PART 03

5 0 0
                                        

   Itu sudah keesokan harinya, tepat pukul 10.00 pagi Ruby sudah bersiap untuk keluar rumah. Ia akan berbelanja bahan makanan hari ini.

Ruby mengenakan celana jeans panjang dengan baju tanpa lengan. Musim panas ini terlalu gerah untuk menggunakan baju berlengan. Hanya ketika bekerja ia akan menggunakan kemeja.

Setelah memilih bahan-bahan yang akan dibelinya, Ruby berjalan menuju kasir. Itu tidak banyak namun cukup untuk ruby setidaknya seminggu.

Saat ingin membayar, ada seorang pria yang lebih dulu memberikan kartu ATM kepada kasir. Ruby ingin menegur pria itu karena tidak mengantri, tapi justru terpaku melihat pria yang ada disampingnya.

Raven.
Wajah Ruby tanpa bisa ditahan memerah mengingat mimpinya yang lalu.

"Hai, Ruby." Sapa raven dengan tersenyum.

Senyum sialan itu fikir Ruby. Kali ini Ruby sadar lebih cepat.

"Hai juga, bisakah kau menunggu aku membayar lebih dulu?" tanya Ruby.

"Biar aku membayar untukmu." jawab Raven sambil mengedipkan sebelah matanya.

Kali ini Ruby terlambat sadar dan Raven sudah lebih dulu membayar semuanya.

"Kau tidak perlu melakukan itu. Biarkan aku mengganti uangmu." Ruby menyodorkan beberapa lembar uang yang pada akhirnya didorong kembali oleh Raven.

"Tidak perlu, sebagai gantinya, maukah kau berteman denganku?" Tanya Raven yang menatap lurus ke mata coklat Ruby.

Ruby merasa ada yang aneh dengan pria ini. Bagaimana mungkin membayar belanjaannya hanya diganti dengan berteman. Sifat terlalu baik ini sangat bertolak belakang dengan seringai nakal di wajahnya.

Ruby yang tak mau ambil pusing berkata "baiklah, berteman bukan hal yang sulit." "Aku harus segera pulang, sore ini aku harus bekerja." setelah berpamitan dengan teman barunya, Ruby pulang kerumah membawa 2 kantong belanjaan.

Sudah 1 bulan sejak Ruby tinggal sendirian, dan 2 hari lagi ia akan berusia 21 tahun. Selama ini juga ia sering bertemu dengan Raven di perpustakaan.

Entah Raven datang untuk membaca atau hanya sekedar menemui Ruby. Bukannya terlalu percaya diri, namun Dia merasa sepertinya Raven punya maksud lain terhadap dirinya. Perhatian yang Raven berikan terkadang cukup membuat hatinya berdebar, walau di permukaan Dia selalu memasang tampang biasa saja.

"Selamat tinggal, Miss Donna." Ucap Ruby pada salah satu staf perpustakaan itu.

Waktu menunjukkan pukul 21.05, Ruby sedang menunggu bus untuk pulang kerumah. Tidak memakan waktu lama, Ruby sudah sampai dirumah pukul 21.30.

Dia langsung mengganti pakaiannya menjadi piyama tidur dengan bahan tipis. Aku tinggal dan tidur sendirian, tidak ada yang melihat jadi masa bodoh dengan piyama seksi ku, fikir Ruby. Dia sudah cukup kelelahan hari ini jadi tidak butuh waktu lama baginya untuk langsung terlelap.

Ruby merasa ada sesuatu yang melingkar di perutnya. Seperti sebuah tangan yang memeluknya dari belakang. Rasa sejuk itu sedikit menggelitik tapi membawa kenyamanan yang nyata hingga Ruby enggan untuk bangun khawatir kenyamanan itu pergi. Ruby semakin tenggelam dalam tidurnya yang lelap.

Kringggggggg!!!

Jam weker di nakasnya berdering sangat nyaring. Ruby terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak.

"Baiklah aku bangun,aku bangun." Kata Ruby seraya mematikan jam weker itu.

Dia mencoba mengingat mimpinya tadi malam, tapi satu-satunya hal yang bisa ia pikirkan hanya seseorang memeluknya dari belakang dan memberikan kenyamanan yang berlebihan hingga ia enggan untuk bangun.

"Itu terasa nyata tapi mana mungkin, aku kan tinggal sendirian" gumam Ruby.

Lamunan Ruby buyar saat ponselnya berdering, Vaiana menelpon.

"Apa kau baru bangun?" Tanya Vaiana.

