03

3 0 0
                                    


Bulan yang sebelumnya menampakkan wujudnya dengan terang, sekarang ia menyembunyikan diri disebalik bumi dan menghilang. Sorot mentari mengenai sudut mata Cia. Tersadar bahwa hari sudah beranjak dari malam, membuatnya bangkit dari mimpi mimpi yang menghiasi tidurnya.

"Perasaan baru tidur 5 menit udah pagi aja.." ujar Cia lirih sembari menatap kosong sudut jendela kamarnya.

Dengan isi kepala yang masih kosong, ia menatap sekelilingnya yang penuh dengan bungkus snack, minuman instan, obat yang berceceran di sekitar lantai kamar. Ya, dini hari tadi kepala Cia terasa sesak. Iya meluapkan semuanya dengan apa saja yang ada dikamar nya. Meninju samsak, obat dan kopi yang entah berapa banyak sudah ia minum. Sedikit membuatnya terlena dan tertidur lelap.

Dibukanya lembaran kertas berdebu dengan sampul bunga tulip, yang sudah mulai usang termakan usia. Lembar per lembar ia tatap teduh penuh arti. Foto yang tak akan pernah ia rasakan lagi sepertinya. Keluarga hangatnya, kasih sayang, senyumannya, semuanya bak tenggelam dalam sekejap mata.

"Andai waktu itu aku ga milih buat disini dan menetap di sana, mungkin sekarang ga akan kaya gini akhirnya" batin Cia. Bulir air mata tampak jelas disudut matanya.

"Ayah kapan pulang.."

▪︎▪︎▪︎

"KES OL OF DE SMOyLL THING DET YU DUUU Or WHaT-"

"Suara lo berisik jamet" decak Cia kesal.

Sedari pagi tadi, Sekar tiba dirumahnya dengan membawa begitu banyak jajanan. Telinganya terasa terbakar terus menerus mendengar suara merdu Sekar. Seperti knalpot racing 3in1 katanya.

"Kenapa sih!? Lo gabisa liat gue hepi dikit gitu"

"Hepi di lo, api di telinga gue" jawab Cia ketus dengan tatapan tak bersahabat.

"Dasar manusia sensian!"
"Manusia manusia sensi, itu ELO" balas Sekar dengan penuh penekanan.

"Gue kdrt juga lo anjir lama-lama" umpat Cia sembari mengaduk 2 gelas cokelat hangat.

"Wah parah lo! Kalo gue dikdrt terus gue ga ada terus nanti ga akan ada keturunan kaya gue lagi gimana!? Lo kan gabisa hidup tanpa gue neng"

"Asal lo tau ya aci, manusia kaya gue ini limitit edisyooon-oghh, uhuk uhuk!"

Tanpa menjawab ocehan Sekar yang tak ada jedanya, ia memasukan paksa sepotong cake ke dalam mulut Sekar hingga penuh.

"Banyak omong lo!"

"Dwaswar pwiggwy.." ujar Sekar sembari terus berusaha mengunyah cake yang tampak menggembung di pipinya.

Cia lantas menyandarkan punggugnya yang terasa kebas sedari tadi. Ia sudah meminta tolong pada bibi dirumahnya untuk memasangkan beberapa koyo dipunggungnya, namun itu sepertinya tidak mempan padanya.

"Pijitin gue dong Kar"

"Ogah"

"Ck! gocap deh gocap!"

'Tingnong.. tingnong..' suara bel rumah berdentang dari arah teras rumahnya. Tanpa basa-basi, Cia dengan segera membuka pintu rumahnya yang sedari kemarin terkunci rapat.

"Oh.. iya miss silahkan masuk"

Hari ini, Cia ada bimbel math private. Sebenarnya ia tak mau belajar dalam metode seperti ini, namun mau tak mau harus ia jalani. Tidak ada pilihan lain selain ini, kalau tidak ia terpaksa tak belajar sama sekali seperti anak seusianya.

"Miss.. soalnya susah"

"Dicoba dulu Ci, nanti kalo kesusahan miss Rhena bantu"

Sekar sedari tadi memilih senyap, menatap sayu temannya yang pasti dalam keadaan yang tidak baik baik saja.

"Miss.. mama ga bilang gitu kapan Cia bisa sekolah umum aja?"

Wanita itu hanya diam, memandang kertas soal yang tertera jelas di atas meja. Bagimana ia harus menjawabnya? Ia ingin saja menolong gadis ini, namun taruhannya adalah nyawa.

"Engga, mama Cia ga bilang apa apa sama miss kok"

"Gitu ya.." cicit Cia sedih

2 jam sudah ia mengerjakan soal soal yang membuat pinggangnya terasa kebas. Miss Rhena memberi waktu Cia istirahat setelah 2 jam ia belajar.

"Cia pengen sekolah umum ya?" Tanya miss Rhena dengan tatapan teduh.

Cia hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaannya.

"Cia ga cape belajar emang? Kan di sekolah pelajarannya banyak"

"Kalo disekolah kan Cia ketemu banyak temen miss, jadi Cia bisa happy ga dirumah terus kaya gini.."

Miss Rhena menatap Cia teduh, ia paham betul buncahan isi hati gadis ini.

"Apa yang salah sama Cia miss? Kok Cia ga dibolehin sekolah kaya anak anak lainnya ya, padahal kan Cia pengen banget bisa kaya mereka. Aku iri banget sama mereka miss'

"Apa aku salah ya miss kalo aku minta semuanya dirubah dari awal aja.. aku gamau hidup terkurung kaya gini" ujar Cia sesak, dadanya terasa seperti terikat oleh rantai besi. Air mata nya tak terbendung lagi sudah. Sekar yang semulai diam disampingnya, sontak memeluk gadis itu. Berharap ia bisa tenang dan hatinya tak kembali mengenang seluruh luka dan traumanya.

"Ssstt.. i'm here Cia.." bisik Sekar sembari mengelus punggung kecil Cia. Ia dapat merasakan, berapa banyak luka yang menempel di punggung Cia. Sudah banyak plester luka dan darah yang mengering di punggungnya, membuat hati Sekar terasa sangat nyeri saat menyentuhnya.

Miss Rhena hanya bisa terdiam seribu bahasa, memandangi dua perempuan dihadapannya. Tak tau harus berbuat seperti apa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AnguishWhere stories live. Discover now