Episode 1

2 0 0
                                    


jujur aku tak ingin hidup seperti ini, hidupku sangat kacau sekali.
hidup sebagai seorang broken home. Ayahku menikah lagi. mama ? dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa jika punya anak. teman ? tak ada satupun orang yang bisa kupercaya sebagai teman didunia ini.
karena teman bisa lebih menakutkan daripada musuh.

Tuhan, mengapa aku harus lahir dari keluarga yang seperti ini, aku juga ingin merasakan kehangatan dari keluarga yang utuh. jika mereka tak menginginkan diriku, lantas mengapa mereka harus melahirkanku ? mengapa ?

rasa sakit yang aku rasakan sekarang hanya bisa aku pendam sendiri. karena aku tak memiliki satupun orang disebelahku, aku tak memiliki orang yang bisa mendukungku. aku tak memiliki apapun yang ingin aku miliki. Tuhan, aku tak menyalahkanmu, aku hanya menyalahkan hidupku yang kacau.

****************
aku yang hanya tinggal berdua dengan mamaku, tidak !! bisa dibilang aku hanya tinggal sendirian , karena mama juga jarang banget pulang kerumah, dan kini karena aku sering bertengkar dengan mama, mama menyuruhku tinggal dengan nenek di kampung.

"aaahh siaal , sekarang aku harus pindah kedesa ini." omelku selama perjalanan, dengan langkah yang berat sambil menarik koper yang kubawa aku berjalan ditengah teriknya panas matahari.

"kenapa nggak ada ojek atau apalah yang lewat daritadi ?" aku melemparkan koper yang kubawah dan seseorang menangkapnya dengan sigap.

"jangan dilempar-lempar, kan sayang nanti kopernya jadi rusak." kata seorang pria muda yang menangkap koperku, bisa dibilang lumayan tampan. kulitya putih dan bersih.

"bukan urusan lo." kataku ketus sambil mengambil kembali koperku dan berjalan pergi.

"tunggu dulu, kamu Alea bukan ?" aku menghentikan langkahku dan menatap pria yang ada didepanku dari atas hingga bawah.

"lo siapa ?" aku menatap pria tersebut dengan penuh kecurigaan dan was-was.

"kenalin aku kenan, aku disuruh mbah lia untuk menjemputmu." kenan mecoba meyakinkanku, namun aku yang tak mudah percaya dengan orang asing lanjut berjalan meninggalkan kenan.

"hei, tunggu, kamu tidak percaya sama aku ? aku bukan orang jahat." namun aku tetap tidak percaya, aku terus berjalan dan kenan masih megikutiku dibelakang. "jangan-jangan dia ingin ngerampok aku." aku mulai berpikiran yang tidak-tidak. aku mempercepat langkahku, namun kenan semakin cepat juga.

"tunggu." kenan tiba-tiba memegang pundakku , jadi aku spontan memutar tangannya, hingga membuat kenan kesakitan.

"lo ada niatan jahat kan sama gue ?" tanyaku.

"aaww aww, sakit Al, lepasin aku bukan orang jahat, aku cuma mau ngasih tau, kamu salah ambil jalan, harusnya kekanan , bukan kekiri, kekiri arah mau kekebun teh." jelas kenan, mendengar penjelasan kenan aku melepaskan tangannya dan cepat-cepat kembali kejalur yang benar, betapa malunya aku, mungkin kenan memang bukan orang yang jahat pikirku.

kenan yang melihat itu hanya tertawa kecil, mungkin sekarang wajahku sudah memerah karena malu.

Tak lama kemudian akhirnya aku sampai juga dirumah nenekku.
"Alea, apa kabar ?" tanya nenekku yang terlihat antusias dengan kehadiranku.

"buruk oma." jawabku singkat.

"nggak boleh bilang begitu nduk, nggak baik." kata nenek.

"Alea mau istirahat dulu, alea capek." aku segera menuju kekamarku yang sudah disiapkan oleh nenekku. dari dalam kamar aku bisa mendengar suara kenan yang belum pulang.

"nak kenan, terima kasih yah sudah mau mengantar Alea."

"iya mbah, sama sama. mbah jo kemana ?" tanya kenan.

"lagi dikebun. nggak duduk dulu ?"

"tidak usah mbah, kenan langsung saja, masih ada tugas yang belum selesai." kenanpun berpamitan dan pergi. aku melihatnya dari balik jendela kamarku.

"sok akrab banget jadi orang." kataku dengan suara yang pelan.

******************
keesokan harinya aku duduk bersantai dihalaman depan sambil menghirup segarnya udara pedesaan.

"yaah , tidak buruk juga tinggal didesa." gumamku. aku memejamkan mata dan mengingat kembali kejadian yang tidak menyenangkan bersama keluargaku yang ingin kulupakan namun tak bisa , ingatan itu sangat kuat dan membuatku sakit hati. Tanpa sadar air mataku menetes , dengan cepat aku menghapusnya,aku tak ingin orang lain melihatnya. mungkin ini salah satu alasan kenapa aku tidak mudah percaya dengan orang lain .

sedang asik bersantai, datang seorang pria yang tak ingin kulihat wajahnya hari ini. seorang pria dengan kaos oblongnya yang terlihat agak kusam, celana training dan tas ransel yang ada dipunggungnya, satu lagi senyuman yang menyebalkan itu membuatku ingin melemparinya sesuatu. siapa lagi kalau bukan kenan.

"Assalammualaikum." Salam kenan.

"ngapan sih lo, pagi-pagi sudah bertamu kerumah orang ? gak ada kerjaan yah lo." tanyaku dengan nada yang sangat kesal.

"Waalaikum salam, kalau ada orang salam itu wajib dijawab, bukannya marah-marah." Kata kenan.

"Gue gak peduli." Jawabku dan duduk lagi .

"aku kesini karena disuruh mbah lia untuk ngebantu mbah jo dikebun. kamu sebagai cucunya harusnya ikut ngebantuin mbah jo dikebun, kasian mbah jo sudah tua masih harus ngurus kebun sendirian." kata kenan.

"berisik amat sih."

"eh , ada nak kenan, masuk dulu sini ikuut sarapan." ajak nenekku.

"iya mbah, terima kasih." kata kenan.

satu meja makan dengan kenan membuat moodku sangat buruk sekali. dia siapa sih sebenarnya ? kenapa dia bisa akrab banget sama kakek dan nenekku.

"Alea kenalin ini kenan, dia sekolah di Univ xx dan sekarang sedang libur, jadi dia ngebantuin opa dikebun, dia sangat pintar sekali, sampai dapat beasiswa penuh loh." kata kakekku mengenalkan kenan dengan bangganya.

"mbah jo nggak perlu melebih-lebihkan, saya nggak terlalu pintar juga. itu hanya faktor keberuntungan saja." ujarnya dengan senyuman yang menjengkelkan menurutku.

"kamu gimana kuliahnya." tanya nenekku.

"sama saja oma, nggak ada perubahan." Jawabku malas.

"oh, iya kamu hari ini ikut opa sama kenan dikebun yah, bantuin opa buat nyiram tanaman, kamu kan jurusan pertanian pasti bisa dong."

"tapi opaaa , panas, nanti kalau Alea jadi item gimana ?" aku merengek pada kakeku karena males banget harus panas-panasan ditengah kebun.

"nggak ada tapi-tapian, nanti kenan yang ajarin kamu yah." kata kakekku tegas.

aku tak bisa membantah karena apa yang kakekku putuskan adalah keputusan yang mutlak dan tak bisa diganggu gugat. ingin sekali rasanya aku kabur dari sini. benar-benar nggak ada yang berjalan sesuai dengan apa yang aku inginkan. sungguh menyebalkan.
kenan terlihat sagat puas sekali melihatku menderita seperti itu, dia pasti sudah merencanakan sesuatu yang kejam.

bersambung. . . . .

bismillah kalau rame aku bakalan nulis ini seminggu sekali, dan ku update setiap hari minggu.

terima kasih buat yang sudah baca , saran dan pesan kalian sangat berarti buat aku yang masih baru memulai menulis. :)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

30 DaysWhere stories live. Discover now