"Iya kak, baru saja. Mimpiku terlalu indah jadi aku terlambat bangun." Jawab Ruby dengan suara khas bangun tidur. Ada suara tertawa di seberang telpon.

"21 tahun memang usia yang indah, Ruby. Malam ini aku akan kesana dengan kak Allen,kita akan merayakan ulang tahun mu!" Seru Vaiana yang tak sabar menemui adiknya.Ruby tersenyum.

"aku akan menunggu. Bawakan aku kue yang enak ya!".

Itu sudah pukul 8 malam, Ruby menunggu kakaknya datang. Dia mencoba menelpon tapi tidak tersambung. Jarang sekali Vaiana seperti ini. Satu jam berlalu, akhirnya Vaiana menelepon.

"Ruby, aku tidak mengerti kenapa bisa hujan badai turun di musim panas seperti ini. Kak Allen bilang ini terlalu berbahaya untuk mengemudi di tengah badai."

terdengar suara hujan lebat di seberang telepon.

" Kalau begitu kakak tidak perlu kesini, datang lah saat cuaca membaik kak, aku tidak papa." Ucap Ruby meyakinkan sang kakak.

"Maafkan aku, Ruby. Aku berjanji akan segera kesana bila cuaca membaik besok." Kata Vaiana menyesal.

Hujan lebat di musim panas, ini agak aneh fikir Ruby. Tapi apa boleh buat, kehendak alam siapa yang bisa menebak.

Setelah mengganti pakaiannya, Ruby duduk bersandar di tempat tidurnya sambil membaca novel romansa. Dia tidak terlalu peduli dengan ulang tahunnya. memang apa yang spesial, toh ini terjadi setiap tahun dan aku hanya bertambah tua, pikirnya.

sebuah pesan singkat muncul di ponsel Ruby. Raven, itulah nama yang tersematkan.
"Selamat ulang tahun, cantik."
begitu isinya.

Ruby tidak berniat membalasnya. Hanya bergumam terimakasih. Kedekatan mereka tumbuh dengan cepat. Raven selalu bersikap baik padanya. Yah walau kadang Dia juga jahil, namun Ruby hanya menganggapnya bercanda. Ruby tidak pernah mengerti kenapa Raven selalu naik bus bersamanya. Ia sudah menanyakan dimana rumah Raven, Tapi pria tampan itu selalu mengalihkan pembicaraan. Mungkin hanya tidak ingin memberitahu, fikir Ruby dan Dia pun berhenti bertanya.

Pernah suatu ketika saat mereka sedang menunggu bus di halte. Saat itu bulan bersinar temaram, membantu pencahayaan di halte yang redup.

"2 Minggu lagi ulang tahunmu, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Raven yang dari tadi berdiri di depan Ruby.

"kakakku akan mengunjungi ku, mungkin hanya makan malam bersama." Balas Ruby.

"sejak tadi kau hanya berdiri di depanku, tidakkah kau lelah? duduk sini." lanjutnya sambil menepuk tempat duduk disampingnya.

"aku hanya suka menatapmu." Jawab Raven dengan santai.

Ruby sudah tidak terlalu terlena dengan ucapan manis Raven. Dia sudah cukup sering mendengarnya selama mereka berteman. Ruby sedang menunduk saat Raven mendekat ke arahnya.

"Ada sesuatu di rambutmu."

Ruby mendongakkan kepalanya mendapati Raven yang setengah menunduk untuk menyamakan tinggi.

Wajah mereka semakin dekat.

Ruby baru akan bertanya ada apa saat Raven semakin mendekat dan wajah mereka hanya berjarak sekian senti. Ruby yang gugup tanpa sadar memejamkan mata, membuat senyuman nakal mengembang di wajah Raven.

Raven hampir mencium Ruby kalau bukan karena suara bus yang berhenti mengejutkan keduanya. ada semburat merah diwajah Ruby.

"ah bus sudah datang. ayo."kata Rudy memecah keheningan diantara mereka.

Raven hanya tersenyum dan mengikuti Ruby. Ruby merutuki dirinya sendiri karena jantungnya berdebar terlalu cepat. Sial aku sangat malu, kenapa juga mata ku harus terpejam, keluh Ruby dalam hati. Di sampingnya, Raven hanya tersenyum menahan tawa melihat tingkah Ruby yang malu.


________
UPLOADED FEBRUARY 2nd, 2023
Jangan lupa vote ya guys!
❤️❤️❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RUBY'S SECRETWhere stories live. Discover now