05. Suaranya Didengar

Mulai dari awal
                                    

"Sebenernya gue juga enggak yakin, soalnya belum pernah bikin api pake ginian. Tapi coba dulu lah, ya."

Amel dan Rangga jadi penonton setia. Julian sekuat tenaga dan tanpa henti mengadu dua batu itu bersusaha menciptakan api. Rangga pun berpikir ini mustahil. Sekiranya Julian memang ditakdirkan hidup di alam liar, menyalakan api dengan batu adalah hal terkonyol yang pernah Rangga tahu.

"Perasaan orang-orang di film itu gampang banget, ya. Sekali adu langsung jadi."

"Hadeh, Julian, Julian. Sini, gue aja." Amel mengambil alih dua batu tersebut dari tangan Julian.

Kini, gantian Julian yang menonton.

"Jangan diketok-ketok doang, harus digesek juga biar ada panas yang pindah."

Julian dengan polos mengangguk-angguk. Sedangkan Rangga diam-diam tersenyum bangga.

Meski begitu, Amel masih kesulitan. "Nah, karena udah gue ajarin, nih lo lanjutin."

"Kok gue lagi? Sekalian lah, lo yang buat."

"Tenaga cowok lebih besar daripada cewek. Buruan."

"Perhitungan banget, deh."

Dengan mengikuti arahan dari Amel, Julian sekuat tenaga menggesek dua batu tersebut hingga bunyinya mampu mengisi keheningan pantai. Sempat berhenti dan mengeluh, mengatakan kalau siang ini mereka akan menyantap makanan milik Rangga saja. Namun Rangga mendadak pelit, dia ingin terus menonton Julian sampai berhasil menghasilkan api.

"Pleaseeeeeee..." Julian bergerak makin cepat.

"Nah! Berhasil, Jul! Berhasil!" Amel bersorak gembira.

"Jagain anginnya! Nanti apinya mati."

Amel dan Rangga langsung sibuk membentuk lingkaran di sekitar api yang masih menyala kecil agar tak padam. Dengan berdebar Julian memperhatikan api kecil itu hingga membakar kayu-kayu lain dan menghasilkan api yang lebih besar.

Julian menghela napas lega, menekuk pergelangan tangannya yang pegal. "Untung gue bawa kayu banyak. Kita harus bikin api abadi biar enggak usah repot gesek batu kayak orang gila lagi."

"Keren lo." Rangga menepuk bangga pundak Julian. "Kita beneran bisa bertahan hidup bertahun-tahun kalo punya temen berbakat kayak lo gini."

Julian menepis kasar tangan Rangga. "Bacot."

Mengisi waktu hingga tiba malam, ketiganya hanya duduk sambil menikmati ikan bakar dan berbincang mengenai keseharian mereka sebagai seorang atlet. Julian sempat merasa tak enak saat Rangga menyinggung hubungannya yang tak seberapa baik dengan Arjuna di depan kekasihnya, Amel. Hingga saat ini, Rangga menebak mungkin Amel belum mengetahui bagaimana Arjuna diperlakukan oleh anggota timnya. Lagipula, Arjuna mana mau menceritakan kisah memalukan tersebut pada orang yang dicinta.

"Gimana kalo kita bikin jadwal jaga malem? Tugasnya jagain yang tidur dari binatang buas, dan jagain api supaya enggak mati." Tentu saja, ide itu berasal dari kepala luar biasa Julian.

"Sebetulnya gue enggak keberatan. Cuma kayaknya bakal aneh kalo Amel ikutan. Masa cewek harus begadang buat jagain dua cowok tidur. Enggak gentle banget."

Sebelum FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang