"Aku nggak ganggu kamu kan Put?" Tanyaku kembali. Putri terkekeh.

"Nggak ko Kei, aku habis shalat tadi. Kamu gimana kabarnya? Tega kamu ya, nggak dateng kenikahan aku." Gerutu Putri disana. Aku tersenyum.

"Alhamdulillah kabarku baik - baik aja Put. Maaf ya Putri. Aku bener - bener minta maaf. Aku harap kamu bisa ngerti posisi aku." Ucapku menyesal.

"Aku ngerti ko Kei. Tunggu. Kei kamu, kamu udah jadi mualaf??" Tanya Putri antusias. Aku tersenyum.

"Iya Put. Aku udah jadi mualaf sekarang." Jawabku singkat.

"Alhamdulillah ya Allah. Aku seneng banget dengernya. Dimanapun kamu Kei, Aku cuma berharap kamu bisa selesain masalah kamu secepatnya." Putri menasehati. Aku tersenyum. Itulah yang aku rindukan darinya.

"Dan kamu harus dateng ke resepsi pernikahanku nanti! Aku nggak mau tahu urusan kamu!" Pekik Putri. Aku tercengang.

"Lho, resepsinya belum? Bukannya resepsinya hari itu juga ya?" Tanyaku penasaran.

"Nggak Kei. Resepsinya diundur. Nunggu eyang putrinya bang Aka sembuh. Mungkin dua bulan lagi. Pokoknya kamu harus datang ya Kei. Kalo nggak aku nggak mau kenal kamu lagi." Ancam Putri padaku. Aku terkekeh.

Tunggu. Eyang putrinya bang Aka? berarti eyang putrinya Abyan juga kan? Oh ya Allah.

"Iya... iya... InsyaAllah aku usahain dateng deh. Ko lama banget sih diundurnya Put?" Tanyaku kembali. Putri terdiam sejenak.

"Ayah bang Aka lagi sibuk bantuin om Ali ngurusin perusahaan eyang yang lagi krisis. Keluarga bang Aka lagi nggak stabil saat ini. Rasanya aneh aja kalo aku dan bang Aka seneng - seneng. Bang Aka juga ikut sibuk, jam 2 tadi dia baru aja pulang. Aku nggak tega ngelihatnya." Cerita Putri padaku.

Om Ali?? Abi Abyan kah?! Ya Allah. Apa yang sedang terjadi? Bagaimana dengan Abyan?? Aku terdiam. Otakku mulai dipenuhi oleh Abyan.

"Kei... Keiza... kamu masih disitukan Kei?" Suara Putri membuyarkan lamunanku.

"Ah iya Put. Aku masih disini ko. Aku yakin kamu pasti tahu apa yang harus kamu lakuin sebagai istri bang Aka sekarang. Bang Aka butuh kamu. Dan kamu harus kuat." Kataku memberinya semangat.

"Iya Kei. Awalnya aku bingung harus ngapain, sekarang aku tahu bagaimana memposisikan diriku sebagai istri dan juga sebagai sahabat untuk bang Aka." Jelas Putri.

"Kei, kamu baik - baik aja kan disana? Aku nggak mau tahu sekarang kamu ada dimana. Karena aku nggak mau bohong pada Abyan ataupun bang Aka." Ucap Putri yang membuatku sedikit sulit bernafas. Aku menghela nafasku.

"InsyaAllah aku baik - baik aja disini. Doain ya Put." Pintaku pada Putri.

"Selalu Kei. Selalu. Aku harap kamu nggak sehancur Abyan. Ya, walaupun aku tahu, kamu akan selalu terlihat baik - baik saja diluar tapi tidak didalam." Tandas Putri yang membuat air mataku menetes kembali. Kututup mulutku. Oh ya Allah. Rasanya sungguh sesak dada ini.

"Kei... Keiza... " Panggil Putri padaku. Aku masih terisak. Aku yakin Putri pasti bisa mendengar isakanku.

"Pulanglah Kei. Temui Abyan. Jangan siksa diri kamu sendiri. Kamu dan Abyan sudah cukup menyiksa diri kalian masing - masing." Putri menasehatiku. Air mataku masih menetes.

"Aku tahu maksud kamu pergi ninggalin Abyan. Tapi apa yang kamu lakuin ini buat kamu dan Abyan sakit. Dan sekarang Abyan malah membuat semua orang disekitarnya merasakan sakit." Sambung Putri yang membuat diriku bertanya - tanya.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang