02

3.8K 289 9
                                    

.

.

"Hinata! Sini sini!" seorang wanita berambut pirang panjang memanggil Hinata yang baru masuk ke dalam kedai. Merasa namanya dipanggil, Hinata berjalan mendekat dan duduk di kursi samping yang tadi ditepuk-tepuk si perempuan pirang.

"Maaf, Kak Ino, aku terlambat." kata Hinata. Perempuan pirang yang bernama Ino itu menggeleng, sebuah senyuman terpatri di wajahnya.

"Tidak papa. Tidak masalah menunggu lama untuk model kita, hehe." Ino tersenyum sampai deretan giginya terlihat. Hinata hendak menanyakan maksud Ino tapi perempuan yang lebih tua enam tahun darinya itu memanggil pelayan, memesan dua buah minuman.

"Tenang. Aku yang bayar minumannya kok." Ino mengerling pada Hinata.

"Kak, maksud kakak tadi apa, ya?" tanya Hinata.

"Hm?"

"Kakak bilang menunggu 'model kita' itu apa maksudnya?" mulut Ino terbuka, ia hendak menjawab pertanyaan Hinata tapi tiba-tiba seseorang datang menyela.

"Maksudnya, kau akan jadi model lingerie terbaru di toko Yama Nyang, Hinata." seorang pria berambut panjang yang mirip Ino muncul di depan meja Hinata dan Ino. Ia mengedipkan satu matanya ke arah Hinata.

"A-apa?!"

"Dei!" Ino menggerutu. "Aku yang akan bicara dengan Hinata, 'kan?"

Deidara mengedikkan bahu. Ia duduk di bangku seberang Hinata dan melihat-lihat buku menu. "Kau terlalu lambat, Adik," komentar Deidara pada Ino. Ino berdecak sebal mendengarnya.

"Kak Ino, maksudnya bagaimana, ya?" Ino menoleh pada Hinata yang menatap terkejut sekaligus takut padanya. Ino menghembuskan napas pelan.

"Hinata, dengar dulu, ya. Aku tahu kau pasti kaget dan marah. Maaf belum memberitahumu. Aku dan Deidara ingin memintamu jadi model lingerie tebaru kami." Ino mengatupkan kedua telapak tangannya. Ia memelas pada Hinata.

"Kenapa? Aku 'kan bukan model." kata Hinata.

"Soalnya waktu lihat model baju lingerie terbaru, kami memikirkan badanmu." Deidara bicara dengan lenggang. Ia tersenyum cabul sebelum dengan santainya memanggil pelayan dan memesan satu coklat dingin, tidak memedulikan wajah Hinata yang memerah.

"Dei!" Ino memukul kepala Deidara hingga laki-laki itu mengaduh. "Hinata, maaf, ya. Maaf membuatmu tidak nyaman."

"Aku berencana ingin memberitahumu jauh-jauh hari tapi kata Shikamaru kau sibuk persiapan daftar magang. Makanya aku baru bisa memberitahumu." Ino memegang satu telapak tangan Hinata. "Kau ingat waktu SMA? Katanya kau mau jadi model, 'kan?"

Hinata terbelalak. Itu sudah dua tahun lalu sejak ia membual ingin jadi model seperti pacar kakaknya. "Tapi maksudku model remaja seperti Kak Temari dulu."

"Iya, aku tahu. Tapi..." Ino meremas telapak tangan Hinata yang ada dalam genggamannya. "Aku benar-benar ingin kau jadi model lingerie untuk kali ini saja." Ino menggunakan jurus andalannya, puppy eyes.

"Ke-kenapa?"

"Sudah kubilang kalau-"

"Dei!" Ino mendelik tajam pada Deidara yang manyun. Lalu, ia kembali menatap Hinata dengan lembut. "Karena aku percaya hanya kau yang bisa. Kumohon, bantu aku kali ini saja. Aku dan Deidara kesulitan menemukan model yang pas."

"Benar, Hinata. Dari foto di instagram Tenten yang menandaimu, aku bisa melihat potensi di tubuhmu." Deidara memajukan tubuhnya, mengatupkan kedua tangannya dan ikut memelas pada Hinata. Raut wajahnya kasihan plus manis sih, tapi kata-katanya sangat tidak senonoh! Hinata jadi bingung musti bagaimana. Ia diapit kakak-beradik yang memohon padanya.

Look and Lock [SasuHina x Naruto]Where stories live. Discover now