempatnya berpulang.Where stories live. Discover now